Lilyana Belvania, gadis kecil berusia 7 tahun, memiliki persahabatan erat dengan Melisa, tetangganya. Sering bermain bersama di rumah Melisa, Lily diam-diam kagum pada Ezra, kakak Melisa yang lebih tua. Ketika keluarga Melisa pindah ke luar pulau, Lily sedih kehilangan sahabat dan Ezra. Bertahun-tahun kemudian, saat Lily pindah ke Jakarta untuk kuliah, ia bertemu kembali dengan Melisa di tempat yang tak terduga. Pertemuan ini membangkitkan kenangan lama apakah Lily juga akan dipertemukan kembali dengan Ezra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepindahan
Perjalanan menuju bandara terasa cepat namun sunyi. Lily lebih banyak terdiam, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Meski ada kegembiraan dan rasa penasaran tentang apa yang menantinya di Jakarta, ada juga sedikit rasa takut. Ia akan menghadapi kehidupan baru, di kota besar yang penuh dengan kesibukan, jauh dari tempat yang selama ini begitu akrab baginya.
Sesampainya di bandara, mereka bertiga melangkah masuk ke terminal keberangkatan. Seperti biasa, bandara ramai dengan aktivitas. Orang-orang lalu lalang dengan koper, beberapa terlihat bersemangat, sementara yang lain tampak lelah setelah perjalanan panjang. Lily mengamati sekelilingnya, mencoba menyerap suasana baru yang akan menjadi bagian dari hidupnya dalam beberapa jam ke depan.
Setelah melalui proses check-in dan pemeriksaan keamanan, mereka akhirnya duduk di ruang tunggu, menanti penerbangan menuju Jakarta. Lily merasa jantungnya berdebar semakin kencang. Meskipun ini bukan pertama kalinya ia naik pesawat, perjalanan ini terasa berbeda. Ini bukan sekadar liburan, melainkan sebuah langkah besar menuju hidup yang baru.
"Apa yang kamu pikirkan, Lil?" tanya Bu Santi sambil menyentuh lengan anaknya.
Lily tersenyum kecil. "Aku hanya berpikir... Jakarta akan sangat berbeda dari Surabaya. Aku belum pernah tinggal di kota sebesar itu. Mungkin awalnya akan sulit, tapi aku yakin aku bisa beradaptasi."
Pak Andi, yang duduk di sebelahnya, tersenyum sambil menepuk bahu Lily. "Tentu kamu bisa, Nak. Kamu sudah mempersiapkan diri dengan baik. Ayah yakin kamu akan berhasil di sana. Lagi pula, kami akan ada di dekatmu."
Mendengar itu, Lily merasa sedikit lega. Ia tahu orang tuanya akan selalu ada di sisinya, mendukungnya apa pun yang terjadi.
Tak lama kemudian, pengumuman keberangkatan pesawat mereka terdengar. Mereka bertiga pun bersiap-siap dan berjalan menuju gerbang keberangkatan. Saat melewati jalur boarding, Lily menoleh sekali lagi ke belakang, seolah ingin mengucapkan selamat tinggal pada Surabaya—tempat di mana ia dibesarkan, tempat di mana banyak kenangan manis telah tercipta.
**
Setelah beberapa jam di udara, pesawat yang mereka tumpangi mulai mendekati Jakarta. Dari jendela, Lily bisa melihat hamparan kota yang begitu luas, dengan gedung-gedung tinggi menjulang dan jalanan yang dipenuhi kendaraan. Jakarta terlihat seperti dunia yang sama sekali baru bagi Lily, berbeda jauh dari Surabaya yang lebih tenang dan teratur.
Ketika roda pesawat akhirnya menyentuh landasan, Lily merasakan sedikit guncangan, seolah menggambarkan perubahan besar yang akan segera dihadapinya. Ia menatap keluar jendela, berusaha menyesuaikan diri dengan pemandangan baru ini Jakarta, kota besar yang kini akan menjadi rumah barunya.
Setelah turun dari pesawat, mereka langsung menuju ke terminal kedatangan. Udara Jakarta yang panas dan lembap segera menyambut mereka begitu keluar dari bandara. Jalan-jalan di sekitar bandara tampak ramai, penuh dengan mobil-mobil yang berlalu-lalang. Hiruk-pikuk kota besar terasa sangat nyata, dan Lily mulai merasakan perbedaan atmosfer yang begitu mencolok.
Pak Andi memanggil taksi yang akan membawa mereka ke rumah baru di salah satu kompleks perumahan di Jakarta Selatan. Sambil menunggu taksi, Lily tak bisa berhenti memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Bagaimana kehidupan barunya di sini? Bagaimana dengan kuliah? Apakah ia akan mudah beradaptasi? Dan apakah mungkin di sini ia bisa bertemu kembali dengan sosok-sosok dari masa lalunya?
Perjalanan dari bandara menuju rumah baru mereka cukup panjang, tetapi pemandangan kota Jakarta yang dinamis terus mengalihkan perhatian Lily. Gedung-gedung tinggi, mal-mal besar, dan jalanan yang tak pernah sepi menjadi ciri khas kota ini. Lily merasa antusias sekaligus sedikit cemas.
Akhirnya, taksi mereka tiba di kompleks perumahan yang akan menjadi tempat tinggal baru. Rumah yang mereka beli tidak terlalu besar, namun cukup nyaman dan modern. Setelah sekian lama di perjalanan, Lily merasa lega bisa melihat rumah yang akan menjadi tempat barunya.
"Sampai juga kita di sini," ucap Pak Andi sambil tersenyum kepada Lily dan Bu Santi. "Ini rumah kita sekarang."
Lily melangkah keluar dari taksi dan menatap rumah itu dengan campuran perasaan. Ada rasa penasaran, ada juga sedikit ketidakpastian. Namun, satu hal yang pasti ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya.
Setelah beberapa saat, mereka bertiga mulai memasuki rumah, mengamati setiap sudut ruangan yang masih kosong. Barang-barang mereka baru akan tiba beberapa hari lagi, jadi untuk sementara, mereka hanya membawa koper-koper berisi barang penting.
Sambil duduk di ruang tamu yang masih kosong, Lily merasa tenang untuk pertama kalinya dalam sehari. Meski banyak yang belum ia ketahui tentang kota ini, ia merasa yakin bahwa perjalanan baru ini akan membawa banyak pengalaman berharga.
***
Hari itu, matahari bersinar terang di atas kompleks perumahan baru yang sekarang menjadi rumah Lily dan keluarganya. Setelah beberapa hari sibuk menata rumah dan menunggu barang-barang mereka tiba, akhirnya suasana mulai lebih tenang. Ayah dan ibu Lily tampak sedang menata ruang tamu, sementara Lily sendiri duduk di teras rumah, menikmati udara sore Jakarta yang hangat.
Tetangga-tetangga mulai terlihat beraktivitas di luar rumah. Beberapa anak kecil bermain di jalanan, suara tawa mereka memecah keheningan sore itu. Lily memperhatikan sekitar dengan penuh rasa ingin tahu. Masih terasa aneh baginya bahwa ini sekarang adalah rumahnya. Meski sudah mulai beradaptasi, ada sesuatu yang masih terasa asing di tempat ini.
Namun, tiba-tiba sesuatu yang tidak terduga terjadi. Dari sudut pandangnya di teras, Lily melihat sebuah mobil hitam yang tampak familiar berhenti di depan rumah yang hanya beberapa langkah dari rumahnya. Dia tidak terlalu memperhatikan awalnya, tapi saat seorang wanita keluar dari mobil, jantung Lily berdegup lebih cepat. Wanita itu tampak sangat familiar rambut panjangnya, cara berjalannya, semuanya membawa kenangan lama yang tak terlupakan.
Lily mengerutkan dahi, berusaha mengingat-ingat. "Itu... tidak mungkin," bisiknya pada dirinya sendiri.
Tepat saat itu, seorang gadis muda keluar dari mobil dan berlari ke arah wanita itu, memeluknya dengan ceria. Saat gadis itu berbalik, mata Lily membelalak.
Itu Melisa Angelina.
Lily terdiam di tempatnya, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Melisa, sahabat masa kecilnya yang sudah lama menghilang dari hidupnya, kini berdiri di depan mata, tidak hanya di satu kota yang sama, tapi di rumah yang hanya beberapa langkah dari tempatnya tinggal. Rasanya seperti mimpi, tapi semuanya begitu nyata. Setelah 12 tahun terpisah tanpa kabar, takdir seolah mempertemukan mereka kembali di tempat yang tidak pernah ia duga.
Lily cpt move on syg, jgn brlarut larut dlm kesdihan bgkitlh fokus dgn kuliamu. aku do'akn smoga secepatnya tuhan mngirim laki" yg mncintai kmu dgn tulus. up lgi thor byk" 😍💪