NovelToon NovelToon
Penyesalan

Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Semua itu karena rasa ego. Ego untuk mendapatkan orang yang dicintai, tanpa berfikir apakah orang yang dicintai memiliki perasaan yang sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

"Bohong, jika kita mencintai tetapi tidak ingin memiliki."

Hari ini adalah hari pertemuan antara keluargaku dan keluarga Adam. Sekaligus penentuan apakan aku dan Adam menerima perjodohan ini atau tidak. Meski rasanya hatiku sangat sakit sekali setelah mengetahui kebenarannya, yaitu bahwa Kak Adam masih pun menginginkan dan mencintai masa lalunya, tetapi aku bertekad untuk merebut hati dan cinta Kak Adam dari mantan istrinya.

Bukankah mereka telah bercerai? Dan yang memintai cerai adalah mantan istrinya sendiri. Jadi, tidak ada salahnya untuk aku berjuang. Allah Maha membolak-balikkan hati setiap insan di muka bumi ini. Hatiku, hati kak Adam, dan hati semua orang di dunia ini berada di dalam genggaman Allah. Hanya Allah lah yang berkuasa untuk menghadirkan rasa cinta, sayang, kagum, bahkan rasa benci di hati seseorang. Jadi, menurutku selagi aku berusaha dan berdoa kepada Allah, maka tak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Bahkan sekalipun itu membuat Adam jatuh cinta kepada ku.

Dengan memakai gamis berwarna hijau tua dan dengan jilbab syar'i senada aku berjalan menuju ruang tamu. Di sana keluarga Adam dan keluargaku telah berkumpul. Di tanganku telah ada nampan berisi gelas air minum, aku meletakkan satu persatu gelas itu ke atas meja.

"Ayok silahkan di minum dan dinikmatin hidangannya" ucap ibu mempersilahkan keluarga Adam dan kiyai Nasir. Di atas meja telah terhidang hidangan sederhana seperti kue kering, kue basah, dan juga minuman.

"MasyaAllah, terima kasih banyak Bu, nak Zara, hidangannya enak sekali," ujar Bu Minah ibunda Adam, seraya mencicipi kue basah buatan ibu. Ia memujiku, aku balas tersenyum kepadanya. Selagi yang menolakku hanya Kak Adam, bukan keluarganya apalagi ibunya, maka aku akan optimis untuk merebut hatinya dari masa lalunya.

"Jadi, bagaimana dengan perjodohan kemarin, apa masih ingin lebih mengenal lagi atau bagaimana?" tanya Kiyai Nasir to the point, sepertinya sedari aku di dapur menyiapkan minuman,  ayah, ibu dan keluarga Adam sudah lama berbasa-basi, sehingga begitu aku duduk di ruang tamu, Kiyai Nasir langsung berbicara ke inti topik pembicaraan hari ini.

Aku menatap kak Adam begitupula dengan dia. Ia menatap ku, untuk seperkian detik kami saling beradu pandang, sebelum aku mengalihkan pandanganku kepada yang lainnya. Dari pandangannya, aku merasa agaknya dia memintaku untuk membatalkan saja perjodohan ini. Barangkali itu hanya perasaanku saja.

"Bagaimana nak Adam, nak Zara, apa sudah ada keputusan?' tanya kiyai nasir.

"Jika masih ingin mengenal lebih jauh, di persilahkan," sambung kiyai Nasir.

"Kalau saya terserah kepada Zara saja pak Kiyai," ujar kak Adam seraya menatapku.

"Bagaimana Zara, keputusan sudah diserahkan oleh nak Adam kepadamu. Itu artinya, keputusanmu lah yang jadi penentu saat ini," ucap kiyai Nasir.

Aku menggigit bibir bagian dalamku pelan. Aku bingung harus jawab apa. Aku ingin mengatakan Iya, tetapi bagaimana dengan kak Adam? Apakah ia akan bisa menerima keputusanku ini.

"Zara...., Ayo nak, jawab pertanyaan Kiyai Nasir" ibu membelai lembut punggung ku. Setidaknya itu bisa lebih menenangkanku saat ini.

Aku menarik nafas dalam dalam, dan menghembuskan ya pelas, kemudian,

"Dengan mengucap kan bismillah, aku setuju dengan perjodohan ini, dan jika ingin langsung dilanjut kepernikahan InsyaAllah saya sudah siap pak Kiyai," ucapku, aku sengaja melirik kak Adam untuk memastikan apakah dia baik baik saja dengan keputusanku ini.

Dan benar saja kak Adam membelalakkan mata kepadaku. Bukankah dia sendiri yang berkata bahwa keputusan ada di tangan ku? Jika dia ingin membatalkan, kenapa tidak dia saja yang mengatakan dengan berterus terang di depan semua orang. Kenapa harus memberikan semua keputusan di tanganku.

"Alhamdulillah," serempak semua orang di ruangan itu mengucapkan Alhamdulillah, kecuali aku dan kak Adam. Kak Adam langsung membuang muka ketika mata kami saling beradu.

"Berarti kita tinggal menentukan jadwal nikahnya saja, tidak kusangka ta'aruf kalian berdua begitu singkat, dan langsung merasa cocok satu sama lain sehingga yakin untuk menikah," ujar pak kiyai mantap, dan aku balas tersenyum.

"Pokoknya, niatkan pernikahan ini karena Allah, InsyaAllah pernikahannya akan berkah dan langgeng sampai Jannah-Nya," sambung pak Kiayi aku menunduk.

"Bimisllah, aku niatkan pernikahan ini karena Allah," gumamku dalam hati.

*****

Kini jari manisku telah melingkar sebuah cincin, ini adalah cincin lamaran dari ibunda Adam. Aku terus memandanginya, hatiku campur aduk. Aku merasa bahagia karena akhirnya laki laki yang kugami dalam diam selama ini, akhirnya akan menjadi suamiku, tetapi aku dag dig dug sebab Adam masih mencintai masa lalunya bahkan masih mengharapkannya kembali. Bagaimana jika masa lalunya itu kembali, dan Adam memilih untuk menceraikanku. Aku menunduk. Kedua netraku memandang ke arah langit malam yang tenang. Di sana, di langit tampak bintang berkerlap KerliP.

"Apa yang belum terjadi tidak seharusnya merenggut bahagiaku bukan?" ujarku seraya menatap langit. Aku kembali tersenyum.

Jika dia tidak mencintai ku hari ini, bukan berarti esok pun dia tidak mencintaiku kan?

Allah ada, Allah Maha Baik, Dia tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuan hamba-Nya. Aku percaya itu. Aku berbicara kepada diriku sendiri, setidaknya ini bisa membuat diriku lebih tenang.

Aku beranjak menuju kasurku.

"Ting.. Ting..." Hpku dihujani bunyi notifikasi. Aku segera meraih ponselku, dan melihat apa yang terjadi. Di notifikasi terlihat Adam mengirimkan beberapa pesan wa. Hatiku semakin berdebar, namun aku tetap penasaran pesan apa yang dia kirimkan untukku.

[Kamu sudah membuat keputusan. Tidak kah kamu mengerti bahwa aku tidak mencintaimu?] ~ Kak Adam

[Apa kamu sudah yakin untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan laki laki yang tidak mencintaimu?] ~ Kak Adam

[Kamu masih bisa membatalkan pernikahan ini. Pikirakn baik baik, aku bukan orang jahat dan begitupula kamu. Tak seharusnya kita tersiksa dengan perjodohan ini] ~ Kak Adam

Pesannya begitu menyayat hatiku. Sebegitunya dia menolakku. Apa yang harus ku lakukan saat ini.  Aku sangat mencintainya, dan aku sangat menyayanginya. Dan memilikinya adalah mimpiku selama ini. Bagaimana mungkin aku bisa melepaskannya, saat aku bisa mendapatkannya.

[Maaf, keputusan sudah diambil, kita akan tetap menikah. Lagipula tanggal pernikahan kita sudah ditentukan. Aku berjanji akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Aku tidak akan mengganggu pribadimu. Aku tak akan mempermasalahkan masa lalumu. Jadi tenang saja] ~ Zara Amani.

Bohong jika aku tak ingin ikut campur urusan pribadinya, bohong jika kukatakan aku tak masalah dengan masa lalunya. Tetapi hanya ini yang bisa ku katakan, agar kak Aan tak meragukan ku. Agar kak Adam tidak khawatir kalau aku akan mengusik hidupnya.

[Bahkan jika pernikahan kita hanya formalitas saja, apakah kamu sanggup menjalani kehidupan seperti itu? Lebih baik kamu batalkan saja pernikahan ini, aku tidak ingin menyakitimu, namun aku juga tidak mampu menerimamu] ~ Kak Adam

Pesan wa yang Kak Adam kirimkan kepadaku telah berhasil merobek-robek hatiku. Aku membuang handphone ku ke sembarang  tempat tidur. Aku tidak ingin membalasnya lagi. Aku tak ingin. Terserah dia mau bilang apa, aku mencintainya dan akan tetap menikah dengannya apapun yang terjadi.

Aku menangis tersedu-sedu, benarkah aku harus membatalkan pernikahan ini? Bukankah perjodohan ini adalah jawaban dari do'a-do'a ku yang telah bertahun-tahun ku langitkan kepada Allah? Lalu kenapa aku harus membatalkannya?

'kalau kita sedang ragu-ragu, atau memiliki beberapa pilihan, maka sholat istikharah lah, minta petunjuk kepada Allah. Sebab hanya Allah lah yang tahu apa yang ke depannya akan terjadi. Manusia, sama sekali tidak bisa menerkanya. Maka sholat istikharah adalah solusi untuk segala kebimbangan,' tiba-tiba aku teringat dengan ucapan bapak, saat aku bimbang untuk menentukan ke sekolah mana aku akan melanjutkan pendidikan. Dan saat ini aku juga sedang bimbang, antara melanjutkan perjodohan hingga pernikahan, atau membatalkan saja dan merelakan Adam untuk selama-lamanya.

Aku segera bangkit dari tempat tidurku, menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri dan mengambil air wudhu. Aku akan melaksanakan sholat istikharah. Yaitu sholat untuk meminta petunjuk dari Allah, dan ditetapkan hati untuk memilih pilihan yang tepat dan yang terbaik.

"Alhamdulillahirabbil alamin,"

Setelah melaksanan sholat istikharah aku baru merasa lega, kuraih kembali ponselku. Kugulir layarnya ke atas dengan jariku. Di sana tak ada lagi wa atau pesan dari kak Adam. Namun, pesannya terakhir sudah terlanjut ku baca, tak enak jika tak membalasnya, meski ini sudah sangat lama. Aku menghela nafas panjang.

[Aku siap menerima seluruh konsekuensinya kak Adam. Pelan pelan kita jalani, kita pasti bisa]~ Zara Amani.

Pesanku centang biru, itu artinya kak Adam sudah membaca pesan balasan dari chatny, tetapi ia sama sekali tidak membalas pesanku.

1
Tiawa Mohamad
kenapa ceritanya gantung lanjut thor
shanum
sampai sini dlu, mampir di "cinta dibalik heroin"
Ariani Indah Utami
?
Ariani Indah Utami
...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!