Bukan Mantan, tapi pernah berarti.
Saat rasa cinta datang kita tak tahu dimana dia akan berlabuh, kita bahkan tak bisa menolak perasaan yang mencokol dan mendamba ingin memiliki.
Lalu bagaimana jadinya jika perasaan tersebut tak bersambut? berjuang mungkin salah satu jalannya.
Namun, bagaimana jika kita sudah berjuang cinta itu tetap tak bersambut? menyerah, mungkin yang terbaik.
Tapi bagaimana jika disaat kita menyerah, cinta itu justru memberi luka yang mendalam hingga berbalik menjadi benci.
Nizar Raksa Darmaji cowok yang dicintai Anggun, merenggut kesuciannya hanya karena salah paham, dan karena itu Anggun harus menanggung kesedihan yang teramat dalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Sudah dua hari Anggun tidak ke kampus, dan hari ini Anggun akan kembali melakukan kegiatannya menuntut ilmu, Anggun tidak bisa terus menghindar bagaimana pun dia harus menghadapi Nizar entah itu hari ini atau besok, sebab tidak mungkin Anggun tidak bertemu kembali dengan Nizar bukan? Meski Anggun berharap doanya terkabul, tapi bagaimana pun dia dan Nizar punya sebuah ikatan yang tak bisa dihindari, Gio.
Meski Anggun harap Nizar tak pernah tahu tentang Gio, tapi lagi ... sekuat apapun Anggun berlari takdir Tuhan tak pernah ada yang tahu.
Jadi Anggun harus belajar dari sekarang, hilangkan rasa takut itu dan berdiri tegak diatas kakinya sendiri. Hadapi apapun yang terjadi, dia tak boleh lemah ada Gio yang butuh tempat berlindung dari kejamnya dunia.
Anggun menghentikan langkahnya saat seseorang menghalangi langkahnya, dengan jantung yang berdebar kencang Anggun mendongak dan menghela nafas lega saat yang dilihatnya bukan seseorang yang dia takutkan "Hai," sapanya.
Anggun mengangguk "Halo kak, ada yang bisa aku bantu," ucap Anggun. Bagaimana pun orang di depannya adalah seniornya yang harus di hormati.
"Gue seno, dan ini ..."
Anggun mengeryit saat melihat seniornya bernama Seno ini menyodorkan sebuah amplop padanya "Ada yang nitip ini buat lo." dan Anggun semakin merasa heran.
"Jangan tanya isinya apa, gue juga gak tahu." Seno tertawa, hingga beberapa detik kemudian tawa terhenti sebab Anggun sama sekali tidak berniat ikut tertawa.
"Dari siapa?" tanya Anggun sambil menerima amplop tersebut.
"Nizar ..."
Degh...
"Nizar?" Anggun tidak berharap Nizar yang di sebut adalah Nizar yang sama yang menggoreskan luka padanya, tapi Anggun terdiam saat Seno menjawab.
"Iya, Nizar yang dua hari lalu kesini cari Lo, mungkin dia mau pamit," ucap Seno.
"Sebenernya udah dua hari lalu dia titip ke gue, cuma gue gak ketemu lo dari kemarin.." Anggun diam tak menjawab, Seno tidak tahu apa hubungan Anggun dengan Nizar tapi melihat bagaimana Nizar begitu bersi keras ingin bertemu Anggun sepertinya hubungan mereka bukan hubungan biasa, apalagi melihat wajah Anggun saat ini..
"Ya, udah kalau gitu gue pergi ya." menyadari wajah Anggun yang menegang membuat Seno enggan berlama- lama.
Anggun menatap kepergian Seno, lalu mengalihkan tatapannya pada amplop ditangannya. Anggun menghela nafasnya lalu memasukan amplop tersebut dalam tas gendongnya, dia tak berniat membacanya sekarang, tentu saja dia tak mau mood nya hancur hanya karena surat yang Seno sebut dari Nizar itu.
Bolehkah Anggun lega saat mendengar kata 'pamit' yang Seno katakan, bukankah itu berarti Nizar sudah pergi, bukankah seingatnya Nizar berencana melanjutkan sekolahnya ke luar Negeri.
...
Malam harinya setelah Gio tertidur Anggun membuka tasnya dan mengeluarkan laptop yang baru dia beli satu bulan lalu untuk keperluan kuliah dan tentu saja untuk menulis novel, Anggun mulai mengetik untuk novel onlinenya, namun Anggun yang sudah memejam tak bisa menuangkan imajinasinya, pikirannya kacau sejak kedatangan Nizar, Anggun merasa frustasi sekarang, Anggun menutup kembali laptopnya dan melihat surat dari Nizar yang di berikan Seno.
Tangan Anggun bergerak membuka lipatan amplop dan mengambil isinya.
Dengan jantung yang berdebar Anggun mulai membuka dan membaca kata demi kata di dalamnya, bukannya luluh ... Kini Anggun merasakan dadanya bergemuruh dengan pikiran yang hampir meledak, Nizar brengsek! Tidak tahu diri, dia pikir Anggun akan mengikuti apa katanya, tidak! Tidak akan pernah.