Menyukai seseorang adalah hal yang pribadi. Zea yang berumur 18 jatuh cinta pada Saga, seorang tentara yang tampan.
Terlepas dari perbedaan usia di antara keduanya, Zea adalah gadis yang paling berani dalam mengejar cinta, dia berharap usahanya dibalas.
Namun urusan cinta bukanlah bisa diputuskan personal. Saat Zea menyadari dia tidak dapat meluluhkan hati Saga, dia sudah bersiap untuk mengakhiri perasaan yang tak terbalaskan ini, namun Saga baru menyadari dirinya sudah lama jatuh cinta pada Zea.
Apakah sekarang terlambat untuk mengatakan "iya" ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MANUVER CINTA~PART 11
Kepemimpinan Dean tidak hanya berlaku di sekolah saja, tapi disini ia pun dinobatkan menjadi kapten tim dari SMA Kartika X. Ia berdiri di samping barisan teman-temannya membawa serta bendera regu. Barisan di atur dari siswa yang terpendek hingga tertinggi.
Sudah pasti Clemira berada di deretan belakang karena posturnya yang jangkung. Lain hal dengan Zea yang sedikit pendek, ia berada di barisan tengah. Dari tempatnya ia dapat melihat Sagara yang berdiri tegap di depan.
Bak masuk kuping kanan keluar kuping kiri, informasi dan pidato pembuka dari komandan tak ia dengar meskipun yang sedang dijelaskan adalah prestasi para abdi negara yang kini berada di depan mereka, ia hanya fokus melihat wajah dan perawakan Saga seolah Sagara adalah manequin yang sedang memajang baju bagus di sebuah pusat perbelanjaan, "gusti! Gantengnya, luar binasa!" gumamnya lirih.
"Ya ampun, Ze. Lu malah merhatiin tentara di depan, dengerin yang dijelasin tuh! Ntar salah lagi! Yang kiri cakep ya!" setuju Windu mengangguk, sama gilanya. Kelas Zea memang sudah terkontaminasi oleh bubuk-bubuk cabe Zea Arumi dan Clemira.
"Ishhh, lo tau aja yang cakep! Tuh!" tunjuk Zea, "lo liat yang lagi natap ke komandannya, yang namanya Letda Sagara, crush gue tuh!" akui Zea membuat Windu menyemburkan tawanya.
"Crush atau crash?!" tawanya, sontak membuat teman-teman yang lain menoleh pada keduanya dan berbisik, "ssuutthh!"
"Jiah, ngga percayaan, lo liat ya?! Abis ini gue tembak tuh si abang!" balas Zea.
Windu terkejut dengan apa yang dikatakan Zea, "serius?! Halahhh kaya yang berani aja, ngga takut ditembak lo?" tanya Windu.
Zea menggeleng, "engga!"
Windu menggelengkan kepalanya dan terkekeh, "keren kalo lo bisa nyatain, lo cewek nekat Zee!" imbuh Windu.
Dean mengumpulkan regunya, dimana Zea dan Clemira berada. "Halang rintang yang pertama tuh, di pos situ...yang ada si bapak-bapak sama tentara ceweknya! Kita harus bisa berpacu dengan waktu, biar bisa naik peringkat..." intruksinya.
"Kirain berpacu dengan melodi!" balas Clemira.
"Sengklek, kok tuaaa?!" tunjuk Zea.
"Burung kaleeee, kakak tau!"
"Udah---udah becandanya, siap ya guys! Dijaga kekompakannya! Kartika X!"
"Jaya! Jaya! Jaya!"
"Oke gue siap!" Zea membuka topinya dan mengikat rambut menjadi satu cepolan sembarang di belakang, begitupun Clemira, halang rintang begini sudah tak aneh lagi untuknya. Cemilan dari orok! Di buainya saja di tambang atas tebing karang laut! Rayyan memang the real flying dutchman.
Mandi lumpur, berguling-guling di tanah itulah yang mereka lakukan, seperti slogan berani kotor itu dimarahin emak! Sudah pasti ntar emak yang ngamuk karena seragam olahraga penuh dengan lumpur.
"Njirrr sepatu nike gue! Baru beli nih, limited dapet nitip sama Selena Gomez!" keluh Zea melihat tampilan sepatunya yang seharga 5 juta kini layaknya sepatu kuda delman.
Bukannya ikut prihatin Clemira malah dengan sengaja menimpali itu dengan lumpur yang ada di bawah sepatunya.
"Nih, nih tuh! Gue tambahin biar lebih poll lagi tante Rieke ngomelin lo!" tawanya.
"Daliya ih!"
"Damnn ahh!" manyun Zea, ia melepaskan sepatunya, karena merasa jika ada kerikil masuk dan mengganggu langkah kakinya. Sekaligus duduk untuk beristirahat.
Ia mengambil duduk di tanah berumput begitu saja, wajah dan hampir sebagian bajunya kotor oleh lumpur, Zea mencoba membersihkan ketebalan lumpur yang menempel di bawah alas sepatu, "auto dicabut hak gue jadi member istimewa nike ahh! Sepatunya dipake garap lahan begini!" dumelnya.
Clemira tertawa mendengar dumelan temannya, lalu menyodorkan sebotol air mineral saat regunya memutuskan untuk beristirahat sejenak.
"Nih!"
Zea mendongak dan menyambarnya, "dari tadi kek, aus nih!" omelnya menaruh sebelah sepatunya begitu saja hendak minum, Clemira duduk di samping Zea, "bang Saga kok ngga keliatan sih, Cle..."
"Ada. Tapi kayanya abang di pos terakhir deh cuma jaga aja sih, mana ada letnan perwira begitu ngurusin yang beginian!"
Zea mengangguk setuju, "bener sih, cariin yuk!"
"Mau ngapain ih?!"
"Mau nembak abang lo!"
Clemira menahan laju air minum di tenggorokannya agar tak tersedak, "lo gila! Yakin lo, mau nembak bang Saga?! Baru kenal juga!" sewot Clemira.
"Ya engga apa-apa, bukan nembak sih...gue mau nyatain perasaan daripada ngga bisa tidur! Yang penting perasaan gue udah tersampaikan!" jawab Zea.
Clemira tak habis pikir dengan keputusan Zea, oke! Ia tau Zea itu memang gadis nekat, tapi come on! Ini lagi acara bela negara, rame binggow sama orang! Otomatis kalau abang sepupunya itu menolak, Zea akan malu hingga ke ubun-ubun.
Yang jelas, Clemira tau akan bagaimana akhirnya.
"Jangan lah Ze, gue mah ngga masalah kalo lo mau nyatain perasaan di rumah, tapi disini? Yang bener aja sistah!" semburnya. Zea menyunggingkan senyuman miringnya, "sebagai bentuk serius gue, kalo gue beneran suka sama abang lo!"
Clemira menggelengkan kepala, berani dan nekat itu beda tipis, pintar dan saravv itu sebelahan, hanya ada penghalang kulit ari yang memisahkan, "terserah lo, Ze. Cuma gue mau lo siap-siap aja, jangan sakit hati kalo lo ditolak!" Clemira mewanti-wanti.
"InsyaAllah! Lo siapin aja brangkar sama ambulan!" kekeh Zea.
"Buat apa?! Ngga usah macem-macem lo!" wajah Clemira sudah terkejut. Zea tertawa renyah dan kembali meneguk airnya.
Ia masih khidmat meneguk air minumnya saat Dean tiba-tiba datang mengambil sepatu Zea dan membersihkannya, "mmmhhh---" ia membuat gerakan tangan menolak.
"Jangan ngga usah! Sini--sini!" tolaknya merebut kembali sepatunya dari tangan Dean.
"Aku bantu bersiin Ze,"
Zea menggeleng, "ngga usah. Ntar juga kotor lagi! Yu cabut Cle!" Zea beranjak meninggalkan Dean tak peduli dengan perasaan Dean, sementara Clemira hanya bisa menepuk lengan Dean, "sabar ya De." ia pun ikut beranjak.
Regu Clemira dan Zea sudah sampai di pos terakhir, dan benar saja Sagara ada disana melipat tangannya di dhada meski dari kejauhan, karena tau jikalau adiknya dan Zea menuju ke pos terakhir. Nampak oleh netra mereka sebuah kolam lumpur cukup panjang dengan dilalui beberapa tali tambang menjuntai.
"Njirrr, kolam lumpur co! Mesti kuat otot lengan ini !" gumam mereka berdecak melihat medan tempur selanjutnya.
Prittt! Izan dan Luki bertugas menjaga di pos terakhir.
"Adek-adekk! Yang cantik, yang ganteng, yang imut! Dengarkan intruksi saya!" teriak lantang Izan.
Luki jelas mendorong bahu temannya itu yang berusaha untuk semanis dan seakrab mungkin dengan anak-anak remaja ini, demi mematahkan image kaku, garang dan galak dari seorang tentara.
"Tuh adek manis, lo dipanggil Iyang!" jerit Zea pada teman sekelasnya yang seorang lelaki namun agak ngondek.
Dean dan kawan-kawan tertawa mendengarnya.
"Ah si Zea mah, da aku mah emang manis!" akuinya berlagak centil.
"Ahayyy anjayy ih!" gidik Clemira.
"Kembaran si Clemira nih!" seketika Clemira membekap mulut Zea yang selalu tak tau kondisi ini. Sagara masih memperhatikan gerak-gerik adiknya itu bersama dengan kedua temannya.
Melihat Clemira yang malah bercanda, ia memutuskan untuk menghampiri. Sebenarnya Sagara sedikit mencuri-curi pandang ke arah Zea, namun ia pintar menutupi gerak-geriknya yang mulai penasaran dengan sosok Zea.
Semakin dekat jarak antara Saga dan Zea, membuat gadis itu sontak melihat ke arah datangnya seseorang, "abang ganteng!!!" serunya melihat Saga.
"Bang Saga?" Clemira ikut menoleh bersama yang lainnya. Terlebih Dean yang merasa bergemuruh ketika Zea memanggilnya dengan sebutan kesayangan.
"Nah! Udah pada kenal kan sama si abang yang ini! Yang tadi dikenalkan oleh komandan saya di awal pembukaan. Emang ganteng sih, tapi lebih gantengan abang!" jawab Izan menunjuk dirinya sendiri.
"Huuuu!" sorak mereka yang digawangi Zea. Luki tertawa kembali.
"Iya dehhh, si abang mah ganteng!" timpal Iyang. Zea tertawa sendirian, "ganteng, kan cowok! Kalo lo cantik!"
"Saravv ih si Zea mah!" dumelnya. Luki dan Izan ikut tertawa mendengar ocehan Zea, si gadis cantik yang berhasil mencuri hati.
"Cantik bro," bisik Luki diangguki Izan, "masih SMA aja udah cantik, mateng dikit siap gue jadiin istri!" tawanya, "iya ngga Ga?" Luki menanyakan pendapat Saga, padahal Sagara sudah berdehem tak nyaman.
"Kerja," sarkasnya mengambil alih intruksi.
Dan detik berikutnya Zea selalu mencuri-curi pandang bahkan tak jarang menggombali abang dari Clemira ini, namun tak satu kali pun Saga meladeninya. Beberapa kali Clemira mengerem aksi Zea yang terbilang berani dan nekat itu, takut jika temannya itu sakit hati. Tapi Zea sama sekali tak berhenti.
Semua berbaris satu persatu untuk melintasi medan ini dibantu Izan dan Luki, hingga tiba bagian Iyang di depan Zea dan Clemira.
Iyang memegang tali tambang dimana ia harus bergelayut macam tarzan melewati kolam lumpur untuk mencapai sebrangnya, sesuai intruksi Saga tadi.
"Siap?" bantu Saga sementara Iyang sudah komat-kamit melafalkan semua do'a, "atuh bapak takut ih! Takut jatoh kecebur lumpur ih, dalem engga?!" tanya nya bergidik.
"Masa takut! Laki-laki harus berani, gagah, tangguh! Be strong, be a man!"
"Bapak---bapak, kapan bang Saga kawin sama emak lo?!" sewot Clemira.
"Haduh, bismillah---bismillah!" ia mengusap-usap dadhanya takut.
"Go Iyang go!" seruan teman-temannya menyemangati. Berbeda dengan Zea dan Clemira sepaket otak usilnya, kedua gadis ini tersenyum devil.
"Siap ya?!" tuntun Izan.
"Yang! Yang itu apa yang!!!" tunjuk Clemira menakut-nakuti Iyang yang sontak menjerit-jerit.
"Cle!" Saga menggertak padahal gadis ini sudah tertawa-tawa.
"Clemira ih!" ketusnya.
"Ck ah! Lama!" Zea maju dan malah mendorong Iyang maju, pegangan Iyang begitu erat di tali tambang, sambil menjerit-jerit dan berusaha memundurkan badannya agar tak tercebur, Iyang mengomel, "Zeaaaa! Zeaaaaa, mundurrr! Mundurr saravvv!"
"Zea lu gila! Gue ngga mau gelantungan kaya tarzan, lewatinnn ituuuu, tangan gue lembekkkk!" jeritnya yang membuat orang-orang yang ada disana tertawa tergelak.
"Lu lama, waktu berjalan nih, ntar kalah sama Sma lain, buruu! Gue bantu dorong, lo gelantungan sampe ujung, ditangkep si Dean sama om tentara!" adu mulut Zea dan Iyang.
"Njirrt perut gue nyeri!" tawa Clemira dan yang lain.
"Zea, Allahuakbar Ze....gue lemes Zeaaaaa!" jeritnya lagi masih didorong Zea.
"Belum juga gue apa-apain lo udah lemes, gimana kalo gue ajak ke kamar!" usil Zea.
"Astagfirullah, lo yeee, serabi makan serabi!" jawab Clemira menjadi bahas candaan mereka.
"Si Zea mulutnya, ck--ck!" tawa mereka.
Izan dan Luki ikut tertawa renyah, baru kali ini mereka menemukan gadis seusil Zea, sefulgar Zea dan sebar-bar Zea.
"Zea lo usil ihhh, Zeaaa Jamilahhh!" jeritnya lagi.
"Udah---udah ganti dulu aja kalo ngga berani!" pinta Saga yang malah pusing sendiri.
Belum menyerah Zea masih mendorong Iyang, dalam sekali gerakan Iyang terdorong ke arah kolam lumpur tapi kedua tangannya refleks menarik orang yang berada di dekatnya yaitu Zea dan Clemira hingga ketiganya masuk seketika ke dalam kolam lumpur.
Gejubarrr!
"Astaggggaaa!"
"Iyaaangggg!" jerit kedua gadis itu, tanpa bisa dilihat oleh keduanya jika Saga sudah terkekeh mengatupkan mulutnya melihat kedua gadis jahil ini kena getahnya, lucu sekali.
"Kan, senjata makan tuan kan!" omel Iyang yang sama-sama kecebur ke dalam kolam mirip es pisang coklat berlumuran lumpur.
.
.
.
.
.