NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: SariAdja

#Saquel : Gairah Sang Konglomerat

Baca dulu Gairah Sang Konglomerat !!

Tentang Dirga yang hatinya untuk Rosalin tetapi tubuhnya menginginkan Tiara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariAdja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Dirga berdiri di depan pintu kamar hotel. Sudah dipastikan dia begitu marah. Wajahnya memerah dengan bibir terkatup rapat yang memperlihatkan rahangnya yang kokoh.

“Buka pintunya Tiara!” teriak Dirga seraya mengetuk pintu kamar hotel.

Tiara tidak menjawab. Takut, dan menganggap Dirga marah tanpa alasan. Ya, kalau dia bisa bebas berduaan dengan Rosalin, kenapa ia bersalah hanya dengan mengobrol dengan Ferdinand.

“Buka pintunya sekarang atau,” ancam Dirga terhenti.

Cklek.

Tiara membuka pintu.

Tanpa menunggu Dirga menerobos masuk ke dalam kamar Tiara.

“Apa ada yang salah?” tanya Tiara dengan bibir bergetar. Ia tidak tahu di mana letak kesalahannya.

“Tidak, tidak ada! Aku hanya tidak suka kamu berduaan dengan Ferdinand, kamu bisa saja dalam keadaan bahaya!” dalih Dirga.

“Bahaya? Ferdinand itu temanku! Aku dekat dengannya dan aku yakin Ferdinand tidak memiliki niat jahat padaku!” bela Tiara. Ia menggelengkan kepala tidak suka dengan tuduhan yang baru saja Dirga ucapkan.

“Iya, niat jahat mana ada yang tahu!” balas Dirga. Ia hanya ingin melihat Tiara jealous, tetapi dirinya sendiri yang terbakar api cemburu hanya karena Ferdinand memegang tangan Tiara. Sekarang, Tiara juga membelanya.

“Apa Anda cemburu?” selidik Tiara. Ia menegakkan kepala sehingga pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata Dirga.

“Tidak, yang benar saja!” kekeh Dirga. “Aku hanya menginginkan tubuhmu! Tidak lebih, jadi kamu jangan terlalu percaya diri Tiara! Mulai besok, jangan temui Ferdinand! Jangan bertemu dengan pria mana pun! Paham!” gertak Dirga. Meraih kedua lengan Tiara dan tidak ingin mendengar pembelaannya.

“Kalau Anda tidak cemburu kenapa Anda melarang ku bertemu dengan Ferdinand, kita hanya berteman tidak lebih! Dan aku, aku perlu menjelaskan semuanya pada Ferdinand mengenai hubungan kita!” kekeh Tiara merasa tidak ada yang salah dengan apa yang ia lakukan. Ia hanya bertemu dan mengobrol, tidak ada hal lain yang ia lakukan seperti pegangan tangan yang dilakukan Dirga dan Rosalin.

“Kalau aku bilang tidak boleh, tetap tidak boleh! Kau istriku Tiara!” klaim Dirga mendominasi.

“Tapi Anda tidak mencintaiku!” balas Tiara.

“Tetap saja kau istri sahku secara hukum! Jangan bantah aku!” Kelopak mata Dirga melebar, Tiara kini sudah berani membantahnya.

“Aku tidak sedang membantah, aku sedang memperjuangkan hakku! Kalau Tuan Dirga bisa pergi dengan Rosalin itu artinya aku juga bisa pergi dengan Ferdinand!” balas Tiara tak mau kalah.

“Sejak kapan kamu berani seperti ini padaku Tiara!” bentak Dirga. Ia marah karena Tiara terus menerus menjawabnya.

“Akui saja kalau Anda sudah jatuh cinta dan tidak bisa kehilanganku Tuan!” tuduh Tiara.

“Sebaiknya kamu sadar diri Tiara! Cukup! Malam ini aku tidak akan tidur denganmu! Ini kan yang kamu mau!” Dirga berbalik keluar dari pintu conecting room. Dengan perasaan teramat kesal.

• * *

Dirga memutuskan untuk menelefon Tomi. Pria itu pasti akan membantu apa yang sedang terjadi pada hatinya saat ini.

“Halo, Tuan!” sapa Tomi Ramah di seberang telefon. Seperti biasa ia tidak pernah mengacuhkan panggilan telefon dari Dirga. Ia juga tidak akan pernah mengakhiri panggilan telefon terlebih dahulu.

“Pesan tiket untuk besok pagi, aku akan segera pulang ke Jakarta!” titah Dirga. Rasanya muak, dan tidak ingin menemui Tiara.

“Untuk berapa orang Tuan?” tanya Tomi.

“Satu!”

“Lalu bagaimana dengan Tiara dan Ibu Anda?” tanya Tomi.

“Terserah mereka, aku tidak peduli!” jawabnya ketus.

“Tuan, apa Nona Tiara melakukan kesalahan?” tanya Tomi.

“Tidak!” sanggah Dirga ia yakin jika Tomi pasti akan membela Tiara.

“Baik aku akan memesan dua tiket, bagaimanapun Nona Tiara harus pulang bersama Anda Tuan!” bujuk Tomi.

Klik.

Dirga memilih untuk mengakhiri panggilan telefon karena mendengar suara ketukan pintu. Ia bergerak lalu membukanya.

“Mama!” seru Dirga melihat sosok yang berdiri di hadapannya. “Mama belum tidur?” tanyanya.

“Kamu keterlaluan Dirga!” tuduh sang mama. Ia menganggap Dirga terlalu berlebihan menunjukkan perhatiannya pada Rosalin di hadapan Tiara.

“Maksud Mama?” tanya Dirga tidak peka.

“Kamu, apa kamu tidak bisa mengerti isi hati Tiara, seharusnya kamu tidak menunjukkan perhatianmu terhadap wanita lain di depan istrimu!” terang Nyonya Rani. Ia masuk ke dalam kamar Dirga, tidak ingin ada orang yang mendengarnya.

“Ma, aku tidak mencintai Tiara! Dan bukankah mama yang menginginkanku dekat dengan Rosalin?” protes Dirga. Duduk di hadapan sang mama.

“Peduli amat dengan cinta, bagaimanapun Tiara itu istrimu! Tidak peduli kamu mencintainya atau tidak, sampai detik ini hanya Tiara yang bisa membuatmu sembuh! Hanya dia harapan mama satu-satunya!” Jemari tangan Nyonya Rani memijit keningnya yang terasa pening.

“Tiara tidak akan kenapa-kenapa!” tegas Dirga.

“Sekali lagi kamu tidak memedulikan perasaan Tiara, Mama sendiri yang akan mengumumkan pernikahanmu dengannya! Paham!” gertak sang mama. Kali ini, ia benar-benar tidak suka dengan sikap Dirga yang semaunya sendiri.

“Apa apa an sih Ma!” Dirga membuang nafas kasar.

“Kalau kamu terus bersikap seperti ini bukan hal yang tidak mungkin Tiara akan pergi meninggalkanmu! Apa kamu belum sadar juga! Di sini, kamu yang membutuhkan Tiara. Bukan dia yang membutuhkanmu! Sampai dia kabur karena kamu tidak pernah bersikap baik dengannya, kamu yang rugi! Kamu yang kehilangan dia! Tidak dengan Tiara! Dia cantik, dia tidak sakit, banyak pria yang akan jatuh hati dan bertekuk lutut padanya. Tapi, kamu! Kapan lagi kamu akan bertemu dengan wanita seperti Tiara yang bisa menyembuhkan penyakitmu!” Nyonya Rani tahu Dirga terluka karena ucapannya. Namun, itu lebih baik daripada Dirga menangis darah karena Tiara pergi darinya.

Hening, ucapan sang mama sudah jelas mampu memorak-porandakan keangkuhannya. Bagaimana tidak, semua yang di jelaskan sang mama adalah apa yang terjadi saat ini.

“Kamu, meski kamu tampan dan banyak uang dipuja banyak wanita, tapi hanya Tiara yang bisa menyembuhkan mu, mama harap setelah ini kamu bisa bersikap baik dengan Tiara! Kalau perlu segera minta maaf! Sekarang!” titah sang mama.

“Tapi Ma,” bujuk Dirga. Harga dirinya terlalu tinggi untuk kembali menemui Tiara dan minta maaf padanya.

“Apa lagi, kamu tinggal membuka pintu!” menunjuk conecting room. “Lalu kamu minta maaf!” dikte sang mama.

Nyonya Rani keluar dari kamar Dirga dengan menyimpan kemarahan yang sama.

Dirga berdiri di depan pintu conecting room. Berulang kali ia berpikir, tetapi masih juga tidak ingin membukanya apalagi meminta maaf.

Tak sampai satu menit, Dirga memilih duduk di atas tempat tidur. Mengurungkan niatnya masuk ke kamar Tiara. Malam ini, ia tidak ingin bercinta atau pun meminta maaf pada sang istri.

* *

Sepanjang malam Tiara tak bisa tidur. Beberapa kali ia melihat ke pintu berharap Dirga datang, tetapi sang suami tidak juga menunjukkan batang hidungnya.

Lebih parahnya lagi, ekspresi wajah Dirga ketika menunjukkan perhatiannya pada Rosalin terus berputar di benaknya.

“Sial!” umpat Tiara melihat ke arah jam dinding. Ia meraih ponsel, dan membuka pesan dari Ferdinand.

Ferdinand : [ Kau masih berhutang padaku, aku tunggu di pantai, datang sekarang juga! ]

Tiara segera menghubungi Ferdinand.

“Halo,” sapa Ferdinand di seberang telefon.

“Di mana?” tanya Tiara.

“Di pantai!” jawabnya.

“Aku akan segera ke sana!” sahut Tiara.

Panggilan telefon berakhir. Tiara beranjak dari duduknya. Mengikat rambutnya dan akan segera ke Pantai Jerman yang tak jauh dari tempatnya menginap.

Baru saja Tiara membuka pintu, pintu kamar sebelah juga terbuka. Ya, pintu nomor 407. Namun, bukan Dirga yang keluar dari sana. Tetapi Rosalin.

Degh.

Tiara terpaku.

“Nona?” seru Tiara.

Rosalin mengulum senyum.

“Apa Nona tidur di kamar sebelah?” selidik Tiara.

“Tentu! Aku harus segera kembali ke kamarku, agar tidak ada orang lain yang tahu. Kamu bisa menjaga rahasia kan?” tanya Rosalin.

Tiara mengangguk pelan. Dadanya terasa berat. Seperti dijatuhi beban ribuan ton dari langit.

Ia berbalik, turun ke bawah dengan lift yang berbeda dengan Rosalin.

Di dalam lift.

Tiara berdiri, ada rasa sakit di ulu hatinya. Memaksa menahan tangis. Detik berikutnya, bulir-bulir air mata mulai berjatuhan membasahi pipi. Entah, ia tidak tahu pasti alasan mengapa ia menangis.

Dengan pelan ia terus berjalan ke pantai untuk menemui Ferdinand.

1
SariAdja
Ayok di baca
dika edsel
bagus thor..aku suka ceritanya, gk berbelit-belit sat set das des..!! tiara yg lemah lembut baik hati vs dirga yg kaya raya dan gengsinya selangit..,sukses ya thor semangat..!!!
dika edsel
yasalam..,semoga perkataan mu yg terakhir itu didengar oleh tiara..heran gk jelas nih abang2 kyk bunglon ye kelakuannya..., setelah ini apakah dirga akan menyanyi kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga..
Laila Isabella
ngaku aja deh tuan dirga kalau udh jatuh cinta..😍😍
dika edsel
hadeeeh abang dirga ini sok2an dingin ye pdhl dia ingin...?? namanya juga diam2 cinta ya gengsi dong mau ngungkapin bner gk bang?? yok lebih digedein lagi gengsinya bang..
Laila Isabella
sudah mampir di sini thor..🤭🤭
SariAdja: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!