Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Bab 11
Nadia tidak kembali ke kursi kerjanya saat jam istirahat habis. Devi merasa cemas akan hal itu. Saat dia Coba menghubungi ternyata ponsel milik Nadia ada di meja kerjanya.
"Aduh, kamu dimana sih Nad," gumam Devi, wajahnya cemas sekali. takut tiba-tiba ada atasan mereka yang datang dan tidak melihat Nadia ada di kursinya. berulang kali dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, pusing memikirkan di mana keberadaannya Nadia saat ini.
Di ruang sang Direktur Utama.
Nadia mulai mengerjabkan mata setelah sekitar 15 menit dia tidak sadarkan diri.
Hal pertama yang Nadia rasakan adalah mencium aroma minyak kayu putih yang sangat menyengat. Makin menyengat hingga dia membuka kedua matanya dengan cepat.
Deg!
Deg deg!
Astaga, Nadia rasanya ingin pingsan lagi saja saat melihat sang tuan duduk di sampingnya, Sementara dia berbaring di sebuah sofa.
Entah ini dimana Nadia tak bisa mengingat apapun.
Mendadak blank.
Bahkan pria bermata tajam itu lah yang memberinya wewangian minyak kayu putih. Kini sedang menatapnya dengan tatapan yang entah. Seperti tatapan penuh intimidasi.
Astaga.
Nadia ingin berlari atau setidaknya bangkit, tapi dia tidak punya jalan keluar. Tubuh pria ini menghalangi akses kakinya untuk bergerak.
Yang bisa Nadia lakukan hanyalah 1, bergerak dengan cepat untuk duduk.
"Maafkan saya Tuan, maafkan saya," ucap Nadia, baru sadar dari pingsan tapi suaranya terdengar cukup keras.
"Kamu sudah baik-baik saja? tidak merasa pusing?"
"Saya salah Tuan, saya lah yang telah menabrak mobil Anda waktu itu."
"Seperti kamu sudah baik-baik saja."
"Jangan bawa saya ke kantor polisi Tuan! saya akan bertanggung jawab!" Nadia bahkan dengan cepat menahan lengan sang Tuan agar tidak bangkit dan melaporkannya ke polisi.
Sejak tadi dia sudah meminta maaf, tapi tuan Steve seperti mengalihkan pembicaraan, malah terus bertanya tentang keadaannya.
Hal itu membuat Nadia semakin takut, semakin merasa jika dia baik-baik saja maka tuan Steve siap melemparnya ke penjara.
Tidak.
Nadia sungguh tidak menginginkan hal itu.
Bagaimana dengan Zayn?
Bagaimana dengan Aslan dan Cindy?
terlalu banyak hal yang dia pertaruhkan saat ini. Dan Nadia hanya butuh 1 kata maaf dari Steve.
Jika tidak, hidupnya akan benar-benar hancur.
Atau Aslan dan Cindy akan semakin bahagia di atas penderitaannya.
"Saya mohon Tuan, jangan laporkan saya ke polisi, saya akan membayar semua ganti rugi!" kedua mata Nadia mulai nampak berkaca-kaca.
Steve jadi merasa bersalah sendiri, dia seperti telah salah memilih lawan untuk bersenang-senang.
Saat ini Nadia tengah terpuruk, hancur karena perselingkuhan sang suami dan coba berdiri di atas kakinya sendiri.
Diamnya Steve, membuat Nadia terus bicara.
"Berapa ganti rugi yang anda minta? saya akan bayar, jika kurang tolong potong gaji saya." Nadia bisa menjaual beberapa perhiasan yang dia punya. Sementara rumah tak bisa dia apa-apakan, itu adalah tempat berlindung untuk Zayn.
Air mata Nadia luruh begitu saja, sejak tadi jantungnya berdegub takut. dia bahkan sampai tidak sadar jika sudah mencengkram kuat lengan Steve.
"Tapi gajimu tidak terlalu besar, mungkin kamu butuh waktu seumur hidup untuk melunasinya."
"Akan saya lakukan, saya akan bekerja seumur hidup di perusahaan ini!"
Steve menggeleng pelan, "Aku butuh uang itu sekarang untuk membawa mobil ke bengkel, tidak menunggu uang mu terkumpul."
Nadia terdiam, kehabisan kata-kata.
"Lebih baik kamu ajukan pinjaman ke perusahaan, 50juta. Uangnya berikan padaku dan hutang mu tentang mobil itu lunas,"
"Tapi sebagai gantinya, potong gaji dan jadi pelayanku. Setiap pekerjaan yang kamu lakukan untukku, aku akan membayranya cash,"
Nadia masih diam.
"Pelayan ku artinya harus menuruti apapun yang aku perintah kan, tanpa terkecuali."
Dan diantara kegamangannya itu Nadia hanya bisa mengangguk kecil, yang penting dia tidak masuk penjara.
Ucapan Steve itu pun seperti sebuah titah yang tidak bisa dia bantah.
"Baik Tuan," jawab Nadia patuh.