NovelToon NovelToon
Happiness

Happiness

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fajarina

Aruna Gabriella, gadis sederhana yang mampu mengobati rasa sakit Fahri terhadap ibunya yang telah meninggalkan Fahri demi pria lain.

Mereka berdua sudah bersama sejak masih anak-anak, bahkan tanpa Fahri sadari Aruna diam-diam memiliki perasaan terhadapnya.

Akankah Fahri menyadari perasaan Aruna terhadapnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajarina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

masa-masa kuliah

Aruna dan Fahri sudah berkuliah tapi sayangnya mereka berdua berbeda kampus. Hal itu karena Aruna yang mendapat beasiswa di salah satu kampus di Seoul. Sementara Fahri sendiri berkuliah di kampus swasta elit khusus untuk dunia bisnis.

Meski begitu mereka berdua masih sering bertemu satu sama lain. Hanya saja tidak sesering waktu mereka sekolah dulu. Seolah mereka berdua sibuk dengan dunia mereka masing-masing.

Aruna merasa kalau Fahri agak sedikit berubah sekarang. Dulu cowok itu akan mencoba sebisa mungkin untuk bertemu dengannya walau mereka. Berdua sudah berbeda tempat tinggal.

Sekarang, bahkan pernah beberapa kali dia mengajak Fahri untuk bertemu tapi cowok itu malah tidak bisa karena sedang sibuk. Padahal Aruna sangat ingin bertemu dengan Fahri.

Mana janji Fahri untuk terus bersamanya dulu?

Aruna bukannya tidak mau mengerti tentang kesibukan yang cowok itu miliki. Aruna juga sebenarnya sibuk dengan urusan kuliahnya. Tapi dia masih tetap berusaha menyempatkan waktunya untuk Fahri.

Kenapa Fahri tidak bisa seperti itu juga? Sesibuk apa Fahri sampai tidak bisa memiliki waktu untuk bertemu dengannya? Hal seperti ini terkadang menyadarkan Aruna.

Kalau mereka berdua hanya sekedar sahabat. Tidak lebih. Jadi kenapa dia harus sedih dan protes kalau Fahri tidak mau bertemu dengannya? Lucu memang. Dia tidak berhak untuk semua itu.

Di saat seperti ini Aruna justru merasakan perasaan yang dulu sempat dia tutupi dari siapapun. Sebuah perasaan yang seharusnya dia tidak rasakan untuk cowok itu.

Awalnya Aruna pikir dia hanya tidak bisa melupakan

perasaan yang saat itu dia sembunyikan rapat-rapat. Tapi nyatanya justru perasaan itu semakin menghantuinya. Menuntut untuk Aruna ikuti

perasaannya itu.

Setelah memikirkannya beberapa kali akhirnya Aruna memutuskan untuk bertemu dengan cowok itu. Aruna harap setelah bertemu dengan cowok itu perasaannya dapat hilang. Dia harap mungkin itu hanya perasaan rindu ingin bertemu saja.

“Kamu tambah tinggi saja Arsyad. Mending kamu jadi pemain basket deh!” seru Aruna ketika berjumpa cowok itu di dalam cafe tempat mereka janjian untuk bertemu.

“Terakhir aku main basket saja waktu sekolah dulu. Yang ada malah jadi beban di team kalau aku

jadi pemain basket,” kekeh cowok itu mengalihkan pandangan dari buku yang sedang dia baca tadi menatap pada Aruna.

Aruna mengerjapkan matanya. Baru di tatap seperti itu saja Aruna sudah lemah. Kenapa dia jadi seperti ini. Tidak-tidak, Aruna harus bisa mengendalikan perasaannya.

“Kamu ketawa? Tumben banget! Kamu beneran Arsyad

kan?” kaget Aruna melihat perubahan pada cowok itu sembari mengambil posisi duduk.

Aura dingin yang dulu Arsyad miliki seolah menghilang. Tapi ketampanan yang Arsyad miliki masih sama bahkan semakin bertambah. Aruna dapat melihat dua cewek yang duduk di dekat mereka berdua diam-diam memperhatikan Arsyad.

“Dulu aku memang sedingin itu?” heran Arsyad melihat Aruna yang terkejut dengan tawanya.

“lya! Jangankan ketawa ya. Senyum aja kamu itu

jarang bangeeet. Kayaknya pacaran sama Tiara bikin kamu berubah sekarang,” ujar Aruna yang dulu tahu betul Arsyad itu orang seperti apa.

“Gitu ya?” sahut Arsyad tersenyum tipis merasa sepertinya sekarang dia memang sudah sedikit berubah.

“Ngomongin Tiara tadi sebelum ke sini dia titip sesuatu buat kamu.”

Arsyad menyerahkan bingkisan berwarna coklat itu pada Aruna. Tentu saja Aruna dengan senang hati menerimanya. Saat dia membuka bingkisan itu ternyata isinya adalah kue dan sebuah surat undangan.

Aruna mengambil surat itu dan hendak membacanya.

Ternyata itu adalah surat undangan peresmian pembukaan toko kue milik Tiara. Akhirnya Tiara menemukan hal yang cewek itu senangi yaitu membuat kue lalu membuka tokonya sendiri.

“Sekarang kamu sama Tiara sudah banyak berubah ya,” ucap Aruna dengan wajah tersenyum memasukan kembali surat undangan itu ke dalam bingkisan.

“Ini semua berkat kamu sama Fahri. Mungkin kalau aku sama Tiara gak ketemu sama kalian kami gak akan kayak sekarang. Mungkin Tiara akan terus-terusan ambisius sama kemauan dia dan diam-diam membenciku,” ungkap Arsyad memandang Aruna senang.

Aruna ikut bahagia jika memang dia dan Fahri

memberikan pengaruh positif untuk Tiara dan Arsyad, Di saat hubungan Arsyad dan Tiara semakin membaik. Tapi justru hubunganya dengan Fahri yang makin tidak

jelas.

Aruna jadi kesal sendiri kenapa dia harus mengingat cowok itu. Fahri saja tidak mau bertemu dengannya. Kenapa dia harus repot-repot memikirkan cowok itu?

“Ngomong-ngomong dari tadi kita belum pesan apa-apa ya. Kamu mau pesan apa Arsyad?” tawar Aruna mengambil menu yang sedari tadi hanya dibiarkan tergeletak di atas meja.

Sore itupun Aruna banyak mengobrol dengan Arsyad seputar kesibukan mereka masing-masing. Kebetulan saat itu turun hujan jadi mereka berdua menghabiskan banyak waktu berdua di sana sembari menikmati makanan yang mereka pesan.

Ketika menjelang malam tiba dan hujan pun sudah berhenti mereka berdua baru memutuskan untuk pulang. Arsyad menawari Aruna untuk di antar pulang tapi Aruna menolak.

Dia tidak ingin merepotkan Arsyad. Apalagi mengingat kejadian dulu. Nanti dia malah mendapat telpon lagi dari Tiara karena diantar pulang oleh pacar cewek itu.

Ketika dalam perjalanan menuju stasiun kereta Aruna mendapat pesan dari Fahri. Sudah cukup lama pesan itu masuk tapi Aruna tidak sadar karena terlalu asyik mengobrol dengan Arsyad di cafe tadi.

Fahri: Kamu lagi pergi kemana? Aku main ke rumah kamu. Maaf karena kemarin aku gak bisa buat ketemuan sama kamu.

Setelah membaca pesan itu Aruna memasukan kembali ponselnya ke dalam saku jaketnya dengan raut wajah cemberut. Setelah Aruna tidak mengajak bertemu saja Fahri tiba-tiba datang ke rumahnya. Kemarin kemana saja?

Di dalam kereta Aruna kadang tersenyum sendiri mengingat kejadian dengan Arsyad di cafe tadi. Wajah cowok itu terus terngiang di kepalanya.

Bukannya menghilang tapi perasaannya untuk Arsyad semakin menjadi-jadi setelah bertemu dengan cowok itu. Sepertinya memang perasaan tersebut bukan hanya sekedar perasaan rindu ingin bertemu saja. Tapi lebih dari itu.

Ketika sampai di rumahnya Aruna melihat mobil milik Fahri masih terparkir di depan halaman rumahnya. Fahri belum pulang ternyata?

Saat Aruna masuk dan ibunya bilang Fahri sedang berada di kamarnya. Aruna pun buru-buru ke lantai atas menuju kamarnya. Di sana Fahri terlihat sedang memperhatikan aquarium ikan di atas meja.

Merasa pintu kamar terbuka Fahri menoleh pada Aruna yang baru saja datang. Raut wajahnya terlihat muram memandang wajah Aruna.

“Kayaknya ikan ini sudah mati,” tutur Fahri memperlihatkan ikan hias itu pada Aruna. Ikan itu adalah pemberian Fahri dulu. Tubuh ikan itu pun sudah mengambang tak bernyawa lagi.

1
Jihat Purnamasari
Biasa
Jihat Purnamasari
Buruk
Anonymous
.
Yuri Lowell
Bersemangat membaca lagi! 💪
🦩NEYRA 🐚
Thor, kamu membuatku tak sabar untuk membaca seri selanjutnya
Valito.C
Dahsyat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!