Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.
Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.
Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.
Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.
Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?
Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?
IG : miena_checil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Bersalah
Tak lama kemudian sampailah mereka berdua di rumah Pak Andi. Kini mobil Farel memasuki area taman depan rumah tersebut. Perlahan memarkirkan mobilnya lalu sesaat keduanya keluar dari mobil.
Rumah berlantai dua itu terlihat sepi, tak ada aktifitas di depan rumah. Farel dan Alika saling menatap karena heran. Dengan satu dua langkah keduanya menapaki tiga tangga di teras rumah Pak Andi.
Dengan sangat hati-hati Alika menekan bel pintu tersebut. Satu kali menekan bel, dua kali menekan bel lagi tak ada sahutan dari dalam. Alika dan Farel kembali saling menatap heran.
"Apa tidak orang di rumah ini?" tanya Farel pada Alika.
"Saya juga tidak tau pak," jawab Alika. "Apa kita pulang saja," kata Alika saat tak ada yang membukakan pintu karena sudah dua kali dia menekan bel.
"Terserah lu aja," jawab Farel sambil akan melangkah pergi dari rumah Pak Andi.
Namun sesaat ada suara pintu terbuka dari dalam. Farel dan Alika kembali berbalik menghadap pintu, ingin melihat siapa seseorang di balik pintu tersebut.
Muncul seorang gadis kecil di balik pintu, umurnya sekitar delapan tahun. "Mama ada tamu," teriak gadis kecil tersebut.
Alika dan Farel kembali saling menatap heran. Tak lama kemudian muncul ibu-ibu di belakang gadis tersebut. Dengan cepat menggendong gadis itu. "Siapa kalian?" tanyanya seperti ketakutan.
Jantung Alika sudah tidak berirama dengan baik, melihat pemandangan di depannya. Jika tidak salah kemarin teman sekantornya bilang kalau Pak Andi mempunyai istri dan tiga orang anak. Yang pertama sudah kuliah, yang kedua masih sekolah SMP dan yang terakhir seorang gadis yang masih sekolah dasar. Jika benar yang di katakan teman sekantornya berarti yang di hadapannya saat ini adalah istri dan anak ketiganya.
Alika susah payah menelan saliva nya saat menghadapi perempuan di depannya. "Assalamualaikum," kata Alika dengan nada bergetar, rasa bersalah langsung merasuki tubuhnya melihat tingkah wanita di depannya.
Farel dapat menangkap raut wajah yang berbeda dari Alika. Dengan mengucapkan salam dengan nada sedikit bergetar. Farel bahkan tak melepaskan pandangannya sedikitpun dari Alika.
"Wa'alaikumsalam," jawab wanita itu yang sudah beberapa kali melihat Alika dan Farel bergantian.
"Kami teman kantor Pak Andi, boleh kami masuk?" tanya Alika.
Wanita itu hanya diam tak langsung menjawab pertanyaan Alika.
"Kami hanya datang berkunjung," jawab Alika. Lama tak ada respon dari wanita yang berdiri di depannya. "Ehm kalau anda tidak..."
"Masuklah..." kata wanita itu, memotong perkataan Alika. Sedikit dirinya bergeser dan membuka pintu lebar agar Farel dan Alika bisa masuk.
Farel dan Alika kembali heran dengan sikap wanita ini. Tapi tanpa berpikir panjang keduanya langsung berjalan melangkah ke dalam rumah.
Beberapa saat kemudian Farel dan Alika sudah duduk di ruang tamu keluarga Pak Andi. Wanita tadi juga sudah menghidangkan minuman hangat untuk Farel dan Alika. Memangku gadis kecil tersebut di atas kakinya.
"Kalian siapa? Mau apa kalian kemari?" tanya wanita itu.
"Kami..." Alika menggantungkan kalimatnya, ragu-ragu akan mengatakan sesuatu.
Farel sepertinya tau apa yang membuat Alika menggantungkan kalimatnya, lalu sesaat dia berdiri menghampiri gadis kecil di pangkuan ibunya, berjongkok di sebelah kaki wanita itu. "Peri kecil, maukah kamu bermain sama om?" tanya Farel.
Gadis kecil tersebut hanya diam menatap Farel.
Lalu Farel kembali tersenyum. "Beri sedikit waktu untuk mama kamu bicara dengan tante cantik itu," kata Farel sambil menunjuk ke arah Alika. Berusaha membujuk anak Pak Andi.
Anak bungsu Pak Andi itu tidak langsung mengiyakan permintaan Farel, melihat ibunya meminta persetujuan dengan ajakan Farel. Saat ibunya menganggukkan kepala lantas gadis kecil itu turun dari pangkuan ibunya dan menggandeng tangan Farel menuju taman belakang rumahnya. Farel hanya menatap sekilas Alika, sebelum dia benar-benar keluar memasuki taman belakang rumah Pak Andi.
"Ada yang ingin kamu bicarakan? Jarang sekali teman sekantor suami saya datang ke rumah kami," ucap istri Pak Andi.
Alika memberanikan menatap istri Pak Andi. "Saya minta maaf," kata yang sudah dari tadi Alika tahan akhirnya keluar juga. Perlahan Alika menundukkan kepalanya, ada rasa sesal yang berat menghinggapi perasaannya. "Saya minta maaf karena telah menjebloskan Pak Andi ke dalam penjara, saya yang membuka kesalahan Pak Andi sampai beliau harus berpisah dengan anda," Alika berkata sambil menangis. "Anda boleh memukul saya, anda boleh memaki saya, anda juga boleh membenci saya. Tapi saya mohon maafkan saya," Alika berbicara sambil menangis sesegukan.
Istri Pak Andi lantas sedikit tersenyum lalu berdiri menghampiri Alika dan duduk di sebelahnya. Memegang kedua tangan Alika dan perlahan mengusap punggungnya. "Kenapa harus minta maaf? Kamu tidak salah," jawabnya.
Alika kemudian memberanikan menatap wajah istri Pak Andi.
"Justru yang salah itu suami saya, dia telah mengkhianati atasannya." Kata istri Pak Andi sambil tersenyum. "Saya bahkan saat ini sedang menghukumnya, mulai pertama dia masuk sel tahanan saya tidak pernah mengunjunginya. Saya ingin dia merasakan bagaimana rasanya di tinggalkan ketika dia melakukan kesalahan."
Alika terkejut dengan penuturan istri Pak Andi. Bagaimana wanita di depannya ini justru menghukum suaminya sendiri.
Istri Pak Andi kemudian tersenyum melihat raut wajah Alika yang seketika berubah terkejut. "Jangan berekspresi seperti itu, saya jadi takut denganmu," kata istri Pak Andi di selingi tawanya.
Tanpa sadar Alika langsung memeluk wanita di depannya. Kini ada perasaan lega ketika dia tau bahwa istri Pak Andi tidak benar-benar membencinya.
Waktu terus bergulir setelah lama bercengkrama dengan istri Pak Andi lantas Alika pamit untuk pulang. Putri bungsu Pak Andi bahkan sudah terlihat sangat dekat dengan Farel.
Di dalam mobil Alika kembali diam seribu bahasa. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Menyenderkan kepalanya di bantalan jok mobil sambil memiringkan kepalanya menghadap kaca pintu mobil. Melihat pohon-pohon yang berjalan cepat seiring Farel menancap gas mobilnya.
Ada rasa lega di dalam hatinya, mendengar kata-kata istri Pak Andi yang memaafkan dirinya. Namun ada juga perkataan yang membuat dirinya semakin merasa bersalah ketika wanita tadi yang ia temui mengatakan bahwa anak-anaknya merasa minder di sekolah karena dikucilkan sebagian temannya karena ayah mereka masuk ke dalam penjara.
Itulah kenapa keluarga Pak Andi menutup rapat-rapat rumah mereka. Berharap mereka tidak mendengar para gunjingan tetangga.
'Kami baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir. Semua akan kembali normal ketika suami saya nanti keluar dari penjara'
Kalimat itu yang membuat hati Alika kembali dilanda rasa bersalah. Bagaimana mungkin istri Pak Andi setegar itu menghadapi omongan orang di luar sana.
Semua akan kembali normal jika Pak Andi keluar dari penjara, tapi kapan? Dua tahun lagi? Itu bahkan waktu yang sangat lama.
Tadi saja Pak Andi menolak untuk mengatakan yang sebenarnya pada pihak berwajib. Batin Alika, dan tanpa sadar dirinya kembali meneteskan air mata. Perasaan bersalah kini kembali memasuki jiwa Alika.
Bersambung
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
.