Kisah ini berlatar belakang tentang persahabatan dan percintaan. Menceritakan kisah seorang gadis yang hidup penuh keberantakan, Jianka namananya.
Jianka mempunyai seorang sahabat dekat yang dia pikir benar-benar seorang sahabat. Namun tidak, dia adalah orang yang paling tidak rela melihat Jianka bahagia.
Beruntung dalam dunia percintaan. Jianka dicintai dengan hebat oleh dua lelaki yang memiliki latar dan gaya hidup yang berbeda.
Jianka menjalin hubungan dekat dengan seorang lelaki bernama Arbian. Remaja zaman sekarang biasa menyebut hubungan ini dengan HTS. Meski demikian, kesetiaannya tak dapat diragukan.
Selain itu, Jianka juga dicintai oleh seorang Gus Muda yang mampu menjaga kehormatannya dan bersikap sangat dewasa.
Bagaimana kisah lengkap mereka? Cinta manakah yang mampu memenangkan Jianka? Kuy, ikuti ceritanya ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir Cerita Kita
..."Darinya keduanya aku belajar tentang tulusnya arti cinta."...
...-Jianka Putri Dwianka...
.......
.......
.......
Pagi ini Jianka kembali berdiri dengan deraian air mata di balik dinding ruang Arbian. Tak lama Jianka menunggu, Jianka mendapati mata Arbian yang perlahan terbuka.
"Kak Arbian, Kak Arbian. Za, Kak Arbian bangun, Za," ucap Jianka girang.
Kepalanya menoleh perlahan, mata Arbian tertuju pada adik lelakinya yang sedang berdiri di samping Jianka. Perlahan bergeser, menatap Jianka dalam, penuh makna.
Melihat perkembangan kakak lelakinya, Iza bergegas memanggil dokter.
"Jianka, tugasku telah selesai. Duniaku berhenti. Tolong bahagia selalu, Jianka."
Ucap tulus yang begitu lirih oleh hati Arbian yang perlahan kembali menutup matanya. Wajah yang masih menghadap ke arah Jianka, telah diperiksa.
Sebelum dokter tersebut menjelaskan sesuatu, bahkan sebelum dia keluar dari ruangan Arbian. Jianka mampu membaca setiap gerak wajahnya. Tangis histeris Jianka kembali membuat seluruh tubuhnya gemetar.
Kabar itu keluar bersamaan dengan Mahza yang kembali datang. Mahza meraih tubuh yang terduduk lemah bersandarkan dinding tersebut.
"Mahza ...." Panggilnya dengan mata yang hilang sirna cahayanya.
Mahza yang tak sanggup melihat wajah haru istrinya, hanya memeluknya erat. Turut meneteskan air mata di balik wajah Jianka yang ia dekap.
"Mahza, kak Arbian ... kak Arbian pergi."
Mahza tak kuat mendengar suara yang gemetar hebat tersebut. Air mata Mahza mengalir semakin deras.
Sama halnya dengan Iza, dia terduduk lemah pada bangku rumah sakit. Menutup wajah yang hilang keceriaannya. Sesekali menatap Mahza dan Jianka, membuat Iza teringat ucapan kakak lelakinya kala itu.
"Seandainya bisa, gue milih dunia gue berhenti," ucapan Arbian beberapa hari yang lalu, sibuk berlarian diingatan Iza.
"Kak, kenapa lo beneran menuhi keinginan lo, sih?" batin Iza kesal sambil memukul keras bangku rumah sakit, "KAK ARBIAN, KEINGINAN LO BODOH!" teriaknya yang membuat Mahza dan Jianka seketika terdiam.
"Jianka, lo harus tau!" lanjutnya yang mulai berdiri menghampiri Jianka. "Kak Arbian cinta mati ke lo, Jianka. Lo tau, apa yang dia katakan ketika kak Arbian tau lo bakalan nikah sama orang lain?"
"Seandainya bisa, gue milih dunia gue berhenti," lanjut Iza.
Mendengar pernyataan tersebut, hati wanita mana yang tak tertampar keras? Jianka tertunduk lemah dengan air mata yang kembali bersuara.
"Lo dunianya, Jianka. LO DUNIANYA!"
"Bahkan, bunga itu," lanjut Iza sambil menunjuk bunga milik Jianka yang masih tergeletak di bangku rumah sakit, "Bunga itu masih ada di genggaman tangannya saat dia jatuh bersimpuh darah."
"Bahkan, gue mikir, Ji! Dalam kondisi nyawa yang sudah ada di ujung kematian, bunga dari lo masih dia lindungi."
"Hanya bunga dari, lo! HANYA BUNGA!"
Iza terdiam sejenak, kepalanya tertunduk dengan kedua jari yang menutup kedua matanya.
"Lo jadi wanita terakhir yang dia cintai dengan hebat, Jianka," lanjut Iza yang kemudian pergi membawa bunga tersebut.
Melihat hal itu, Jianka berusaha berdiri meski dengan kakinya yang gemetar, "Za, mau kamu apain bunga itu?"
Pertanyaan Jianka menghentikan langkah Iza, "Menurut kamu?"
Jianka diam tak bersuara, dia hanya takut jawabannya tak sesuai dan melukai Iza.
"Akan aku letakkan di pemakaman."
Langkah Iza yang kembali menjauh, Mahza mendekat dan menangkap tubuh istrinya yang perlahan tak lagi kuat menopang dirinya sendiri.
Hari pernikahan Jianka menjadi saksi bisu sebuah cinta yang pecintanya turut berakhir. Di atas gundukan tanah yang telah tersiram bunga tersebut, Jianka tertunduk semakin lemah.
Tak hanya Mahza, kedua orang tuanya juga turut menyaksikan kehancuran Jianka saat ini. Mahza yang berdiri di samping Jianka, beberapa kali menutup matanya. Benar-benar tak sanggup melihat duka istrinya.
"Jianka akan selalu mendo'akan kak Arbian."
"Kak, apa yang kak Arbian katakan saat mata kak Arbian menatap Jianka untuk terakhir kalinya? Apakah tetap sama? Jika iya, Jianka berjanji, Jianka akan bahagia."
Gundukan tanah tersebut, dipeluk dengan tulusnya, dengan air mata yang masih mengalir deras. Lagi-lagi, Mahza hanya memalingkan wajahnya dan menutup matanya.
Bahkan, Iza saja memilih untuk pergi lebih dulu, hanya karena tak kuasa melihat kehancuran Jianka. Ponsel yang masih menyimpan kenangan indah bersama kakak lelakinya itu. Iza pandang dengan air mata yang masih mengalir deras, "Kak, lihat Jianka. Lihat wanita yang berusaha kamu hapus air matanya. Hari ini, air matanya mengalir deras hanya karena menangisimu."
Beberapa lama Jianka hanya memeluk gundukan tanah itu dengan air matanya, Jianka berdiri setelahnya, menatap dalam lelaki yang kini berhadapan dengan dirinya, "Boleh aku peluk? Tapi bajuku kotor," ucap Jianka dengan wajah lesu.
Tanpa membalas, Mahza memeluk jiwa berantakan itu lebih dulu, "Lihat bunga itu," ucapnya sambil menunjuk bunga pemberian Jianka yang Iza letakkan pada makam Arbian. "Jika bunga dari kamu saja, Arbian lindungi dengan sisa nyawanya. Apakah baju yang kotor sebermasalah itu untuk memeluk dirimu?"
"Maaf, ya," lanjut Jianka yang menangkap pelukan Mahza.
"Apa yang perlu dimaafkan jika tidak ada kesalahan, Sayang?"
Kedua orangtua Mahza turut tersenyum lega melihat keduanya. Orang tua Mahza tentu juga mengkhawatirkan perasaan putra semata wayang mereka. Tapi tidak, keduanya sama-sama dewasa untuk menyikapi hal ini.
...
Malam ini, Jianka duduk seorang. Menatap langit malam yang tampak menenangkan, senyumnya terpancar memandangi cantiknya rembulan.
"Lihat! Bulan itu sangat cantik. Kamu tau, kenapa dia bersinar seterang ini? Dia juga ingin menghibur Jianka yang secantik dia," ucapan Arbian yang kembali Jianka ingat.
...
...
...Taken from Pinterest: https://pin.it/2PPutF7Bk...
"Kak Arbian tau, kenapa bulan itu bersinar seterang ini? Karena cahayanya bersinar bersamamu."
Ucapan itu terdengar oleh Mahza yang berdiri di belakang Jianka dengan dua gelas susu putihnya.
Jianka mengangkat tangannya ke arah langit, seolah sedang menerima uluran tangan orang lain, "Aku berjanji akan bahagia. Tetaplah bersinar terang untuk menemaniku, karena dia sudah bersamamu."
Tangan itu kembali turun. Mahza mendekat dan menyapa hangat, "Malam, Sayang. Kenapa? Lagi sedih, ya? Inget Arbian, ya?"
Jianka tersenyum ragu mendengarnya. Mahza mendekat dan mendekapnya lembut, "Jangan lupa berdo'a buat dia, untuk mengobati rindu kamu."
"Za, seandainya kamu tau masa lalu aku, apa kamu masih seperti ini?" tanya Jianka mendadak.
Mahza melepas pelukannya, wajah Jianka tampak lemah seketika.
"Kamu masih nanya? Seandainya kecelakaan itu tidak terjadi, Arbian akan menerima masa depanmu bersamaku. Jadi apa masalahnya hanya dengan masa lalu? Kamu sudah hidup di sana, dan tidak lagi ada di sana. Jadi lupakan! Masa sekarang dan masa depanmu adalah bersamaku, Jianka."
Spontan Jianka memeluk lelaki bersarung itu dari arah belakang, "Kamu adalah hadiah terbaik yang Allah kasih buat aku."
Mahza membalikkan tubuhnya dan membalas pelukan Jianka, "Dan kamu adalah penerima terbaik yang aku merasa bersyukur karena jatuh di tanganmu."
...
...
...Taken from Pinterest: https://pin.it/4TNdA9MDU...
..."Jadilah wanita teduh yang menemani setiap langkah ibadahku untuk menuju surga bersama."...
..."Jadilah lelakiku yang mampu membuatku jatuh cinta pada Allah setiap harinya."...
-TAMAT
...***...