Tidak ada manusia yang bisa menebak takdirnya sendiri termasuk Gibela, seorang gadis biasa di takdirkan menjadi pelindung negeri luar yang disebut Dunia Magis. Gibela adalah orang terpilih pemilik anugrah kekuatan Bulan dan Bintang. Pimpinan Gedung Pod (Power of Destiny) dari Negeri Putih atau pemilik anugrah yang bernama Guru Hayeo menunjuknya jadi ketua grup 3F (Five Friend Fod) yang artinya lima sekawan Gedung Pod diantaranya yaitu Gibela, Yeni, Clara, Rayhan, dan Boy. Gibela memiliki keistimewaan dibandingkan pemilik anugrah lainnya, kekuatan yang luar biasa dan kecantikannya membuat banyak pria tertarik padanya termasuk Siyoon dan Raja Kegelapan. Tidak peduli berapa banyak kekuatan jahat yang datang Gibela selalu bisa menghancurkannya meski berkali-kali hampir kehilangan nyawa namun sejarah masa lalu Dunia Magis menyisakan racun dan menyebabkan kekuatannya menghilang. Apa Gibela bisa melawan kekuatan jahat tingkat tinggi itu ? Apakah Gibela bisa hidup dan bahagia bersama keluarg
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sahabat Sejati
Gibela dan Yeni bekerja di perusahaan pembuatan sperpak mobil motor, Gibela di tempatkan dibagian office sedangkan Yeni di bagian produksi. Mereka kerja dari hari Senin-Jumat Jam kerjanya pukul 08.00- 17.00 WIB dan istirahat jam 12.00-13.00 WIB. Sebelum menjadi pemilik anugrah di hari libur mereka selalu menghabiskan waktu dengan tidur, tidur dan tidur tidak seperti anak muda lainnya yang suka main atau jalan-jalan ke berbagai tempat. Tapi setelah menjadi pemilik anugrah mereka di sibukan dengan kegiatan yang ada di gedung fod di mulai dari latihan, berbagai kegiatan murid, agenda rapat dan lain sebagainya. Setiap hari Jumat sore mereka langsung pergi ke gedung fod walaupun sering kali terlambat karena kerjaan yang numpuk di kantor mereka terutama Yeni, dia memiliki kerjaan paling banyak di bandingkan Gibela.
“Gak kerasa udah Jumat aja,” ucap Yeni sesampainya di kosan.
“Hemn,” jawab Gibela sembari mengecek ponselnya. Ketika menyalakan data internet, ponselnya tidak berhenti bersuara karena pesan masuk.
“Wow kamu memiliki banyak sekali pesan.”
“Ya begitulah, akukan sangat populer.”
“Popoler sekali, saking populernya hampir semua pria di gedung fod mendekatiku demi mendapatkan nomer ponselmu itu,”rengeknya sambil menyimpan tas di lemari.
“Hehe …”
“Hemn dasar. Ehk iya, kerudungmu yang itu apa masih bisa dipakai ?” menunjuk kerudung putih yang menggantung di pintu.
“Tidak, nanti aku beli yang baru aja.”
“Padahal itu kerudung kesayanganmu loh.”
“Tidak masalah, walaupun tidak dipakai masih bisa disimpan.”
“Okey, terserah kamu aja.”
“Ayo kita pergi !” memegang tangan Yeni.
“Ehh bentar pintunya belum aku kunci,” Yeni berlari kearah pintu dan menguncinya.
“Beres ayo pergi !”
Setibanya digedung pod Gibela dan Yeni langsung menuju lapangan. Disana sudah ada ketiga temannya Clara, Boy dan Rayhan beserta murid junior yang lainnya. Jadwal latihan hari ini menggunakan senjata yaitu pistol.
“Akhirnya datang juga,” Rayhan melirik Gibela dan Yeni yang berjalan mendekatinya.
“Sorry gays, kita terlambat.”
“Ya ampun dari mana aja kalian ?” tanya Clara sedikit kesal.
“Hehe, terlalu banyak kerjaan jadi kita keluar kantor sedikit terlambat,” jawab Yeni meyeringai.
“Pantas saja, ayo kita pergi latihan !” ajak Rayhan.
“Ayoo sebelum para senior memanggil kita !” lanjut Boy lalu menarik tanganya agar ikut bersama.
“Joooom,” Clara, Yeni dan Gibela ikut menyusul mereka berdua.
“Grup 3F sudah lengkap, mari kita mulai latihannya,” sapa senior bernama Dimas.
“Pelajaran malam ini yaitu cara menembak pistol dengan benar. Pistol adalah salah satu alat pertahanan diri. Mempelajari cara menembak pistol dengan benar sangat penting untuk keselamatan dan kemampuan membela diri,” tambah Dimas menjelaskan.
“Pegang pistol di tangan dominan kalian dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking setinggi mungkin pada pegangan di bawah pelindung pelatuk, dengan jarak antara ibu jari dan jari telunjuk setinggi mungkin di bawah bagian belakang perosotan tanpa berada di dalam cara gerakan slide ke belakang. Jari telunjuk kalian harus berada di samping perosotan, dan ibu jari kalian harus berada di sepanjang rangka pistol, dengan ujung ibu jari kalian mengarah ke arah yang sama dengan laras. Secara umum, kalian ingin memberikan gaya rotasi sesedikit mungkin pada pistol, jadi dengan menggunakan pegangan ini kalian harus menekan pistol diantara pangkal telapak tangan dan jari-jari kalian ke arah yang sejajar dengan bagian depan dan belakang pistol posisi tangan kalian agar tidak 'memutar' pegangan saat meremasnya,” sambung Erik.
“Untuk menembakan pistol secara akurat membutuhkan sikap stabil. Posisi berdiri yang tepat akan memudahkan kalian mengarahkan dan mengendalikan senjata api,” memperlihatkan postur dan posisi berdiri Erik yang sedang memegang pistol. ‘Door’ Erik melepaskan tembakannya dan mengenai sasaran.
“Wahh hebat,” ucap salah satu murid junior.
“Senior boleh aku mencobanya ?” tanya Clara.
“Tentu,” Erik membantu Clara memegang pistolnya dengan benar dan membetulkan posisi berdirinya.
“Mereka terlihat serasi yah ?” Yeni berbisik pada Rayhan dan Boy.
“Menurutku juga begituh.”
“Ketua Gi bisa bantu kami ?”
“Tentu Senior,” Gibela selalu menjadi asisten untuk membantu Erik dan Dimas saat melatih murid junior. Sebelum hari pelatihan dimulai Gibela selalu berlatih terlebih dulu, hal ini yang membuat Gibela lebih mahir dari teman-temannya.
“Di tim kita yang jomblo Cuma mereka,” Boy melirik Gibela dan Clara.
“Hooh sih, semoga mereka berjodoh yah.”
“Nah nanti baru kita carikan yang cocok untuk Gibela,” sela Rayhan.
“Mencari cowok untuk dia ? kayanya gak deh.”
“Lah kenapa Yen, aku kan pengen tau kriteria pria idamannya Gibela. Siapa tau aku salah satunya,” jawab Boy sambil bergaya.
“PD sekali,” ledek Yeni.
“Ayoo lah Yennn pliss ya yah kasih tau …”
rengeknya memasang muka kasian.
“Kamu gak akan mendapatkan apapun Boy,” sela Rayhan.
“Kriteria pria idaman Gibela di luar prediksi BMKG, dia menginginkan pria seperti di Novel dan Drama. Selama ini belum ada tuh yang bisa mendapatkan hati dia yang sudah mati rasa itu.”
“Mati rasa ?” tanya Rayhan.
“Hati dia udah mati rasa Cintanya sudah tertutup rapat untuk pria pasangannya, aku berharap suatu hari nanti akan ada pria yang bisa meluluhkan dan menyembuhkan lukanya.”
“Nah kamu dengerkan Boy, sulit loh naklukin Gibela …”
“Aku tidak akan menyerah,” mengangkat kedua tangannya dengan semangat.
“Denger yah Gibela bukan wanita biasa yang bisa kamu dapatkan seperti halnya wanita-wanita lain itu, dia tidak akan tergila-gila dengan semua yang kamu punya seperti halnya mereka,” ucap Clara dengan nada ketus.
“Kalian tidak ingin mencobanya ?” Gibela menghentikan obrolan mereka.
“Ahh iya, kami segera datang …”
“Ayoo cepat,” Yeni narik tangangannya Boy dan Rayhan.
“Senior benarkah seperti ini ?” tanya Yeni memegang pestol.
“Coba, posisikan tanganmu seperti ini,” senior Erik membetulkan tangan Yeni.
“Kalian juga lakukan seperti ini,” tambahnya kepada Boy dan Rayhan.
“Baik.”
“Cukup bagus, lakukan beberapa kali lagi.”
“Ketika melihat Gibela menggunakan nampak mudah tapi setelah mencoba kenapa begitu sulit?” Yeni memiringkan kepalanya melihat Gibela siap menembak targetnya.
“Dia juga sama seperti kalian saat pertama kali mencobanya, walaupun sering kali gagal karena kecerobohannya tapi dia terus berusaha tanpa henti berlatih tanpa menyerah dan lihatlah hasilnya memuaskan bukan ?” sahut Dimas.
“Itu artinya Gibela pernah menggunakannya sebelumnya ?” tanya Rayhan memastikan sesuai pikirannya.
“Benar, sudah beberapa kali aku melihatnya berlatih di kegelapan setiap malam,” sambung Erik.
“Kapan dia kesininya ko aku gak tau yah ?” Yeni mengerutkan keningnya sambil melihat kearah Gibela.
“Mungkin dia tidak ingin mengganggu jam istirahatmu.”
“Mungkin saja, tapi … “
“Ternyata kalian hobi sekali menggosipkan aku yah,” sahut Gibela dari kejauhan sambil mengeker target tembakannya.
“Benar-benar tidak adil, dia selalu tau apapun yang kita bicarakan tapi kita tidak,” keluh Yeni menundukkan kepala. Tanpa menjawab lagi Gibela hanya tersenyum.
“Sudahlah yang penting Gibela baik-baik saja,” Clara merangkul Yeni.
“Belakangan ini kekuatan kegelapan mengincar Gibela bahkan orang terdekatnyapun jadi sasaran, mungkin dia ingin meningkatkan kekuatannya untuk menjaga dirinya sediri dan orang-orang terdekatnya,” sela Erik.
“Mereka ingin membalaskan dendam karena Gibela telah membunuh orang-orangnya. Meski sebenarnya kejadian itu murni bukan kesalahan Gibela, dia hanya melakukan perlawanan dan perlindungan diri karena mereka sendiri yang datang begitu saja dengan menyerang gedung fod tanpa sebab yang jelas,” sambung Dimas.
“Erikkk ??” terdengar suara Dion dari samping.
“Ehh Dion ada perlu apa kamu kemari ?”
“Apa latihannya sudah selesai ?”
“Belum, masih ada beberapa murid lagi yang belum praktek.”
“Begitu yah, bisa aku pinjam Ketua Gi sebentar ?”
“Apa ada masalah ?” tanya Gibela datang mendekat.
“Ketua Gi akan tau nanti,” jawab Dion nafasnya tidak berarturan karena berlari.
“Baiklah ayooo !” ajak Gibela meninggalkan lapangan.
“Menurutmu apa ada masalah yang
mendesak ?” tanya Clara mulai berpikir keras.
Diperjalanan Gibela bertanya “Apa terjadi sesuatu Senior ?”
“Iya Ketua Gi, Guru ...” sebelum mendapatkan jawaban tanpa terasa mereka berdua sudah sampai di depan pintu ruangan Guru Hayeo Dionpun membuka pintunya.
“Guru apa terjadi sesuatu ?” Gibela masuk ke ruangan dengan tergesa-gesa melihat Guru Hayeo yang membelakanginya sambil menunduk menahan sakit.
Saat Gibela mendekati Guru Hayeo, dia memukulnya dengan beberapa kali menggunakan penggaris panjang. Walaupun pukulannya tidak menggunakan tenaga yang besar Gibela terkejut lalu berlarian dikejarnya.
“Bagaimana bisa kamu begitu ceroboh, jika orang itu datang lagi untuk membalas dendam lalu membunuhmu apa yang harus aku lakukan ?? jawab jawab aku Gi !!” Guru Hayeo sangat marah saat ini.
“Guru apa salahku ? jika kamu tidak memberitahunya bagaimana aku memperbaikinya ?” Gibela menggunakan tangannya menahan pukulan yang dilemparkan padanya.
“Duduk !” Guru Hayeo berdiri dan terlihat menakutkan, Gibela tidak berani menatapnya langsung duduk di kursi.
“Kenapa kamu ceroboh sekali, kekuatan yang kamu miliki memang luar biasa tapi bukan berarti kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau seperti itu.”
“Iya iya Guru aku tau salah,” menundukan kepalanya.
“Ketua Gi ini soal tragedi di wisata D’Castiel,” bisik Dion.
“Mati aku, sebelumnya berkata tidak akan menggunakan kekuatanku di sembarang tempat apalagi mengingat kejadian itu,” suara hati Gibela sambil menelan ludahnya sendiri.
“Eeh soal itu Guruu….” kata-kata Gibela terbata-bata.
“Tidak perlu menjelaskan apapun !” Gibelapun langsung diam menutup mulutnya rapat-rapat. Ruangan itu tiba-tiba sunyi dalam sekejap, Dionpun tidak berani bersuara sedikitpun.
“Apa pria itu memiliki kekuatan kegelapan ?” tanya Guru Hayeo memulai pembicaraan dengan sedikit lebih tenang.
“Bukan Guru tidak ada aura kegelapan di tubuhnya,” jawab Gibela sedikit berani.
“Aneh padahal kubus itu memiliki mantra tinggi dan hanya kekuatan kegelapan yang bisa menguasainya. Apa kamu yakin Gi ?”
“Iya Guru, tidak ada sedikitpun kekuatan kegelapan di tubuhnya tapi …”
“Tapi apa ?”
“Soal itu aku tidak yakin Guru.”
“Sudahlah yang penting sekarang kamu sudah aman. Dion cari tahu lebih lanjut siapa dalang dari kejadian itu !”
“Baik Guru.”
“Dan kamu Gi,” melihat Gibela.
“Iya Guru ?”
“Aku harap kamu tidak akan mengulanginya lagi, jangan sampai hal ini terjadi yang kedua kalinya!” Gibelapun menjawab dengan memanggut tersenyum.
“Cepat kembalilah teman-temanmu pasti sudah menunggu !”
“Baik Guru sampai jumpa lagi.”
“Sepertinya aku melupakan sesuatu tapi apa yah ??” melihat lagit.
Diwaktu yang bersamaan teman-temannya sudah selesai berlatih, mereka langsung pergi kekamar untuk beristirahat sambil menunggu Gibela kembali.
“Gibela masih belum kembali juga ?” Yeni terus melihat ke pintu, kini matanya sudah merasa lelah dan hampir saja terlelap.
“Aku sudah tidak kuat lagi,” ucap Clara perlahan tertidur begitupun dengan Yeni.
“Dan akhirnya Yeni dan Clarapun tumbang sisa kita Boy,” ketika melirik ternyata Boy juga sudah tertidur.
“Hemn ternyata sisa aku, sebaiknya aku juga tidur. Mungkin dia tidak akan kembali dengan cepat,” saat Rayhan mau memejamkan matanya Gibela datang membuka pintu.
“Sudah pada tidur yah aku mandi dulu deh,” Gibela pelan-pelan mengambil pakaiannya di lemari.
Gibelapun selesai mandi saat dia hendak ke tempat tidur “Astagfirullohal’azim, sedang apa kalian ? membuatku kaget saja,” Rayhan yang mendengar Gibela datang membangunkan Boy, Yeni dan Clara.
Mereka menunggu Gibela keluar dari kamar mandi, mereka bertiga menatap Gibela dengan tajam.
“Seharusnya kami yang bertanya ?” mereka memasang muka yang menyeramkan sambil menatap Gibela ditambah lagi lampu di ruangannya sengaja dimatikan.
“Okey okey apa yang ingin kalian tanyakan ? aku akan menjawab semuanya.”
“Kenapa guru memanggilmu sendirian tanpa kami ?” dengan muka yang disenteri.
“Woy, kenapa gak dinyalain aja sih lampunya. Jadi parno nih,” Boy bangkit untuk menyalakan lampu.
“Hehe biar kaya di film-film,” jawabnya sambil nyengir.
“Ada-ada aja.”
“Apa ada masalah Gi ? “ tanya Rayhan.
“Guru hanya menghawatirkan aku saja, tidak ada masalah apapun ko.”
“Khawatir ? apa yang terjadi sama kamu ? apa karena kamu yang datang malam-malam kesini diam-diam ?” tanpa jeda Yeni terus bertanya.
“Emn itu soal tragedi wisata yang di Ciater,” jawab Gibela pelan.
“Jangan bilang kalau yang nyelamatin mereka adalah kamu ?” Clara mendekatkan wajahnya pada Gibela.
“Benar.”
“Apa ?“ Clara, Boy dan Rayhan terkejut mendengar jawaban Gibela kecuali Yeni dia hanya tersenyum melihat ketiga temannya itu.
“Yen, kamu tidak terkejut ?”
“Diakan satu kosan sama aku mana mungkin gak tau, akulah yang membantu menyembuhkan luka tembakannya itu,” Yeni mengedipkan matanya pada Rayhan yang tadi bertanya.
“Tunggu tembakan, Gibela ceritakan pada kami semuanya jangan sampai ada yang terlewat sedikitpun paham !” pinta Clara dengan nada sedikit kesal.
“Okey, tapi aku sudah sangat lelah besok aja yah ?”
“TIDAK,” jawab Clara, Boy dan Rayhan.
“Tapiiiiii ……”
“Tenang bestie, Aku akan membantumu.”
“He eleh mentang-mentang sudah tau lebih dulu,” ledek Clara.
“Clara sudah yah jangan marah-marah nanti hilang loh cantiknya, aku akan mulai ceritanya okey,” Yeni berkata demikian agar dia berhenti merajuk.
Gibela menceritakan awal kejadiannya lalu disambung oleh Yeni, mereka bertiga sangat serius mendengarkan tanpa berkomentar.
“Nampaknya dia sangat lelah,” Rayhan menyelimuti Gibela.
“Hemn berat jadi seorang ketua belum lagi harus menanggung dampak dari kekuatan besarnya,” Clara yang tadinya sangat marah luluh seketika melihat Gibela tertidur pulas di pangkuan Yeni.
“Kita harus selalu mendukungnya.”
“Tentu” mereka berkata dengan semangat.
“Sutt jangan keras-keras nanti dia bangun !”
“Oh okey okey, lanjut ceritanya !”
Tidak lama setelah perbincangan merekapun tertidur. Sahabat sejati itu nyata seperti mereka berlima ini walaupun belum lama saling mengenal persahabatan mereka sangat erat, ketika satu orang dalam masalah yang lainnya akan membantu walaupun tidak bisa menyelesaikannya tapi setidaknya dapat membantu meringankan beban dengan saling bertukar cerita. Persahabatan itu tidak bisa dinilai dengan uang atau apapun kecuali dengan kasih sayang dan cinta. Sangat sulit di jaman sekarang ini menemukan orang yang berteman tanpa memandang status.
Matahari sudah terbit tapi mereka masih belum bangun. Guru dan Dion bangun lebih awal karena mereka akan pergi keluar daerah, sebelumnya Dion mengetuk pintu ruangan 3F untuk memberitahukan keberangkatannya tapi tidak ada respon untung saat itu ada Erik yang lewat jadi dia menitipkan pesannya. Saat siang tiba salah satu dari mereka terbangun, lalu mengambil ponselnya.
“Hoam jam berapa ini ?” betapa terkejutnya Clara saat melihat jam.
“Astaga ini udah siang,” tambahnya.
“Kenapa Cla ?” tanya Rayhan dengan mata sebelahnya masih tertutup.
“Hehe gak apa-apa kamu lanjut tidur aja. Kita masih ada waktu sampai nanti jam 4 sore ko.”
“Oh baiklah,” membalikan badannya lalu tidur kembali.
“Ada berita apa yah hari ini ?” saat membuka situs matanya langsung terbelangga.
“OMG apa ini?” tambahnya menycubit pipi saking tidak percaya akan apa yang dia lihat di halaman berita utama di layar ponselnya.
“Kenapa Cla ? berisik sekali kamu berteriak sangat kencang sampai ke ujung gedungpun dapat mendengarnya,” Gibela dan yang lainnya terbangun mendengar teriakan Clara.
“Aku hampir tidak percaya, kalian lihat ini. BBS akan mengadakan konser di Indonesia dan tempatnya di Ciater yang wisata itu loh,” memperlihatkan layar ponselnya kepada teman-temannya itu yang masih setengah sadar.
“Aku kira kamu mendapatkan uang 2 miliar,” sahut Yeni.
“Dia selalu begitu ketika mendengar apapun tentang BBS kalau hal baik seperti orang gila jika hal buruk pasti mengamuk seperti ingin membunuh siapapun yang ada didekatnya,” sindir Boy.
“Dan kita selalu jadi korban pertamanya,” sambung Rayhan.
“Betul sekali,” nadanya Boy sangat sedih memprihatinkan.
“Wah iya ternyata kita sama tapi itu dulu sebelum mendapatkan kekuatan, Gibela juga sangat tergila-gila pada BBS. Telingaku sudah seperti mau copot karena mendengarkannya yang selalu menghalu.”
“Gimana kalau sekarang aku bantu mencopotnya ?” tersenyum jahat.
“Tidak tidak tidak sekarang sudah beda lagi.”
“Kalian gak paham alasan aku mencintai BBS.”
“Tau ko karena aku juga Rymi,” jawab Gibela dengan tersenyum.
“Benarkah ? kamu juga Rymi kenapa gak ngasih tau dari awal sih. Pasti seru punya teman bercerita kesesama Rymi dari pada sama mereka yang tidak tau apa-apa. Aku mencintamu Gibela,” jarinya membentuk hati lalu memeluk Gibela.
“Iya Aku juga mencintaimu, tapi ingat satu hal. Cukup cintai mereka sebagai fans,” Gibela membalas pelukan Clara.
“Huh untungnya Gibela sudah sadar kalau gak bisa makin stress kita,” sahut Rayhan lega mendengar ucapan Gibela.
“Sudah sebaiknya kita siap-siap sekarang, nanti sore kan ada latihan lagi !” ajak Gibela.
“Emnn, sudah lama yah kita tidak berkunjung ke rumah Gibela yang di Cisalak.”
“Bener Cla, jadi rindu suasana adem disana deh,” sahut Boy.
“Bagaimana kalau nanti pas libur akhir tahun kita kesana yah Ray Boy aku mohon ?” Clara menarik mereka berdua memohon agar menyetujui keinginannya itu.
“Baiklah kita akan pergi bukan demi menonton konser tapi karena Gibela.”
“Iya Iya aku tau ko,” sumuringah.
Beberapa menit kemudian mereka telah selesai bersiap lalu pergi ke ruang makan, saat di ruang makan Clara, Boy dan Gibela mencari tempat duduk sedangkan Yeni dan Rayhan mengambil makanannya. Di ruang makan banyak meja yang kosong karena murid yang lain sudah makan siang tadi tepat saat mereka masih tertidur jadi di sana hanya ada beberapa orang saja. Tidak membutuh waktu yang lama untuk mereka mencari tempat duduk.
“Aku tidak melihat Guru apa karena kita terlambat bangun yah ?” tanya Boy.
“Mungkin saja,” jawab Gibela.
“Ini dia makanannya,” Rayhan dan Yeni membawa makannya.
“Wah banyak banget.”
“Tadi koki bilang karena yang lain sudah pada makan jadi kita bisa memakan lebihnya.”
“Ada untungnya juga kita bangun siang,” Clara mengambil makanannya lalu di taruh di meja.
“Ini untuk Gibela tidak pakai taburan bawang daun,” menggeser piringnya.
“Terima kasih.”
“Sama-sama Gi.”
“Kamu ini bener-bener unik Gi, gak suka bawang tapi kalau masak pake bawang nanti pas mau dimakan semua bawangnya di geser ke pinggir piring. Terus kalau bawangnya kering kamu bisa makan. Aku jadi penasaran nanti kalau sudah jadi istri seseorang akan terus begitu atau berbeda yah ?”
“Kalau tebakan aku yah Cla, nanti yang jadi suaminya harus super mengerti masalah ini kalau gak bisa habis dia. Bener kan Gi ?” tanya Rayhan.
“Hemn,” Gibela mengangguk acuh.
“Dari pada mencari yang lain untuk dijadikan suami, lebih baik yang ada aja gimana ?” Boy mulai menjadi lagi menggoda Gibela.
“Yang ada maksudnya itu kamu ?” tanya Clara untuk meyakinkan tebakannya.
“Benar sekali,” dengan bangga Boy mengatakannya sampai-sampai sendok yang dipegangnya terlempar.
“Haha jangan terlalu percaya diri deh,” tambah Yeni dan ketiga temannyapun ikut tertawa.
“Kamu itu sahabat aku dan itu tidak akan berubah.”
“Dengar tuh Boy hahaha…” Clara tertawa sampai mau terjatuh dari kursinya.
“Sahabat gak tuh …” ledek Yeni puas. Boy yang mendengarnya langsung terdiam dan memanyunkan bibirnya karena sedih dengan jawaban Gibela belum lagi ledekan teman-temannya itu.
“Puas sekalian kalian tertawa,” Erik datang menghampiri.
“Eh senior Erik, mari bergabung !” sapa Gibela lalu menarik kursi yang ada di belakangnya.
“Terima kasih, apa yang kalian perbincangkan sampai suaranya terdengar ke seluruh ruangan ?”
“Hanya sedikit candaan untuk hiburan siang aja senior,” jawab Gibela.
“Oh begitu yah, pantas cuaca hari ini nampak sangat cerah.”
“Senior bisa aja,”sahut Clara.
“Selain menyapa ada yang ingin aku sampaikan.”
“Apa itu senior ?” Boy mendekatkan kursinya agar bisa mendengar dengan jelas.
“Tadi pagi Dion pergi keruangan kalian, dia sudah beberapa kali mengetuk tapi tidak ada yang merespon.”
“Sepertinya kami masih tidur senior,” jawab Gibela sambil mengunyah makanan.
“Dugaanku tidak salah lagi, Guru dan Dion pergi ke luar daerah selama 3 hari kalian diminta menjaga Gedung pod selama mereka tidak ada.”
“3 Hari untuk Sabtu dan Minggu kami ada disini tapi Senin aku dan Yeni harus pergi bekerja,” sahut Gibela.
“Kita ijin aja Gi, disini lebih menyenangkan dari pada di kantor sangat membosankan.”
“Gak mungkin dikasih ijin sama atasan, Senin nanti banyak customer yang akan berkunjung.”
“Tenang tenang ada Aku, Boy dan Rayhan ko kita bisa mengambil cuti.”
“Itu lebih baik.”
“Okey,” Itulah yang membuat mereka kompak selalu memahami satu sama lain.
Erik yang menyaksikanpun bergumam dalam hatinya “Sungguh jika mereka ada disini aku tidak perlu mengkhawatir apapun.”
“Setelah selesai kalian mau kemana ? jika tidak ada kegiatan lagi mohon bantuannya untuk menyiapkan latihan nanti !” ajak Erik.
“Jangan sungkan Senior,” jawab Gibela.
“Kalian duluan aja nanti aku menyusul !” membawa piring bekas makannya.
“Dia mau kemana ?” tanya Erik.
“Seperti biasa, setelah makan Gibela pasti mencari camilan.”
“Hah apa ?”
“Jangan terkejut senior perut Gibela itu seperti karet tidak pernah merasa kenyang,” jawab Yeni.
“Haha kalau lomba makan udah pasti dia menang,” sela Clara.
“Meski banyak makan tubuhnya tidak pernah berubah selalu kecil ideal.”