NovelToon NovelToon
Menikahi Tuan Danzel

Menikahi Tuan Danzel

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:231k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Penyelamatan yang dilakukan Luna pada seorang Kakek membawanya menjadi istri dari seorang Danzel, CEO dingin yang tak memepercayai sebuah ikatan cinta. Luna yang hidup dengan penuh cinta, dipertemukan dengan Danzel yang tidak percaya dengan cinta. Banyak penolakan yang Danzel lakukan, membuat Luna sedikit terluka. Namun, apakah Luna akan menyerah? Atau, malah Danzel yang akan menyerah dan mengakui jika dia mencintai Luna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanda Di Leher Luna

Luna duduk sisi ranjang sambil mengusap-usap perutnya. Dia terlalu memaksakan diri untuk makan masakan kedua artnya. Perutnya terasa terlalu kenyang dan membuatnya kesulitan tidur.

Danzel yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menghampirinya.

"Ada apa?" tanyanya sambil menatap Luna.

"Danzel, aku tidak bisa tidur. Aku terlalu kenyang, membuatku tak nyaman," rengeknya pada Danzel.

"Seharusnya kau tidak perlu makan lagi tadi," ucap Danzel lembut. Dia menarik Luna dalam pelukannya.

"Aku tidak tega pada bibi Marry dan bibi Berna."

Danzel menarik nafasnya kemudian menghembuskannya. "Mau jalan-jalan sebentar? Mungkin kau akan lebih baikan setelah jalan-jalan."

Luna mengangguk pelan. Danzel menguraikan pelukannya, kemudian berdiri dan berjalan menuju walk in closet. Tak lama kemudian, dia keluar dengan sebuah jaket di tangannya.

"Ayo, bangun. Pakai ini dulu. Di luar dingin," ucapnya. Luna menurut. Dia berdiri dan membiarkan Danzel memakaikan jaket pada tubuhnya. Setelah itu, mereka berjalan bersama keluar dari kamar. Langkah mereka langsung menuju halaman belakang rumah.

Langit yang terang oleh bulan terlihat begitu indah. Luna yang melihatnya merasa senang. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyum. Senyuman manis yang membuat Danzel terpaku menatapnya.

"Indah ya langitnya?" ucap Luna dengan mata yang tak teralihkan dari langit yang ditatapnya.

"Ya indah. Tapi kau lebih indah," balas Danzel, membuat Luna menatapnya.

Keduanya saling menatap. Tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut keduanya. Tangan Danzel terulur, mengusap lembut pipi Luna.

"Danzel," suara lembut Luna terdengar memanggil.

"Hmm?"

"Bukankah kita ke sini untuk jalan-jalan? Kenapa kita berdiam disini?"

Pertanyaan Luna mengacaukan semua suasana romantis itu. Danzel melepaskan tangannya dari pipi Luna, dan beralih menggenggam tangan gadis itu.

"Ayo, jalan-jalan," ujar Danzel.

Keduanya melanjutkan jalan mereka, mengelilingi halaman belakang rumah yang begitu luas. Luna merasa bahagia bisa jalan bersama Danzel sambil saling bergenggaman tangan. Hal yang belum pernah ia bayangkan selama ini.

"Udah baikan?"

"Udah. Ayo, kembali ke kamar!" Danzel mengangguk. Dia menunduk dan langsung menggendong Luna. Hal itu membuat Luna terkejut dan menatap Danzel.

"Da-Danzel—"

Cup

"Kita ke kamar, oke?"

Tanpa menunggu jawaban Luna, Danzel langsung membawa Luna menuju rumah. Luna tak henti-hentinya menatap Danzel.

Wajah tampan dengan rahang tegas itu membuatnya tak mampu mengalihkan tatapannya. Sungguh beruntung dirinya dijodohkan dengan lelaki setampan Danzel. Dia akan menemui kakek Berto dan mengucapkan terima kasih pada pria tua itu nanti. Pria tua yang sudah membuatnya terikat bersama Danzel.

Sibuk melamun, tanpa Luna sadari jika mereka sudah berada di kamar. Dia baru sadar ketika Danzel menurunkannya dengan lembut di kasur.

"Ki-kita sudah di kamar?"

"Ya," ucap Danzel. Dia kemudian ikut berbaring di sebelah Luna dan memeluk gadis itu. "Kau terlalu sibuk menatapku hingga tidak sadar jika kita sudah di kamar," lanjut Danzel. Lelaki itu menyusupkan wajahnya di ceruk leher Luna.

"Da-Danzel, jangan seperti ini. Geli!" ucap Luna. Dia sedikit mendorong wajah Danzel agar menjauh dari lehernya.

Danzel menurut. Dia menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Luna, kemudian menatap gadis itu.

"Luna," panggilnya lembut.

"Hmm? Ada apa?"

"Soal permintaan kakek, bagimana kalau kita—"

"Hooaamm.... Aku sudah mengantuk, Danzel. Ayo, tidur. Besok kita harus bangun pagi dan bekerja," ujar Luna, memotong ucapan Danzel. Dia mengecup singkat pipi Danzel, lalu berbaring membelakangi lelaki itu.

Danzel diam menatap Luna yang memunggunginya. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyum. Dia tahu, Luna pasti mencoba menghindar untuk membahas mengenai permintaan kakek Berto. Dan bisa dia tebak, pipi Luna sekarang pasti sudah memerah.

Danzel ingin sekali menarik gadis itu untuk berbalik menghadapnya. Tapi, dia tidak mau memaksa istrinya itu. Akhirnya dia memilih untuk membiarkan Luna.

Danzel mengeratkan pelukannya di pinggang Luna, lalu memberikan satu kecupan di pipi Luna. "Selamat malam dan selamat tidur, istriku. Semoga bermimpi indah," ucapnya.

Ini pertama kalinya Danzel menyebut Luna dengan panggilan istriku. Dan jujur, jantung Luna berdetak tak terkontrol mendengarnya.

***

Hari-hari Luna dan Danzel sejak berbaikan berlalu dengan penuh cinta. Danzel begitu perhatian pada Luna. Dia benar-benar menunjukkan rasa cintanya pada sang istri.

Hari ini adalah hari libur. Danzel menghabiskan waktunya di rumah bersama Luna. Lebih tepatnya menghabiskan waktunya di kamar bersama Luna.

"Danzel, lepasin aku ya? Pasti sekarang bibi sedang membantu pak Wang berkebun. Aku juga ingin berkebun," rengek Luna yang masih dalam pelukan Danzel.

Bukannya melepaskan Luna, Danzel malah semakin erat memeluk istrinya itu. Dia bahkan berkali-kali mengecup pipi Luna.

"Tidak akan aku lepaskan! Hari ini kau tidak boleh kemana-mana. Kau akan aku kurung disini. Kau milikku, Luna."

Luna menarik nafasnya panjang. Dia sudah lelah merengek pada Danzel. Hasilnya selalu sama meskipun dia terus merengek. Danzel benar-benar tidak ingin melepaskannya.

"Danzel, kau tahu?"

"Apa?" jawab Danzel sambil menyusupkan wajahnya di ceruk leher Luna. Luna berusaha mendorongnya, namun Danzel tidak sedikitpun menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Luna yang jenjang nan wangi.

"Kau terlihat menyeramkan jika berkata seperti itu. Aku— shh...." Ucapan Luna langsung terpotong oleh ringisannya. Lehernya terasa sakit saat Danzel tiba-tiba mengigitnya.

Sementara Danzel, lelaki itu tersenyum puas melihat bekas gigitannya di leher Luna.

"Kenapa mengigit leherku?" tanya Luna sedikit kesal.

"Tidak kenapa. Aku melakukannya karena aku suka."

"Kau—"

Cup.

Satu kecupan mendarat di leher Luna. Luna yang hendak mendorong wajah Danzel malah ditahan tangannya oleh Danzel. Lelaki itu kembali mengecup leher Luna. Dan kali ini, dia menghisapnya kuat hingga meninggalkan bekas di leher Luna.

"Danzel apa yang kau lalukan?" Luna cukup terkejut dengan perlakuan Danzel. Dia menatap suaminya itu dengan mata melotot.

"Aku hanya memberi tanda di lehermu," jawab Danzel santai. Saat Luna hendak membuka mulut untuk memarahinya, Danzel langsung membungkam mulut Luna dengan bibirnya.

Danzel mengecup bibir Luna. Kecupan yang awalnya hanya menempelkan bibir mereka kini beralih menjadi sebuah ciuman hangat dengan Danzel yang memulainya.

Luna hanya bisa diam dan menerima semua perlakukan Danzel. Dan tanpa sadar, dia mulai memejamkan mata, menikmati ciuman Danzel. Tidak ada penolakan dari Luna membuat Danzel merasa diberi kesempatan oleh Luna.

Dan tanpa Luna sadari, Danzel mulai berpindah posisi. Yang awalnya berada di sebelah Luna kini beralih berada di atas tubuh Luna. Danzel semakin memperdalam ciumannya.

Danzel menghentikan sejenak ciumannya, memberikan Luna kesempatan untuk bernafas. Matanya lekat memandangi gadis cantik itu. Tangannya juga terulur mengusap lembut bibir Luna.

Luna perlahan membuka matanya. Bisa ia lihat wajah tampan Danzel yang kini berada di atas tubuhnya dan mengukungnya.

"Da-Danzel. Aku—"

"Aku ingin memintanya sekarang," potong Danzel. Dia tahu Luna sedang menahan rasa gugupnya. Sangat terlihat jelas raut merah di kedua pipi Luna dan bibirnya yang sedikit bergetar. Dan dia ingin menggoda istrinya itu.

"Danzel, sepertinya aku—"

"Apa?" Potong Danzel. Dia menatap lekat wajah Luna dan semakin mendekatkan wajahnya. Luna menggigit bibir bawahnya. Dia tidak tahu cara mengelak dari Danzel lagi. Menolak pun sepertinya tidak akan didengarkan oleh Danzel.

Tidak ada pilihan lain selain membiarkan Danzel. Wajah Danzel semakin dekat. Bahkan bibir mereka hampir bersentuhan. Tapi tiba-tiba, pintu kamar mereka diketuk.

Tok... Tok... Tok...

Wajah Danzel seketika berubah dingin. "Ck!" Dia berdecak kesal lantas menjauhkan wajahnya. Sungguh benar-benar mengganggu.

1
Rai
gak twins ya...
Mamake Zahra
mampir thor kelihatannya seru durasinya panjang 👍👍👍
Yolanda_Yoo
🥰🥰
rosalia puspita
Luar biasa
Rai
disokong
Rai
jadikan anak danzel dan Luna twins ya Thor supaya adil, kembar tidak identik lelaki dan perempuan, naa adil tu
Jenny Jn Johnny
Luar biasa
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
*Suasana
🍏A↪(Jabar)📍
*si suster 🙏
Aquilaliza: Makasih atas koreksinya kak 🙏
total 1 replies
Diana
bangun tidur cap cup pede banget. luna tidurnya ileran gak sih? 🤭
Entin Wartini
lanjuuuut thor
RoSz Nieda 🇲🇾
❤️
Christine Liq
Luar biasa
Entin Wartini
lanjuuuuuuut
Entin Wartini
lanjut thor
🍏A↪(Jabar)📍
up
Diana
baru ketemu cerita ini langsung gak bisa berhenti baca walaupun mata sdh sepet krn baca sampai dini hari🧐
🍏A↪(Jabar)📍
lanjut
Diah Anggraini
guut danzel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!