NovelToon NovelToon
Orin

Orin

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Mengubah Takdir / Konglomerat berpura-pura miskin
Popularitas:45.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yenny Een

VROOOM!

VROOOM!

Orin mempercepat laju motornya menerobos derasnya hujan. Orin bahkan tidak menyentuh rem sama sekali. Entah kenapa hatinya tidak terima mendengar perkataan jujur dari teman-temannya. Orin menangis di tengah gemuruh dan derasnya hujan. Matanya basah tiba-tiba penglihatannya mengabur.

SZZZZT!

Kilatan petir yang menyilaukan menyadarkan Orin. Mata Orin melebar selebar-lebarnya tatkala nampak seorang nenek tua tepat di depan motornya. Orin panik, dia menginjak rem belakang. Usahanya percuma karena Orin terlanjur menghabiskan full gas motornya. Orin berteriak dan terus menekan klaksonnya.

TIN!

TIIIIIIIIINNN!

CKIIIITTTT!

BRAAAAKK!


Yuk ikuti ceritanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 Bertemu Malaikat Maut

JEGEEERRR!

JEGEEERRR!

Suara petir menggelegar, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Suasana sangat kelam, gelap gulita. Orin dan Aydin dalam sekejap berpindah tempat dari dalam mobil ke sebuah tanah lapang dimana tidak ada tempat untuk bernaung.

Petir terus menyambar langit seperti kilat yang bergemuruh. Badai pasir merengek mengeluarkan suara yang menakutkan. Aydin memeluk Orin dan melindungi dalam dekapannya. Aydin memejamkan mata di dalam hati terus melantunkan ayat-ayat suci meminta pertolongan dan perlindungan kepada Yang Maha Kuasa.

Orin semakin erat memeluk Aydin. Orin berkata kepada Aydin, jika hari ini adalah hari terakhirnya, Orin meminta maaf karena pernah berbuat salah kepadanya. Orin berharap jika diberikan kesempatan hidup lebih lama lagi, Orin ingin mempunyai seseorang seperti Aydin.

Wajah Orin memucat, Orin merasa dadanya terasa nyeri, dari hidung Orin keluar darah. Aydin terus membisikkan ayat-ayat suci di telinga Orin. Aydin juga memanggil-manggil nama Orin dan terus mengingatkan Orin untuk berdoa.

Aydin samar-samar melihat bayangan hitam pekat di dalam badai pasir. Bayangan itu memiliki tangan yang panjang yang berusaha mengambil Orin dari pelukannya. Aydin sekuat tenaga menahan Orin. Bayangan itu marah dan mengangkat tinggi tubuh Aydin dan menjatuhkannya di atas tanah.

Aydin masih belum bisa melihat dengan jelas, karena badai pasir. Aydin berusaha mencari tahu siapa yang melempar tubuhnya. Badai pasir perlahan mereda. Aydin melihat seorang pria berpakaian jubah hitam seperti penyihir, bola matanya merah. Ditangannya membawa sabit berukuran besar dengan aura kemarahan yang menyeramkan.

"Apakah ini yang dinamakan Malaikat Maut?" Aydin menstabilkan napasnya.

"Siapa kamu? Hanya orang-orang yang diujung kematian yang bisa melihat ku," kata Malaikat Maut.

"Apakah sudah waktunya saya meninggalkan dunia?"

Malaikat Maut memeriksa catatan kehidupan Aydin.

"Kita akan bertemu lagi nanti," Malaikat Maut menutup buku catatan kehidupan.

"Tunggu sebentar. Kenapa Anda membawa kami kemari? Apa salah satu dari kami akan mati?" tanya Aydin.

"Tidak ada yang perlu dibahas, sekarang kalian akan kembali ke dunia."

"Tidak seharusnya Malaikat Maut mempermainkan usia manusia. Apakah Malaikat Maut tidak mengerti aturan!" Aydin menatap tajam ke arah Malaikat Maut.

"Kamu, berani!" Malaikat Maut mengayunkan sabitnya, kilatan cahaya yang menyilaukan mata membuat Aydin tidak sadarkan diri.

Samar-samar Aydin mendengar suara riuh. Terdengar suara orang tertawa, langkah kaki, bising lalu lintas bahkan tangisan anak kecil. Dengan perlahan Aydin membuka matanya yang berat, tubuhnya terasa remuk seperti habis mengangkat berkilo-kilo karung beras. Aydin teringat Orin, Aydin mencarinya.

Syukurlah Orin ada disampingnya di dalam mobil Orin. Aydin masih mengingat jelas kejadian yang baru saja terjadi. Aydin bertemu dengan Malaikat Maut.

"Orin, Orin, bangun," Aydin dengan lembut berbisik di telinga Orin.

Orin perlahan membuka mata dan memegang dadanya yang terasa nyeri. Aydin melihat bekas darah di hidung Orin. Aydin mengambil tisu basah dan membersihkannya. Orin menatap ke arah Aydin yang jaraknya sangat dekat dengannya. Seperti ada magnet yang menarik, Orin tiba-tiba mengecup bibir Aydin.

Mata Aydin melebar, jantungnya sangat cepat berlari, dag dig dug seeeerr, keringat dingin mulai bercucuran. Orin tersadar, kecupannya sangat nyata. Orin menepuk-nepuk pipinya dan mencubit tangannya. Ternyata ini bukan mimpi, ini nyata. Orin menarik tubuhnya duduk berbalik memunggungi Aydin yang masih tertegun diam dan Orin menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Gila, apa yang aku lakuin, aku bermimpi hampir mati. Dan di dalam mimpi, aku nyatain perasaan sama Kak Aydin, dan ... tadi ... ahhhhhhhhhh! Orin berteriak dalam hati.

Aydin bersandar di kursi dan membuka kaca mobil, membiarkan udara luar masuk. Aydin mengendalikan hati yang mulai tidak terkendali. Aydin memperhatikan sekelilingnya, semakin sore semakin banyak pengunjung datang di taman kota ini.

"Orin, apa kamu mengingat kejadian hari ini?" Aydin kembali memecah keheningan.

Orin mendengar apa yang ditanyakan Aydin tapi Orin terlalu malu untuk menjawab. Orin sangat terpesona dengan hidung mancung, mata tajam, bibir tipis Aydin yang membuat Orin tertarik untuk mencicipinya.

"Semua seperti mimpi, aku bertemu dengan seseorang yang mengenakan jubah hitam, membawa sabit besar ditangannya," kata Aydin.

Mata Orin terbuka lebar, mengapa Aydin melihat Malaikat Maut? Berarti semua ini bukan mimpi. Orin berbalik menghadap Aydin.

"Kak, bearti semua itu bukan mimpi? Kita berada di tempat lapang, gelap di tengah badai pasir angin ribut?" tanya Orin.

"Iya, semua bukan mimpi. Karena aku sengaja membawa pasir ini sebagai bukti." Aydin menunjukkan pasir di tangannya kepada Orin.

"Semua nyata, bukan mimpi. Aaahhhhh!" Lagi-lagi Orin menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Apa kamu melihat pria itu?" Aydin mengambil minuman yang dibeli Orin untuknya dan menyedotnya.

"Kak Aydin, aku pernah bertemu dengannya di saat aku koma. Karena dia, aku juga pernah merasa seperti apa kematian. Dan karena dia, aku sadar untuk apa aku hidup di dunia. Dan aku berharap tidak bertemu lagi dengannya sebelum aku siap," jawab Orin.

"Tapi mengapa hari ini kita berdua melihatnya? Apa kita berdua akan segera meninggalkan dunia?" Aydin menatap Orin.

"Aku tidak tahu." Orin mengalihkan pandangannya, Orin takut terpesona untuk kedua kalinya.

"Orin, aku hanya orang miskin, uang dan rumah tak punya. Jika waktu ku tinggal sedikit, izinkan aku berkata jujur padamu."

Aydin mulai bercerita. Ketika Aydin dipecat dari restoran dan diusir dari rumah kontrakan, Aydin mengutuk gadis yang menyengsarakan hidupnya. Sampailah di gudang tua, Aydin melihat tidak ada yang tinggal di sana. Dengan terpaksa Aydin menjadikan tempat itu sebagai tempat tinggalnya.

Aydin mendengar suara jeritan kesakitan yang teramat sangat. Aydin mengira itu adalah jeritan setan seperti kuntilanak yang biasanya tinggal di tempat kosong seperti gudang tua yang ditempatinya. Aydin tidak menghiraukannya. Tapi lama-kelamaan hati kecil Aydin tergerak, jeritannya sangat menyayat hati.

Aydin di dalam hati berdoa untuk suara itu apapun yang menyebabkan dia sakit akan segera terobati. Tapi suara itu terus saja mengeluarkan kesakitan. Aydin memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan petunjuk dan dituntun langkahnya agar bisa bertemu dengan suara itu.

Akhirnya, Aydin tiba di rumah sakit. Aydin melihat sebuah keluarga menangis histeris tidak hentinya mereka berdoa untuk kesembuhan seseorang di dalam ruangan UGD yang dipenuhi alat-alat medis. Aydin masih mendengar suara itu malah semakin jelas terdengar.

Aydin mencari cara bagaimana bisa masuk ke dalam ruangan UGD. Aydin melihat baju perawat tergantung di kamar mandi. Mungkin seseorang tidak sengaja meninggalkannya di sana. Aydin langsung memakainya. Dan Aydin masuk ke dalam ruangan UGD berbaur bersama Perawat yang lain.

Di saat Perawat dan Dokter sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Aydin berdiri di dekat gadis itu, Aydin memegang tangan gadis itu dan membacakan ayat-ayat suci yang saat itu terlintas di kepalanya dengan khusuk mengharap Yang Maha Kuasa meringankan penderitaan gadis yang ada didepannya.

"Dan setelah semua berlalu, ternyata gadis yang ku temui beberapa bulan yang lalu adalah kamu Orin."

"Jadi yang memegang tanganku saat itu Kak Aydin?"

"Iya, itu pertemuan kedua kita. Dan di saat itu aku baru menyadari orang itu adalah kamu."

Aydin merubah posisi duduknya menghadap ke arah Orin.

"Orin aku menyukaimu."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
cho mel
/Good//Good//Good//Good//Good/
Queen
😁😅
Ma Chan
🐯🐯🐯🐯🐯
Queen
oh tidak 😱
Queen
tajam kali mulutnya
Queen
nah lho?
Kara
suka
Queen
/Facepalm/
Queen
mantan lagi
Queen
hadeh ne cewek
Queen
astaga tu mulut
Queen
😅
Queen
waduh 😱
Queen
kasian
Queen
😱
Queen
😱😱😱😱😱
Queen
padahal kesempatan sdh didpn mata. terlalu bail hatimu Dikara. tidak seperti Dikara satunya.
Queen
parah ni cewek
Queen
ngidam gorengan 😅
Queen
😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!