Cintaku, Mentok Di Perjaka Tua

Agatha Cyntia tetap nekat mendatangi rumah Charles. Padahal dia sudah mendapatkan warning dari mantan kekasihnya itu untuk tidak mengganggu kehidupannya lagi.

" Aku yakin mereka menikah bukan karena ingin. Tapi terpaksa dan aku akan membuktikan itu."

Seakan lupa bahwa Charles memiliki bel rumah, wanita itu lebih memilih menggunakan tangannya untuk menggedor pintu rumah Charles.

Sebuah keterkejutan dirasakan oleh Agatha saat melihat senyum manis dari wanita yang mungkin adalah benar istri Charles. Bisa ia lihat wanita yang tampak masih muda itu menggamit lengan Charles dengan begitu mesra.

" Waah mbak lagi. Selamat datang mbak. Seneng banget mbak berkunjung ke kediaman kami. Mari masuk, sayang mukanya nggak boleh asem gitu sama tamu. Kan kita harus memuliakan tamu yang datang. Senyum dong."

Jani berkata dengan begitu manis. Bahkan ia menarik kedua pipi Charles agar pria itu tersenyum. Charles sedikit terkejut oleh ucapan dan tindakan istri kecilnya itu tapi sedetik kemudian ia paham bahwa Jani tengah bermain. Charles tentu harus mengikuti permainan Jani. Ia menarik pinggang Jani lalu mencium pipi Jani sekilas.

Kini Jani yang terkejut, ia tidak menyangka Charles akan melakukan itu. Tapi permainan sudah dimulai maka dari itu harus dilanjutkan hingga selesai bukan?

Di sisi lain Agatha pun dibuat kaget oleh apa yang Charles lakukan. Setahun menjalin kasih, pria itu bahkan sama sekali tidak pernah sedekat itu. Jangankan mencium, berpegangan tangan pun tidak. Tapi kali ini, Agatha melihat Charles begitu mesra kepada gadis yang ada disebelahnya.

" Apa mereka benar-benar menikah karena keinginan mereka. Mengapa begitu mesra? Tidak aku tidak percaya. Aku yakin ini hanya sandiwara."

Agatha mencoba yakin pada apa yang ia pikirkan. Ia bermonolog dalam hati dan memantapkan diri untuk melenggang masuk. Wanita itu masuk ke dalam rumah lalu duduk di sofa. Jani dan Charles saling pandang lalu melempar senyum mereka.

" Sayang, duduklah. Temani Mbak Agatha. Aku akan mengambilkan minuman dan kue yang ku buat."

Charles mengangguk, ia pun ikut duduk di ruang tamu sesuai keinginan Jani. Padahal sebenarnya dia begitu enggan, terlebih ia mencium bau alkohol di sana. Meskipun Agatha tidak mabuk tapi ia yakin wanita itu pasti baru saja menenggak minuman keras.

" Charles, apa kau yakin dengan pernikahanmu? Aku rasa ini bukan yang sebenarnya. Aku yakin kalian hanya pura-pura saja. Kamu hanya ingin membuatku semakin cemburu bukan?"

Charles mengerutkan keningnya, tampaknya Agatha datang ke rumahnya memang ingin memastikan sesuatu. Memastikan bahwa pernikahannya dan Jani adalah hanya bohong belka. Charles tentu harus hati-hati. Jika Agatha bisa mencium drama yang mereka buat maka itu akan sangat berbahaya.

" Jangan bicara ngawur, dalam prinsipku tidak ada yang namanya menikah pura-pura. Kami ini menikah sah secara negara dan agama, jadi dimana letak kepura-puraan itu."

" Apa Mbak Agatha tidak percaya dengan kami. Haruskah kami bercerita begaimana kami menghabiskan malam indah bersama?"

Agatha membulatkan matanya saat Jani datang membawa satu nampan yang berisi minuman dan camilan sambil mengatakan hal tersebut dengan begitu santainya. Sebenarnya Charles juga kaget, tapi sebisa mungkin Charles mengontrol ekspresinya agar terlihat biasa saja.

Pria itu kemudian menarik Jani agar duduk di sebelahnya. Tangan Charles melingkar mesra di pinggang Jani dan entah mendapat ide dari mana tangan Jani menyentuh paha Charles lalu mengusapnya pelan.

Terang saja hal itu membuat Charles sedikit kelabakan pasalnya tangan Jani yang terus mengusap pahanya membuat sesuatu yang berada di pangkal paha Charles mulai memberontak.

" Sayang apa yang kamu lakukan hmmm, apa kamu mau membangunkannya saat ada tamu begini."

Jani dengan cepat menoleh ke arah Charles, ia tidak paham saat Charles berkata seperti itu. Tapi Jani langsung menarik tangannya saat Charles membuat sebuah kode mata ke arah celananya.

" Maaf sayang, aku keceplosan eh maksudku aku sungguh tidak sadar kalau kita sedang ada tamu."

Agatha yang melihat cara Charles dan Jani berinteraksi sungguh merasa gerah. Wanita itu merasa kepanasan sendiri. Bagaimana bisa dua orang di depannya itu menunjukkan kemesraan kepada dirinya.

Merasa tidak tahan, Agatha akhirnya pamit pulang. Ia bahkan tidak menyentuh minuman dan makanan yang Jani hidangnya. Baik Jani dan Charles tidak mengantar kepulangan Agatha. Mereka membiarkan tamunya itu keluar rumah sendirian.

" Mbak, tolong jangan lupa tutup pintunya ya," teriak Jani sambil tertawa terbahak-bahak. Gadis itu sungguh puas bisa mengerjai Agatha.

Namun, rupanya ia tertawa sendirian. Charles tidak ikut tertawa, tentu saja Jani merasa aneh dengan pria dewasa yang kini duduk masih sambil memeluk pinggangnya.

" Eh, om nggak terima mantannya digituin sama aku. Kok diem aja."

" Ada hal lain yang membuatku diam Jani. Apa kau benar-benar tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan tadi."

Jani terdiam,ia mencoba berpikir apa yang sedang Charles katakan. Tentang apa yang dimaksud Charles hingga ia menyadari sesuatu.

" Maaf om, hehehe kan nggak sengaja."

" No, tidak bisa. Kamu harus tanggung jawab Jani."

Glek

Jani menelan saliva nya dengan susah payah. Kata tanggung jawab itu terdengar begitu horor buatnya. Apalagi saat ini Charles sudah mengungkung Jani di atas Sofa. Jani jelas tidak bisa berkutik, tubuh kekar Charles sangat mustahil untuk nya bisa meloloskan diri dari pria dewasa itu.

Charles semakin mengikis jarak sehingga wajah mereka begitu dekat.

Saat ini ada dua hal dalam diri Charles yang saling bertentangan. Pertama, ada hasrat ingin mencium bibir mungil istrinya itu, bagaimanapun mereka adalah suami istri sangat wajar jika mereka berciuman bahkan lebih dari itupun tidak masalah. Tapi di sisi lain, Charles tidak ingin melakukan itu karena pernikahan mereka yang hanya sebatas perjanjian.

Namun sungguh, saat ini Charles tidak tahan ingin melahap bibir Jani tersebut. " Jan, bolehkah?"

Seperti dihipnotis oleh suara dan wajah Charles, Jani hanya mengangguk pasrah tanpa berkata apapun.

Mendapat lampu hijau dari Jani, Charles langsung mendaratkan bibirnya di bibir istrinya tersebut. Sama-sama amatir karena baru pertama kali ini melakukannya, mereka mengikuti naluri. Keduanya saling menyesap, Jani bahkan sudah memejamkan matanya menikmati lidah Charles yang mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulutnya.

Tanpa diduga, tangan Charles mulai merayap naik dari kaki ke paha. Jani membulatkan matanya saat merasakan sentuhan tangan Charles.

" Om ... "

" Oh shiiit, maafkan aku Jan."

Charles langsung bangun dari atas tubuh Jani dan bergegas masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar Charles meremas rambutnya sendiri. Ia merutuki dirinya yang kelepasan itu.

" Shiit, kenapa bisa lepas kendali begitu. Niatnya hanya mau menciumnya tapi ini tangan malah ngelunjak kemana-mana. Arghhhh!!!!"

TBC