NovelToon NovelToon
Day Without Daylights

Day Without Daylights

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Epik Petualangan / Hari Kiamat / Trauma masa lalu
Popularitas:812
Nilai: 5
Nama Author: Ahril saepul

Raika adalah seorang anak yatim piatu yang telah lama sendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksa Raika bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah: sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.

Saat pertama kali mengikuti raid, tanpa sengaja Raika memakan jantung Wanters yang membuatnya tak sadarkan diri ... ketika Raika membuka mata, ia terkejut berada di tengah kawah yang sangat luas dengan asap dan debu di mana-mana, seperti hasil sebuah ledakan.

Cerita ini mengisahkan; perjalanan Raika bertahan hidup di dunia yang tergelapi malam abadi. Setelah bertemu dengan seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, tapi apa mereka bisa? Bukankah Wanters sudah ada selama ratusan tahun. "Mustahil! ...."

---

Upload Bab: Senin, Rabu, Jum'at / 20:00

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Kenapa selalu ada situasi seperti itu.

Di jalanan hancur Zona Merah.

Dalam perjalanan, meskipun aku dan yang lain berhati-hati, para Wanters selalu bisa menemukan kami. jumlah mereka benar-benar banyak.

"Mio! Belakang!" seru Yuto, menembak Wanters yang hendak menyerang Mio.

"Aku tahu! Jangan dikasih tahu, bodoh," bentak Mio.

"Berisik! Ayo cepat."

Aku menembak beberapa Wanters sambil berlari bersama mereka. Di hadapan kami terparkir satu mobil tanpa atap menabrak gedung yang terlihat masih dalam ke adaan bagus. kami bergegas mendekati mobil itu. Namun, saat diperiksa, mesin depannya mengalami kerusakan.

"Sepertinya ini, masih bisa diperbaiki, apa kalian bisa menahan mereka?" ucap Yuto dengan tergesa-gesa.

"Kuserahkan padamu, Yuto," kata Yuya.

"Baik!"

Wanters datang dari segala arah, mengepung kami yang berada di pertigaan jalan. Setiap serangan kami lancarkan cukup baik, hingga aku merasakan getaran pada kaki.

Tangan berukuran raksasa keluar dari tanah, secara perlahan mulai menunjukan dirinya. Dalam kondisi terdesak kami berusaha bertahan, setiap energi kutembakan pada Wanters yang memanjat gedung dan di jalanan. Sial-nya Wanters raksasa itu telah berdiri dengan seluruh tubuhnya, memiliki tinggi 30 meter dengan garis oranye menyala, seperti manusia berwarna hitam berkepala dua. Kemungkinan ia ada di tingkat 4.

"Ayolahhh!" teriak Yuto, tangannya fokus pada kunci berusaha menghidupkan mesin, hingga akhirnya mobil itu menyala.

Dengan cepat kami semua menaiki mobil. Tanpa pikir panjang Yuto menginjak gas sebelum Wanters itu semakin mendekat. Setiap langkahnya penuh dengan guncangan membuat mobil sulit untuk dikendalikan.

Tidak berhenti disitu, di hadapan kami terdapat puluhan Wanters tingkat 1 yang menghalangi jalan.

"Yuto, tahanlah!" Yuya berdiri di depan tangki mesin, ia mengaktifkan Fury mode.

Aku tidak percaya saat melihat Yuya memilih untuk menekan energi itu hingga membuat tubuhnya beruap panas. Jika ia gagal dalam menyerang, maka ia akan mati. Namun, pedangnya mengeluarkan garis merah dengan uap panas seperti cahaya. Seketika ia menghunuskan pedangnya.

SLING --- SLPESSSS

Semua Wanters itu terpotong dan menjadi abu, membukakan jalan untuk kami lewat. Beberapa gedung juga terjatuh karena tebasan-nya.

"Yuya! ..." Mio memegangi tubuhnya, hingga tangannya melepuh karena panas.

"Aku baik-baik saja," sahut Yuya, yang terlihat mau tumbang. Dengan cepat Mio membantunya kembali ke dalam mobil. Seperti tidak dikasih istirahat, sebongkah reruntuhan terbang dari belakang.

BRUGK!

Beruntung puing-puing itu menghantam bangunan di sebelah.

Wanters itu masih mengejar dengan suara yang mengerikan. Pandanganku tertuju pada gedung tinggi di depan kami. Aku memikirkan sebuah cara untuk mencoba memanfaatkannya.

Saat mobil melewati gedung itu, aku melihat ke arah mereka bertiga untuk memastikan tidak ada yang melihat. Sigap aku mengeluarkan garis-garis biru, dengan cepat menembak gedung dan menghilangkannya kembali. Peluru energi dengan kuat menghantam bangunan hingga terjatuh menutupi jalan, membuat kami terbebas dari kejarannya.

"Huh, Raika! Tembakan yang bagus," teriak Yuto.

"Wow ... apa kau seorang Eldritch?" tanya Mio.

"Tidak," aku menatap Mio, bersyukur ia tidak menanyakan tentang garis itu.

"Kerja bagus, Raika," ujar Yuya, tersenyum tipis.

Kami melaju cepat menuju Zona Hijau. Kondisi Yuya perlahan mulai membaik didalam perjalanan. Hingga akhirnya, kami sampai di area luas tanpa ada gedung dan hanya dikelilingi oleh jalanan kosong, menandakan sudah mendekati Distrik atau sudah berada di Zona Hijau.

Area Kota Bebas Hukum.

"Yuya, mau sekalian menjenguk adikmu?" tanya Yuto.

"Iya, tolong yah sebentar," Yuya melihat ke arahku. "Raika, apa kamu mau turun di sini?"

"Aku rasa nanti setelah sampai di toko Arcis."

"Baiklah, kita pergi bersama nanti setelah ke rumah sakit."

'Rumah sakit?' batin.

Yuto memarkirkan mobil di tempat bangunan besar yang hampir hancur. Di sana juga ada beberapa orang dan juga beberapa mobil.

'Apa ini rumah sakit?' batin.

Menatap bangunan itu. 'Ayah pernah bilang, lebih baik jangan pergi ke rumah sakit ... tapi, kenapa?'

"Yuya memiliki seorang adik, dia terkena penyakit Veabes Alpha, 3 tahun lalu. Itu juga alasan kami pergi ke Zona Merah, hanya untuk membantu Yuya," jelas Mio kepadaku.

"Begitu ya," jawabku

'Lagi-lagi Veabes Alpha. Penderita yang terkena penyakit itu akan mengalami kelumpuhan, secara perlahan menghentikan semua fungsi saraf hingga menyebabkan kematian. Setahuku, tidak ada obat untuk menyembuhkan-nya. Namun, aku pernah melihat orang Eldritch mengakalinya menggunakan Arcis tingkat 5.'

Aku menyusul mereka ke dalam, saat memasuki pintu, suara teriakan Yuya terdengar cukup keras. Kami berlari dan melihat Yuya sedang menggenggam baju seorang dokter dengan raut kesal. Dokter itu hanya tertawa kecil menatapnya dengan sinis.

"Dasar bajingan! Kenapa kau berbohong!" teriak Yuya.

"Yuya, tenangkan dirimu. Oi, Yuya!"

"Aku bilang gak cukup ya gak cukup. Jika adikmu ingin segera dirawat, maka tambahkan lagi," dokter itu tertawa kecil, ia melepas paksa tangan Yuya, "Akan aku beri waktu 5 hari lagi. Berjuanglah, idiot."

Dokter itu pergi bersama ketiga dokter lainnya.

"Yuya ..." kata Mio dengan suara pelan.

Sebuah ruangan dengan bau asam dan kotor terpampang jelas di setiap lorong. Ada cukup banyak orang yang terduduk di atas lantai, memancarkan wajah kesedihan.

Kami sampai di ujung ruangan tempat adik Yuya dirawat.

Pandanganku tertuju pada seorang gadis berusia 9 tahun berambut abu-abu, tertidur lemas di atas kasur kumuh dan juga sebuah kristal hitam tertanam di pipinya.

Yuya berjalan ke samping adiknya. "Yuriko, tunggulah sebentar lagi," ucap Yuya terduduk dengan sedih.

Dalam kondisi ini, entah kenapa tanganku bergetar dengan sendirinya. Mengingatkanku pada seseorang yang selalu ada di saat aku lemah. 'Apa Yuya ... mirip sepertinya?'

Aku melangkah keluar bersama Mio dan Yuto, membiarkan Yuya sendirian bersama adiknya.

Di jalan, ada beberapa mobil terbang orang Eldritch yang menghamburkan selebaran poster sambil berteriak. Yuto mengambil poster itu di tanah.

"Apa ini? ... sebuah kompetisi Deathmatch kembali diadakan," ucap Yuto.

"Deathmatch? Tunggu! Apa hadiah pemenangnya?" tanya Mio.

"Bagi siapa saja yang berhasil mendapatkan Medalions, akan mendapatkan kartu identitas dan juga 10.000 koin emas," jelas Yuto.

"10.000 koin emas? Ini dia, Yuto! Ayo beritahu Yuya," teriak Mio dengan antusias. Mereka berdua berlari ke dalam.

Aku mengambil poster itu di tanah dan membaca halaman terbawah. 'Setiap peserta diperbolehkan membentuk kelompok minimal empat orang.'

'Sebenarnya lebih baik aku tidak ikut campur terlalu jauh. Namun, apakah boleh aku membantu mereka, mungkin, hanya untuk sekali saja ....'

Menggenggam erat poster, aku berjalan cepat masuk ke dalam rumah sakit. 'Sudah kuputuskan, Aku ingin melakukan apa yang aku mau, masa modoh dengan kematian.'

Di dalam kamar Yuriko, mereka sedang berdiskusi, dengan cepat aku masuk ke dalam. "Tolong izinkan aku bergabung," pintaku pada mereka.

"Raika?" Yuya menatapku, "tapi, ini berbahaya."

"Yah, aku tahu. Aku hanya tertarik hadiah koin emasnya, lagi pula tidak ada pembatasan umur dari poster itu."

"Hey Yuya, biarkan Raika bergabung aja, apa kau lihat seperti apa dia menembak," sahut Mio.

"Kurasa akan jauh lebih baik jika kau ikut," tambah Yuto.

"Baiklah. Raika, kamu boleh ikut ... terima kasih," ucap Yuya.

Aku tersenyum tipis menatap ke bawah. Bersyukur paling tidak dapat membantunya.

Deathmatch adalah sebuah kompetisi berdarah tahunan yang disukai para orang Eldritch. Peserta pada pertarungan itu tidaklah menentu, kadang mereka berkisar 50 ribu atau di bawahnya. Dari banyaknya peserta, mereka semua merebutkan satu medalions yang akan muncul ketika jumlah peserta tersisa 100 orang. Mereka harus bertahan atau saling membunuh demi mengurangi jumlah peserta.

'Setahuku begitu. Ini adalah kali pertama aku mencobanya, tapi aku akan melakukan yang terbaik. Kuharap, Yuriko bisa sembuh, paling tidak aku gak ingin melihat kejadian itu lagi. Kumohon.'

End Bab 6

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka,
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.
Born
semangat Thor 💪
Ind
semangat kak 😊💪
🅷🆈🅰🅽🅳🅰🐿️
aku sudah mampir kak, saling dukung ya🙏 iklan 1🙏
Orpmy
bagus banget
EMBER/FIGHT: Terima kasih kakak.
total 1 replies
Orpmy
keren
Ind
udah ngantuk,besok tak lanjut lagi yah,semangat pokonya
ica
semangat berkarya!!!
mari saling mendukung untuk seterusnya😚🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!