"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH ENAM
Semalaman Arini memikirkan kehidupannya. Dia tidak boleh terus seperti ini. Dia tidak boleh terus-terusan mengurung diri didalam rumah. Ada perut yang harus diisi, juga kebutuhan anak yang harus dipenuhi. Arini sadar harus secepatnya mencari pekerjaan agar bisa mempunyai penghasilan. Dia sudah tak peduli lagi, jika mungkin diluar sana masih ada yang membicarakannya.
Arini menatap Razka yang tidur terlelap sambil mendekap erat mobil-mobilannya.
"Maafkan mama Razka, mama belum bisa membahagiakan kamu. Mama janji, mulai saat ini mama akan lebih mementingkan kebahagian kamu. Mama janji, sebisa mungkin mama akan penuhi semua kebutuhan kamu. Apapun akan mama lakukan, untuk melihat senyum dan tawa ceria di wajah kamu." Gumam Arini dalam hati seraya membelai rambut Razka.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Paginya Arini langsung pergi melamar ke konveksi yang berada di kampung sebelah, dan masih satu rw, setelah sebelumnya meminta izin dan menitipkan Razka pada bu Dasima. Sayangnya, tidak ada lowongan di sana. Arini pulang dengan hati sedikit kecewa, tapi tak apa, dia masih bisa mencari pekerjaan di tempat lain.
Jam baru menunjukan pukul setengah sebelas siang saat itu. Arini berjalan kaki menyusuri jalan desa, yang mulai terasa panas karena matahari mulai meninggi. Dia menutupkan map biru yang dia pegang untuk menghalau sinar matahari yang jatuh tepat pada wajahnya.
Tin....tin.... Suara klakson mobil terdengar cukup keras dan menusuk di telinga Arini, saat sebuah mobil datang dari arah depan. Arini yang sadar kalau dirinya terlalu ketengah, segera menepi.
Mobil pun lewat tepat dihadapan Arini. Tanpa sengaja, dia menoleh ke arah sang pengemudi yang kebetulan kaca mobilnya terbuka setengahnya.
Deggg...... Dia terkejut saat sadar kalau sang pengemudi ternyata adalah mantan suaminya yang juga sedang menatap ke arahnya.
Dengan cepat Arini memalingkan wajahnya, tak ingin bersitatap dengan lelaki yang telah menyakitinya itu. Kenapa dia harus melihatnya? Arini menyesal kenapa harus menatap ke arah sang pengemudi. Arini juga sempat melihat Sandra istri tercinta Alfian duduk di jok penumpang sebelahnya, tapi sepertinya Sandra tidak melihat Arini, karena dia sedang berbincang di telepon.
Mobil itu, mungkin adalah mobil yang katanya di berikan Sandra untuk Alfian. Arini sempat mendengar gosip tentang itu.
Kenapa aku harus bertemu dengannya?.
Lihat .....sekarang kamu hidup enak mas, sedangkan anak kamu. Batin Arini.
"Ngeliatin siapa sih?." Tanya Sandra yang baru selesai menelpon.
Apa dia tidak melihat Arini. Tanya Alfian dalam hati.
"Sayang...kok diem?. Ngeliatin siapa?." Tanya Sandra lagi.
"Enggak...bukan siapa-siapa." Jawab Alfian.
"Ohh....tapi kok kamu kok gitu banget ngeliatin nya?."
"Itu..... tadi orangnya jalan terlalu ke tengah, aku klaksonin dia kayaknya kaget, dan mungkin marah." Jawab Alfian.
Sandra sepertinya percaya.
Kamu makin kurus Arini. Coba aja kalau kamu tidak minta cerai dariku, pasti saat ini kamu tidak kekurangan uang. Pasti sekarang kamu nyesel kan pisah sama aku. Iya, aku harap kamu nyesel. Kata Alfian dalam hati.
....
"Darimana Arini?." Tanya bu Ami, tetangga Arini yang berjarak sekitar dua puluh meter dari rumah Arini
"Dari konveksi pak Abdul." Jawab Arini.
"Ohh. Habis ngelamar ya?." Tanyanya lagi.
"Iya."
"Gimana?. Keterima nggak?."
"Enggak bu." Jawab Arini memaksakan senyumnya.
"Ohh...sabar ya. Belum rezekinya mungkin."
"Iya bu. Kalau gitu saya permisi ya bu. Mari."
"Iya...silahkan!!
Baru dua langkah Arini berjalan, ibu Ami memanggilnya lagi
"Eh...Arini tunggu!! Ucap ibu Ami, seraya berjalan cepat menghampiri Arini. "Kamu butuh pekerjaan?." Tanyanya.
"Iya bu." Jawab Arini.
"Tapi maaf sebelumnya ya. Kamu mau nggak kalau beres-beres di rumah saya?. Kebetulan tadi malam saya baru pulang dari rumah saudara diluar kota. Badan rasanya pegal dan capek, semua. Jadi males beres-beres."
Tanpa pikir panjang, Arini langsung mengiyakan. Dia dengan senang hati menerima tawaran tetangganya itu. Arini akan melakukan pekerjaan apapun selama itu halal, yang penting dia bisa punya penghasilan.
"Kalau begitu, saya pulang dulu ya bu, mau ganti baju sama nyimpen ini dulu." Kata Arini.
"Iya Arini. Tenang aja. Nggak usah buru-buru. Atau udah aja nanti habis dzuhur sekalian kamu ke rumah saya nya ya." Kata bu Ami.
"Oh iya...baik bu."
...----------------...
.
.
.Bersambung🌼
follow me ya thx all