NovelToon NovelToon
Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Reinkarnasi / Fantasi Isekai
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Raven Blackwood

mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.

Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.

Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sisi Kelam

Darah mengalir dari sudut bibirku, tubuhku terasa berat, dan otot-ototku hampir putus asa setelah menerima serangan demi serangan dari Veron yang telah bertransformasi menjadi sosok demonic. Dia sekarang bukan hanya lebih cepat, tapi juga lebih kuat. Setiap serangannya membawa kehancuran. “Wuuss!” Tiba-tiba tinjunya meluncur ke arahku lagi, menciptakan suara angin yang menyayat, dan aku nyaris tak bisa menghindarinya. Aku melompat mundur dengan tergesa, tubuhku terhempas beberapa meter.

“Kaelan... Kau terlihat kelelahan. Apa ini puncak kekuatanmu?” Veron tertawa dengan nada rendah yang menyeramkan, sayap hitamnya bergetar seolah mengolok-olok perjuanganku yang sia-sia. “Hahaha!” tawanya menggema di sekitar arena pertarungan. Sementara itu, aku mencoba meraih napas, merasakan denyut lelah dari dalam tubuhku.

Aku tahu aku kalah dalam hal teknik dan pengalaman, tapi aku bukan tipe yang menyerah begitu saja. Dalam kondisi terdesak seperti ini, pikiranku berlari cepat, mencari cara untuk menyeimbangkan keadaan. Ada satu keunggulan yang aku miliki penyimpanan bayangan. Dengan sekelebat, aku menarik berbagai senjata dari dalam bayanganku. Pedang, tombak, belati, bahkan perisai aku melemparnya satu persatu ke arah Veron dengan harapan bisa memberinya luka atau setidaknya menghentikannya sementara.

"Clang! Crash!" Suara benturan senjata dengan kekuatan Veron terus bergema, tapi tidak ada yang bertahan lama. Satu per satu senjata itu hancur di tangannya, remuk menjadi serpihan yang berserakan di tanah. Pecahan logam mengilap di bawah sinar bulan, mengisyaratkan betapa tidak berdayanya aku di hadapan monster yang kini berdiri di hadapanku. “Apa hanya ini yang bisa kau lakukan?” dia mengejek, dengan senyum licik yang membuat darahku mendidih.

Aku menyerang lagi, meskipun tahu itu akan sia-sia. "Wuuss! Wuusss!" Pedangku menebas udara, tapi setiap serangan hanya ditangkis dengan mudah. Sebuah tombak yang kulempar langsung patah menjadi dua di tangannya. “Ctarrr!” Suara pecahan senjata terdengar nyaring saat ujungnya menghantam tanah.

Namun, meskipun aku terus terdesak, aku bisa merasakan setiap gerakanku semakin tajam. Aku mempelajari gerakan Veron, setiap kali dia menyerang, aku mulai bisa membaca pola-pola kecil dalam gaya bertarungnya. Tapi, itu saja belum cukup. Bahkan dengan kemampuanku menganalisis gerakannya, kecepatannya sekarang sudah di luar batas yang bisa kutanggapi.

Veron menghilang dari pandanganku sejenak. "Wuushh!" Suara langkahnya muncul di belakangku, dan sebelum aku bisa berbalik, sebuah tendangan keras menghantamku dari belakang. Tubuhku terhempas ke tanah dengan keras, menciptakan suara debam yang menggema. "Boom!"

Aku terbatuk, darah bercampur dengan liurku. Tubuhku terasa semakin lemah, meskipun regenerasi yang kumiliki berusaha keras untuk menyembuhkan luka-luka ini. "Sial," aku mengumpat pelan, berusaha bangkit. Aku tak bisa menyerah, bukan sekarang. Aku ingin lebih banyak pertarungan, lebih banyak tantangan. "Hahaha!" Sekali lagi, aku tertawa terbahak di tengah rasa sakit yang menusuk.

Namun, tawa itu tidak membuat Veron terguncang. Dia hanya memandangku dengan mata dingin, seolah menunggu saat yang tepat untuk memberi pukulan terakhir. “Kau tahu, Kaelan... kau sangat keras kepala. Tapi itu tidak akan mengubah apapun.” Suaranya rendah, penuh keyakinan bahwa dia sudah berada di atas angin.

Tanpa pikir panjang, aku kembali menghilang ke dalam bayangan. Tubuhku melebur dalam kegelapan, berpindah cepat dari satu sisi arena ke sisi lain. “Dimana kau?” Veron berteriak, mencoba mencari keberadaanku. Aku muncul di belakangnya, menyerang dengan petir merah yang menyala di tangan kananku. "Ctarrr!" Petir itu menghantam punggungnya dengan kekuatan penuh. Namun, dia hanya terhuyung sedikit sebelum berbalik dan memukul balik dengan keras.

“BANG!” Tinjunya menghantam dadaku, membuat seluruh tubuhku terpental jauh ke belakang. Aku mendarat dengan keras di tanah, merasakan tulang-tulangku hampir retak meski aku tahu regenerasi akan segera menyembuhkannya. Sial... Secepat apapun aku belajar dari setiap gerakannya, dia tetap berada di atas levelku.

Aku bangkit lagi, meski tubuhku sudah hampir menyerah. Aku tidak akan mundur. “Aku... tidak akan kalah secepat itu!” gumamku, menarik napas dalam-dalam.

Tiba-tiba, Veron menghilang dari pandanganku. "Wuuss!" Sebelum aku bisa mengantisipasinya, sebuah tangan besar mencengkeram leherku. Aku merasakan kekuatannya yang luar biasa, seolah menghancurkan setiap serat otot di leherku. "Kau... telah kalah, Kaelan," ucapnya pelan, dengan nada kemenangan yang dingin.

Aku tercekik, napasku terputus, pandanganku mulai kabur. Aku mencoba bergerak, tapi tubuhku menolak untuk bekerja. Aku merasakan cengkeramannya semakin kuat. Kematian sepertinya sudah di depan mata.

Tapi tiba-tiba, sesuatu yang aneh terjadi.

Mataku, yang sebelumnya buram, tiba-tiba mulai bersinar merah terang. Simbol-simbol aneh mulai bermunculan di tubuhku, berpijar seperti ukiran kuno yang diisi energi yang tidak kukenal. Aku bisa merasakan kekuatan yang luar biasa membanjiri tubuhku, tapi kali ini aku tidak sadar. Tubuhku bergerak sendiri, melawan tanpa kendali. Kegelapan di dalam diriku mulai bangkit.

Veron, yang semula begitu percaya diri, mendadak terpaku. “Apa... apa ini?” gumamnya, matanya membelalak melihat perubahan yang terjadi padaku. Dia dengan cepat melepaskan cengkeramannya dari leherku, mundur beberapa langkah dengan ekspresi tak percaya. “Kekuatan apa ini...?”

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi yang pasti... sesuatu yang jauh lebih dalam dari sekadar kekuatan petir atau regenerasi sedang terbangun dalam diriku. Kegelapan yang telah lama tersembunyi kini mulai merayap ke permukaan, siap untuk dilepaskan. Dan Veron pun... untuk pertama kalinya dalam pertarungan ini, terlihat ketakutan.

Tapi aku tidak bisa merasakannya, karena pada titik ini, aku sudah sepenuhnya kehilangan kesadaran.

1
Hr⁰ⁿ
bagus Thor,tpi tolong di perbaiki aja si buat bicara dan untuk bicara dalam hati,agak pusing kalo baca lngsung kaya gitu,
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏
Raven Blackwood: masukkan yang menarik, di bab selanjutnya langsung saya pakai nih saran nya, thanks.
Raven Blackwood: siap, terimakasih masukannya
total 2 replies
Hr⁰ⁿ
mantap Thor lanjutkan
Shion Fujino
Merasuki jiwa
Mia001
semangat kak
Raven Blackwood: terima kasih 😁
total 1 replies
Mia001
Semakin di baca semakin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!