Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.
Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.
Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.
Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bungee~ Bab 13
Gio duduk bersila, bukan di ruang makan melainkan di ruang tengah sambil memangku piring berisi segunung nasi dan lauk pauk.
Diantara anak-anak bu Gendhis dan pak Suryanto, Gio Mahardika lah yang jika makan tak betah di meja makan. Rambutnya bahkan masih basah, dan ia sisir lalu diacak-acak kembali. Lalu untuk apa to disisir kalo mesti diacak-acak lagi?!
Disaat ibu dan bapak hampir terbang ke awang-awang, ia baru saja menyinduk nasi. Dipindahkannya channel televisi, dimana bapak langsung bereaksi, "ndak ada pilem rame, nang..."
"Biasanya jam segini ada pilem box office, pak. Ganti aja lah kuis ndak apa-apa, sing penting jangan berita...pusing aku liatnya, politik begitu-begitu aja, yang kaya makin kaya, yang melarat ya ma*ti..." ujarnya menggerutu. Bawaannya kesal saja melihat politik negri yang makin bobrok.
"Oalah, mati...dikira tikus!" Leta yang sudah berganti pakaian kembali ikut nimbrung seraya membawa segelas air minum untuk Gio. Barusan ia ke belakang, berpapasan dengan budhe yang bersiap untuk tidur, dan kata budhe, kebiasaan Gio kalau makan tak membawa minum dan keloloden. Jadi Leta yang mesti melengkapi, KATANYA sih....
Uhukkk!
Gio segera menyambar gelas yang bahkan belum ditaruh di atas meja oleh Leta, membuat gadis itu hanya bisa menaikan alisnya.
"Ha! ha....kan, mestinya aku mbawain kamu segentong, mas. Biar ndak langsung abis gini...lagian makan kaya bocah.." cibirnya ikut duduk di sebelah Gio tanpa ragu, sementara pemuda itu melanjutkan makannya tanpa mau meladeni ucapan Leta barusan.
"Loh nduk, kamu ndak makan juga? Bukannya tadi belum makan?" tanya bapak mengganti silangan kaki di balik sarung kotak-kotaknya.
Leta tersenyum getir, "endak padhe. Udah kemaleman..."
"Iyo to? Katanya tadi mau nungguin Gio, sekarang Gio makan kamu engga, gimana to? Ndak lapar?"
Gio menatap Leta diantara kunyahannya, yang benar saja? Ia menahan lapar hanya demi menunggunya untuk makan bersama? Heh pelk racing! Aturan kalo udah lapar yo mangan, pake nunggu-nunggu ia yang belum balek.
"Ndak papa padhe. Makanku di rapel aja besok pagi, makan malem itu ngga baik...aku ndak biasa juga..." jawabnya memancing dengusan Gio, yang benar saja! Seriusan Leta tak mau, sekalipun itu martabak? Yang makannya enak di waktu malam semakin larut.
Bapak terlihat menggeleng, "yo wes lah...sakarepmu, nduk. Hoam! Bapak mau tidur lah...sudah mengantuk, jangan lupa kunci pintu Yo, abis masukin motor..."
"Iya pak."
Sepeninggal bapak, Gio langsung menjatuhkan pandangannya pada Leta, "kamu belum makan? Ngapain nungguin aku? Wong aku pulangnya malem ampir tiap hari..."
Leta mendengus, "ya mana aku tau kamu pulang malem banget! Lagian aku cuma mau lakuin apa yang sering ibu lakuin dulu ke almarhum bapak, nemenin makan, terus kalo makan nungguin bapak makan juga...katanya ibu, itu bentuk pelayanan sebagai seorang istri."
Uhukk!
Gio kembali terbatuk dan tersedak karena ucapan Leta, astagah! Ia tak menyangka jika gadis ini serius menganggap pernikahan diantara mereka, Leta begitu mendalami perannya, maksud Gio...Leta bisa sampai kepikiran sampai situ untuk mengabdi padanya, padahal jika ditarik fakta...ia mau dinikahkan dengan Gio atas dasar paksaan, ditambah mereka taunya Gio menyimpang, apalagi? Pernikahan mereka pun dilakukan secara siri.
Gio menyodorkan tangannya yang berlumuran bumbu serta nasi sepaket lauknya, "mangan..."
Leta menggeleng dan menutup mulutnya, "ndak. Aku udah seduh sereal tadi abis magrib." Jawabnya.
"Mangan, Ta. Nanti aku yang disalahin kalo asam lambungmu naik...buruan, pegel iki tanganku." Gio berusaha menyuapi istrinya itu.
Namun Leta kembali menggeleng, "kamu tau ndak, Yo? Makan malam tuh idealnya dari jam 18.00-19.00 wib. Sebenernya ngga ada aturan tertentu, tapi sistem pencernaan tuh butuh waktu setidaknya 3 jam buat cerna makanan, kalo waktu makannya mepet mepet sama waktu tidur begini, itu bisa ganggu kualitas tidur, dan menyebabkan masalah kesehatan lain, kaya asam lambung naik, stroke, kelebihan berat badan..."
Ahhh! Gio dapatkan jawabannya, "kamu takut gendut."
Leta merotasi matanya, "dari sekian jawaban aku, kamu dan laki-laki lain pasti cuma menyimpulkan takut gendutnya." Leta berdecak.
"Iya. Aku takut gendut! Takut baju-baju ngga muat mesti beli baju ukuran jumbo yang harganya lebih mahal!" tambah Leta galak seraya melipat tangan di dada membuat Gio tertawa diantara nasi yang baru saja ia kunyah sebagian.
"Laki-laki mana lagi yang bilang? Pacar kamu?" tembak Gio tiba-tiba membuat Leta seketika mengernyit, namun ia tak mau mengklarifikasi itu, biarkan saja.
"Yo wes. Buruan makannya to, aku ngantuk mau tidur...besok masih sekolah!"
"Oalah, aku yang makan kamu yang marah-marah...kalo mau tidur, yo wes tidur aja sana, ngapain juga mesti nungguin aku...."
"Ck. Oke! Aku kira bakalan gampang, bakalan anget nemenin kamu makan, cuma nemenin makan loh iki, bukan nemenin bikin dosa. Kaya biasa yang dilakuin ibu sama bapak, tapi kalo suaminya modelan kamu, mas...bikin darah cepet tinggi! Ngajakin berantem terus!" Leta beranjak dari duduknya lalu masuk ke kamar sambil ngomel-ngomel.
***
Dan setelah berhasil memasukan motornya, Gio masih harus melihat tugas-tugas kampusnya sejenak, apa yang harus ia kerjakan esok, menentukan step by stepnya. Ia memang orang yang terencana, tak mau serba dadakan, dan begitu sempurna, kecuali untuk satu hal. Biaya kuliah mahal yang telah digelontorkan mas-masnya, ibu dan bapak tak boleh sia-sia, harus ia manfaatkan dengan begitu baik.
Ia masuk ke kamar, dan benar saja...Leta sudah terlelap dengan mudahnya menandakan jika gadis itu sudah sangat mengantuk. Bahkan dengkuran halus di balik selimut yang membungkus tubuh dapat ia dengar dengan jelas.
Melanjutkan kegiatannya, tak lupa Gio juga mencatat dalam jurnalnya, sisa hutangku sama Rompis...berapa gaji part timenya, berapa kiriman dari mas Rangga dan mas Tama.
Ia menuliskan di list pengeluaran dari gaji part timenya.
...'Uang jajan Alleta.'...
"Yang dari mas Rangga, simpen saja kalo Leta butuh buat acara keluar sekolah..." monolognya menghitung-hitung pengeluaran yang siap membombardir dompet dan rekeningnya di kemudian hari.
Menikah siri di usia muda begini tentu bukan planing masa depan impiannya, namun sinyal yang tempo hari ia lancarkan adalah jalan darurat yang Gio luncurkan untuk membawanya tetap waras dari pergaulan toxic yang telah ia coba selami. Nyatanya ia tak bisa---sulit dan untuk kebodohannya itu ia membutuhkan bantuan.
Leta menggeliat, benar-benar puas tak ada kejaiman hingga tangannya tak sengaja menyentuh wajah Gio terkhusus bibir. Ia sempat memundurkan wajahnya menatap sejenak bibir Gio. Bibir yang kemarin mencuri ciuman pertamanya.
Wajah Leta bersemu merah, "dasar suami kurang aj ar kamu, Yo." Umpatnya berani, mumpung yang diumpati masih menyelami dunia mimpi.
"Untung kesabaranku segede gunung, Yo. Coba kalo kamu dapet istri orang lain, oahhh baru sehari udah minta cerai pasti! Baru do'a pertama udah disumpahin ketabrak bebek di jalan udah gitu nginjek ta\*i kucing pula..." gerutunya lagi yang sebenarnya itu mewakili isi hati.
Ia beringsut turun dari kasur melipat selimut dan menumpuknya di atas bantal, lalu menyambar handuk serta baju ganti, setelah kejadian kemarin ia semakin ragu untuk mengganti pakaian di dalam kamar terlebih Gio ada di dalamnya.
"Uh mules--mules!" keluh Leta bergegas berlari keluar kamar. Dan percayalah jakun Gio sudah bergetar karena menahan tawanya sejak tadi. Disumpahi Leta bikin perutnya kemekel, "do'a mu Ta.."
.
.
.
.
biar si letta gk pergi2 dri kmu
jangan to yo,kasian si leta masih gadis
mana enak menikmati sendiri
tunggu Sampek kalian bener2 siap lahir batin dan ikhlas melakukannya bersama, atas kesadaran masing2, pasti rasanya jauh LBH maknyus 👌
tapi ga enak yo, kalau lagi pas ga sadar...
kelakon di kubur hidup" Karo Hanoman we ngko😂😂😂
eh dah kangen aja sama ngoceh nya duo sejoli leta-gio pas leta sadar 😍
tapi ingat konsekuensinya bisa dihajar sama orang rumah kamu...😁
semoga apa yang diucapkan Mus tidak kejadian.....si gentong mau menerima apa yang terjadi pada dirinya.....
mkasih kak sin update nya 👍👍🤗🤗
semoga saja rompis jera nggak dendam sama Gio dan Letta
mkasih kak sin update nya 👍