NovelToon NovelToon
Usai Sebelum Dimulai

Usai Sebelum Dimulai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Pengganti / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Slice of Life
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Roshni Bright

Layaknya matahari dan bulan yang saling bertemu disaat pergantian petang dan malam, namun tidak pernah saling berdampingan indah di langit angkasa, seperti itulah kita, dekat, saling mengenal, tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.

Aku akan selalu mencintaimu layaknya bulan yang selalu menemani bintang di langit malam. Diantara ribuan bintang di langit malam, mungkin aku tidak akan pernah terlihat olehmu, karena terhalau oleh gemerlapnya cahaya bintang yang indah nan memikat hati itu.

Aku memiliki seorang kekasih saat ini, dia sangat baik padaku, dan kita berencana untuk menikah, tetapi mengapa hatiku terasa pilu mendengar kabar kepergianmu lagi.

Bertahun-tahun lamanya aku menunggu kedatanganmu, namun hubungan kita yang dulu sedekat bulan dan bintang di langit malam, justru menjadi se-asing bulan dan matahari.

Kisah kita bahkan harus usai, sebelum sempat dimulai, hanya karena jarak yang memisahkan kita selama ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roshni Bright, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta Monyet

Ibu Aisyah datang dengan membawa tiga mangkok mie kuah, lengkap dengan nasi dan telurnya.

“Ayok dimakan dulu mie-nya, nanti keburu dingin gak enak,” ucap Ibu Aisyah meletekkan kedua mie diatas meja.

“Iya Tante, makasih,” ucap Ji-hyeon.

“Iya sama-sama,” ucap Ibu Aisyah tersenyum menatapnya.

“Aisyah, Umi makan di dalam saja ya, biar Kamu bisa lebih puas berbicara dengan Dia,” ucap Ibunya meledeknya dan langsung pergi meninggalkan Mereka dengan membawa satu mie lagi yang tidak Ia taruh diatas meja tadi.

“Ah Umi!” panggil Aisyah yang nampak kesal pada Ibunya, karena terus meledeknya dengan Ji-hyeon.

“Hm yaudah makan yuk!” ajak Aisyah.

“Iya,” jawab Ji-hyeon.

Ibunya nampak tersenyum bahagia mengintip dibalik dinding ruangan. Ibu Aisyah pergi ke dapur dan makan diatas meja makan yang terletak di dapur.

“Oh iya, Kamu kelahiran tahun berapa?” tanya Aisyah sembari menyeruput kuah mie-nya.

“2.000, Kamu?” tanya Ji-hyeon.

“Hm iya sih bener seumuran!”

“HEHE! Iya!”

“Tadi Kamu bilang, kalau Kamu udah lama ngeliatin aku, dari kapan? Kenapa diam saja?”

“Hm aku sungkan sebenarnya sama Kamu, tapi ya lama-kelamaan aku kasian juga, karena gak punya teman main,”

“Aku gak butuh dikasihani ya sama Kamu! jika niat Kamu ingin berteman denganku didasari oleh rasa kasihan, maaf, aku tidak membutuhkannya. Lebih baik aku sendiri, kesepian, karena tidak memiliki satupun teman, daripada memiliki satu teman yang didasarkan atas rasa kasihan!”

“Eh.. Bukan kayak gitu maksud aku, Kamu salah paham! Bukannya aku mau temenan sama Kamu karena kasihan sama Kamu, enggak ya!”

“Terus maksud kasian tadi itu apa?”

“Ya aku kasihan sama diriku sendiri gitu maksudnya. kadang aku mikir, aku salah apa, kekuranganku yang mana, sampai-sampai tidak ada satupun orang yang mau berteman denganku.”

“Oh gitu..”

“Iya!”

“Jujur saja, aku juga merasa demikian. Mereka menjauhiku karena Mereka berpikir aku gila, padahal tidak!”

“Apa maksudmu itu?”

“Hm aku indigo Ji, aku bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk-makhluk tak kasat mata.”

“Benarkah?”

“Iya!”

“Aku ingin sekali menjadi sepertimu.”

“Mengapa Kamu ingin menjadi orang sepertiku?”

“Agar aku bisa merasakan sedalam apa luka dihatimu itu, karena aku tahu, Kamu pasti tersiksa dengan kelebihan yang Kamu miliki itu.”

“Tidak Ji! ini bukan kelebihan bagiku, melainkan sebuah kutukan. Tidak ada kelebihan yang membuat seseorang merasakan penderitaan, hanya kutukan saja yang membuat seseorang merasa menderita menjadi seseorang yang berbeda dari orang lain.”

“Kamu itu istimewa!”

“Maksudmu?”

“Ya karena tidak semua orang diberikan sesuatu yang sama sepertimu, walaupun caranya menyakitkan, tapi lihatlah! Takdir ingin Kamu terlihat istimewa, dan berbeda dari Cewek diluar sana! semua itu tergantung bagaimana dengan penerimaan diri Kamu sendiri saja ...”

“... Jangan pernah mengatakan itu kutukan, anggap saja Kamu orang istimewa yang terpilih oleh takdir untuk mengemban tanggungjawab yang jauh lebih besar daripada Mereka.”

“Tapi karena itu semua orang menjauhiku!"

“Semua orang katamu? Lantas aku apa? Apa Kamu tidak menganggapku ada? Hei! Aku manusia lah! Lihat! Kakiku menyentuh tanah!” ucap Ji-hyeon tersenyum dan melompat-lompat di hadapan Aisyah.

Melihat tingkah konyol Ji-hyeon sontak membuat Aisyah tertawa bahagia.

“Nah! Gitu dong senyum!” ucap Ji-hyeon tersenyum menatapnya.

“Apa sih Ji!” ucap Aisyah yang nampak baper oleh perkataan Ji-hyeon.

Ji-hyeon kembali duduk dan melanjutkan makannya. Ji-hyeon terus tersenyum memandang wajah Aisyah, sembari mulutnya yang tidak berhenti makan.

“Kalau aku lihat-lihat, Kamu manis juga ya,” ucap Ji-hyeon pelan dan tersenyum menatapnya.

“Kamu ngomong apa tadi? Sorry aku gak dengar.”

“Hm.. Bukan apa-apa kok!”

“Tadi kayaknya Kamu ngomong deh, ngomong apaan? Ngomong aja kali, gak apa-apa!”

“Siapa yang ngomong? Aku dari tadi diem makan mie kok! salah dengar kali Kamu!”

“Tapi tadi kayak suara Kamu deh!”

“Ada makhluk halus kali di sekitar Kita, dan yang Kamu dengar itu suara salah satu dari Mereka yang menyerupai suaraku.”

Mendengar hal itu, sontak Aisyah melihat ke sekelilingnya.

“Hm.. Gak ada siapa-siapa kok, gak ada hantu satupun,” ucap Aisyah.

“Ya mungkin Kamu salah dengar aja kali, mungkin suara dari TV, karena Kita sebelahan, jadi Kamu mikirnya itu suara aku.”

“Hm.. Bisa jadi sih, kok aku ngantuk ya habis makan mie?” tanya Aisyah mengusap matanya.

“Duduk dulu setengah jam, jangan langsung tidur, nanti sakit perut lagi Kamu.”

“Tapi aku ngantuk!” ucap Aisyah yang langsung rebahan diatas sofa.

“Hei! Duduk dulu! ayok bangun!” pinta Ji-hyeon menarik tangan Aisyah.

Ji-hyeon duduk disampingnya, dan Aisyah yang sudah sangat mengantuk pun menyandarkan kepalanya dibahu Ji-hyeon. Ji-hyeon sempat terkejut akan hal itu, tetapi ia tersenyum bahagia, nampaknya Ji-hyeon mulai jatuh hati pada Aisyah.

“Mengapa jantungku berdebar kencang seperti ini, ada apa denganku? Apa itu artinya aku jatuh cinta padanya? ...”

“... Jika memang benar ini cinta, semoga akan ada akhir yang indah diantara Kita, namun bagaimana jika suatu saat jarak memisahkan Kita? ...”

“... Mungkinkah jarak akan berbaik hati untuk menyatukan Kita kembali? Atau justru menjadi dua pribadi asing seperti tidak saling mengenal satu sama lain? ...”

“... Semoga “asing” tidak pernah ada ditengah-tengah antara aku dan Kamu. Kisah denganmu adalah kisah yang tak pernah ingin aku akhiri, semoga saja takdir merestuinya, semoga saja takdir berpihak pada Kita. Aisyah ...”

“... Aku tahu, jika Kita terlalu dini untuk memilih pasangan hidup, tetapi aku tidak tahu, mengapa ini bisa terjadi padaku, Aisyah. Entah mengapa, pertemuan Kita berhasil memikat hatiku, dan membuat jantungku berdetak kencang saat Kamu berada disampingku sedekat ini ...”

“... Jika benar ini yang dinamakan sebagai “cinta monyet” semoga kedua monyet itu saling mencintai satu sama lain, hingga ajal memisahkan keduanya, bukan karena adanya monyet ketiga yang hadir diantara keduanya ...”

“... Eh apaan sih! Kenapa jadi bahas monyet segala deh? Kan kasian si monyet lagi pada tidur aku omongin. Eh tapi kan bisa juga si monyet lagi pada makan pisang ya, kan enak tuh hujan-hujan kayak gini makan pisang, apalagi pisang goreng, ngomongin pisah goreng ...”

“... jadi pengen pisang goreng deh, ah dasar pengenan banget sih lu Ji jadi orang! Ah nanti habis dari sini nyari yang jual pisang goreng deh, syukur-syukur masih hangat, baru diangkat dari penggorengan, jadi lezatnya mendukung suasana,” ucap Ji-hyeon yang terpikirkan oleh pisang goreng.

Ji-hyeon menggeser perlahan tubuh Aisyah dan berpamitan pulang pada Ibunya.

“Tante, aku pamit pulang dulu ya,” ucap Ji-hyeon.

“Buru-buru banget! Gak main sama Aisyah dulu?”

“Aisyah tidur Tante, habis makan mie langsung ketiduran, aku pamit pulang aja ya Tante, assalamualaikum,” ucap Ji-hyeon tersenyum mencium punggung tangan Ibu Aisyah.

“Iya, walaikumsalam,” jawab Ibu Aisyah.

Ji-hyeon pun pergi untuk mencari pisang goreng, sedangkan Ibu Aisyah menghampiri Aisyah di ruang tamu.

1
JAESAHI😎
ceritanya bagus👍
Nini 🐻: makasih kak 🥰
total 1 replies
JAESAHI😎
dah mampir ya kaka
Nini 🐻: iyaa kak, makasih 🥰
total 1 replies
Angel
aku suka puisinya indah banget puisinya 🥰
Nini 🐻: makasih kak 🥰
total 1 replies
Setia R
wauuu indah!
Nini 🐻: makasih kak 🥰
total 1 replies
LISA🌟
definisi cinta monyet 🐒😭😭
Nini 🐻: tidak ada salahnya kan jika monyet jatuh cinta? wkwk
total 1 replies
Fahri
Ji-hyeon? kayak kenal deh 🤭
Nini 🐻: Ri, diem gak lu 🫵🏻😭😭
total 1 replies
Sayang Kamu 🌷
kau kesambet apaan Ni? lama ngilang sekalinya dateng puitis sekali 😭😭
Nini 🐻: kesambet rinduku padamu duhai sayangku 🤣🤣
total 1 replies
范妮·廉姆
hi sy mampir
Nini 🐻: makasih udah mampir kak 🥰
total 1 replies
Vinaaa 👸
tuh tak vote, karna Nini sedang berusaha menjadi seorang wanita yang puitis 🤣🤣
Nini 🐻: gimana? gimana? ngakak gak? nulisnya geli² gimana gitu, ngakak sendiri wehh 🤌🏻😭🤣
total 1 replies
Vinaaa 👸
sejak kapan Nini jadi puitis sekali 🙄😂
Nini 🐻: sejak saat ini sayangku 😂
total 1 replies
Feyza
aku heran covernya org indo tp tokohnya namanya ke koreaan
Nini 🐻: follback ya
Nini 🐻: oke kak
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!