Menikahi Tuan Danzel
Luna menatap satu per satu rekan kerjanya yang sejak tadi terus berbincang. Dia sangat lelah sekarang. Dia ingin segera pulang dan berbaring di kasurnya.
"Kau tahu, tuan Danzel itu benar-benar sangat tampan," ucap Selly, teman Luna yang suka sekali bergosip.
"Kau bilang begitu, apa kau pernah melihatnya?" celetuk Luna. Dia sudah begitu pusing dengan pekerjaannya, dan semakin dibuat pusing dengan suara teman-temannya. Dia berharap agar ketua divisi mereka segera tiba dan membungkam mulut teman-temannya ini.
"Luna sayang, aku belum pernah melihatnya. Tapi, aku yakin, dia pasti sangat tampan."
"Ya, dia sangat tampan. Aku pernah melihatnya. Tapi, dia selalu menolak jika orang-orang mengambil gambarnya." Suara seseorang membuat semua karyawan di ruangan itu menoleh. Itu Ivan, dia baru saja kembali dari dapur, dan membawa dua cangkir kopi. Laki-laki itu meletakkan secangkir di hadapan Selly. Membuat wanita centil itu tersenyum manis.
"Kecentilan!" sinis Luna.
Selly tersenyum, lalu mendongakkan kepalanya, mendekat ke arah Luna. Gadis itu lalu berbisik pelan. "Kecentilan sama calon suami sendiri, bukan masalah," bisiknya lalu terkekeh pelan.
Luna mendengus kesal. Tapi, dia selalu berdoa agar hubungan Selly dan Ivan selalu langgeng.
Waktu berputar cepat. Jarum jam pun menunjukkan waktu pulang. Semua karyawan bergegas merapihkan meja dan segera pulang.
Luna meninggalkan perusahaan dengan berjalan kaki. Beberapa taksi yang ditahannya selalu berpenumpang. Gadis itu berhenti di dekat sebuah mini market. Berdiri disana sembari menunggu taksi.
Ia menoleh ke arah kanan berharap ada taksi. Namun, dia malah dikejutkan oleh seorang kakek yang berada tak jauh darinya dan hendak menyeberang, sementara dari arah kanan terdapat sebuah bus yang hendak melintas dengan melaju kencang.
"Kakek, awas!" Tanpa berpikir panjang, Luna berlari dan menarik kakek itu ke pinggir jalan. Alhasil, kepala Luna terbentur tiang lampu jalanan. Sementara kakek yang ditarik Luna tidak terjatuh karena berhasil ditahan oleh seorang pria.
Namun si Kakek yang sudah berusia lanjut dan memiliki riwayat jantung mendadak menyentuh jantungnya dan meringis kesakitan. Dan tak lama pingsan.
Luna yang masih pusing dan samar-samar melihat mendekati si Kakek.
"Tuan," ucap seorang pria yang menahan Kakek, yang merupakan supir si Kakek.
"Kakek? Ya Tuhan, Kakek pingsan. Ayo, cepat antarkan Kakek ke rumah sakit," ucap Luna. Dia tak peduli dengan keningnya yang berdarah.
Dengn cepat dia membantu supir si Kakek untuk membuka pintu mobil. Dia juga ikut masuk ke mobil bersama si Kakek, sementara sang supir bergerak cepat melajukan mobilnya.
"Kenapa Kakek bisa pingsan?" tanya Luna. Setahunya, sang Kakek baik-baik saja. Tidak ada cedera ringan maupun serius.
"Tuan memiliki riwayat jantung. Terkejut bisa memicu Tuan mengalami serangan jantung." Luna terdiam dengan perasaan bersalah yang berkecambuk. Tapi, dia memang harus menolong Kakek sebelum si Kakek benar-benar tertabrak.
Mobil yang membawa mereka tiba di rumah sakit. Para suster yang siap siaga segera membawa Kakek menuju sebuah ruangan, lalu dengan cepat ditangani dokter. Dari gerak gerik dokter dan suster, sepertinya mereka mengenali siapa Kakek itu.
"Maafkan, aku. Aku tidak bermaksud membuat kakek itu terkejut," ucap Luna pada si supir.
"Tidak masalah, Nona. Anda hanya mencoba menyelamatkan tuan. Saya percaya jika Nona tidak berniat membuat Tuan mengalami serangan jantung." Luna mengangguk pelan. "Anda sebaiknya mengobati luka di kening anda, Nona," lanjut si supir.
Luna menyentuh keningnya dan mendapati darah menempel pada jarinya. Sungguh, dia tidak sadar jika kepalanya terbentur menimbulkan luka dan berdarah.
Luna segera menemui perawat yang dapat membantunya mengobati lukanya. Setelah selesai, Luna kembali menemui supir dan menunggu untuk mengetahui kondisi si Kakek. Setelah mendapat kabar jika kondisi Kakek sudah melewati masa kritis, Luna bernafas lega. Dia berpamitan pada supir dan juga kakek yang baru saja sadar.
***
Luna tiba di rumah dan disambut dengan wajah khawatir kedua orang tuanya. Terlebih lagi saat mereka melihat sebagian kecil kening bagian kiri Luna yang terbalut kasa.
"Sayang, kau kenapa?" Tanya Vaela, Ibu Luna.
"Tidak apa-apa, Bu. Ini hanya kecelakaan kecil.
"Kecelakaan kecil? Kecelakaan apa hingga membuat anak Ayah terluka seperti ini?" Basil, Ayah Luna, mendekati sang putri dan merangkulnya. Luna adalah satu-satunya putrinya. Rasa sayangnya tak bisa dia gambarkan. Meskipun sering menjaili sang putri, dia tetaplah seorang ayah yang tidak ingin putrinya terluka.
"Aku menolong seorang kakek yang hampir saja tertabrak. Aku berhasil menolongnya dari tabrakan, hingga kepalaku terbentur tiang lampu jalanan, dan terluka. Tapi...." Luna sedikit menjeda ucapannya, membuat kedua orang tuanya menantikan kelanjutan ceritanya.
"Tapi apa?" tanya Vaela penasaran.
Tapi, dengan tengilnya Luna mengabaikan pertanyaan sang Ibu dan berpamitan pada kedunya.
"Tapi.... Aku mau ke kamar. Aku sangat gerah hari," ucap Luna sambil menahan senyum melihat tatapan mematikan kedua orang tuanya.
"Luna!!" teriak ayah dan ibunya bersamaan. Luna bukannya takut malah terkekeh.
"Hehehe... Luna bercanda. Tadi Luna berhasil menolong si kakek dari tabrakan. Tapi, kakek mengalami serangan jantung karena terkejut. Jadi, aku dan supir kakek bergegas mengantar kakek ke rumah sakit.
Mendengar penjelasan putri mereka, Basil dan Vaela mengangguk. Keduanya menarik Luna dalan pelukan mereka. Sungguh merasa bangga dengan apa yang putri mereka lakukan.
***
Beberapa hari berlalu. Tapi, kondisi kakek masih belum benar-benar membaik. Luna juga sering mengunjungi si kakek setiap kali pulang kerja. Dia juga menyempatkan diri untuk mengurus sang kakek sebentar, sebelum kembali ke rumah.
Hari ini adalah hari libur. Luna mengajak kedua orang tuanya untuk menjenguk sang kakek. Suami istri itu menurut saja apa yang putri mereka inginkan. Hingga akhirnya, disinilah mereka. Di lorong rumah sakit yang mengarah ke ruang si kakek.
"Luna, ini benar ruangan si kakek itu?" tanya Vaela. Dia heran melihat beberapa orang berjas hitam di depan ruangan yang Luna maksud. Dia juga bukan orang yang tidak tahu, ruangan seperti apa yang ada di depan mereka sekarang. Ruang VVIP yang biasanya digunakan oleh orang-orang kelas atas.
"Iya, Bu. Jangan takut. Mereka semua tidak menyakiti orang tanpa alasan. Mereka tidak akan berbicara jika tidak ada urusan dengan kita," ucap Luna.
"Nak, orang yang kau tolong, bukan orang sembarangan," tutur Basil.
"Luna tidak tahu, Yah. Luna tidak butuh latar belakangnya. Luna hanya ingin menolong."
Basil dan Vaela tersenyum. Setelah itu mereka berempat sama-sama memasuki ruangan tersebut. Kedatangan mereka disambut dengan senyum manis kakek yang masih terbaring.
Luna melangkah mendekat. Sementara kedua orang tuanya terdiam mematung. Tak lama kemudian, keduanya serentak menundukkan wajah mereka, menyapa si Kakek.
"Tuan Berto," sapa Basil dan Vaela bersmaan.
Luna yang mendengarnya lantas menoleh. Raut bingung tergambar jelas di wajah cantik itu.
"Ayah sama Ibu, kenal Kakek?"
"Tentu saja, Nak. Dia Tuan besar Berto Maxon. Pemilik Maxon group," ujar Basil.
Luna sontak melototkan matanya. Dia benar-benar tidak tahu siapa yang diselamatkannya dan dirawatnya beberapa hari ini. Kenyataan membuatnya terkejut, jika pria tua itu adalah konglomerat.
"Maaf, Tuan. Saya benar-benar tidak tahu jika tuan adalah Kakek Berto yang terkenal."
"Tidak. Tidak masalah. Kakek lebih senang ada yang tidak tahu tentang kakek, " ucap si kakek dengan senyuman.
Luna mengangguk pelan. Dia meraih semangkuk sarapan untuk Kakek Berto dan menyuapi kakek itu. Dia begitu telaten mengurus orang tua itu. Membuat semua si Kakek semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan beberapa hari ini.
"Saya sangat senang melihat kalian datang. Saya merasa memiliki kembali keluarga saya yang sudah terpecah," ucap Kakek Berto. Basil dan Vaela hanya mengangguk.
"Karena kalian berada di sini, saya juga ingin mengutarakan keinginan saya. Saya sudah memikirkan semua ini. Saya berniat mengunjungi kalian di rumah setelah saya diperbolehkan pulang dari rumah sakit ini."
"Ada apa ya, Tuan?"
"Saya ingin melamar putri kalian, Luna, sebagai istri cucu saya."
Basil, Vaela maupun Luna terdiam saling menatap. Kemudian mereka kembali menatap si Kakek.
"Kami tidak bisa memutuskan, Tuan. Biar Luna saja yang menjawab," ucap Basil, membuat tiga pasang mata tertuju ke arah Luna.
"Kakek, aku tidak bisa, Kek. Aku—"
"Nak, Kakek mohon. Kau sendiri tahu, bagaimana kondisi Kakek. Kakek hanya ingin cucu kakek memiliki pendamping hidup yang baik, sebelum hidup Kakek berakhir. Kakek— akhh...." Kakek Berto tiba-tiba mengerang kesakitan sembari memegang dadanya. Hal itu seketika membuat panik Luna dan kedua orang tuanya.
"Kakek!" Luna dengan cepat mendekati laki-laki tua itu. Basil dengan segera menekan tombol emergency. Tak lama, seorang dokter dan seorang perawat masuk.
Luna dan kedua orang tuanya dipersilakan menunggu di luar.
Ya Tuhan, selamatkan Kakek. Batin Luna.
Gadis itu duduk di sebuah kursi di depan ruangan Kakek Berto. Wajahnya terlihat cemas. Begitu juga dengan hati dan otaknya yang tak hentinya berpikir, keputusannya terhadap apa yang dikatakan Kakek Berto.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya dokter keluar dan memberitahukan keadaan Kakek Berto. Luna cukup terguncang dengan kondisi Kakek yang kembali memburuk. Dia dengan cepat memasuki kembali ruangan tersebut. Tapi, tidak dengan kedua orang tuanya yang ditahan oleh 4 pengawal yang berjaga. 4 pengawal itu tidak ingin terulang lagi kejadian yang membahayakan Tuan mereka.
Luna terdiam cukup lama menatap Kakek Berto yang berbaring dengan mata terpejam. Dia menarik nafasnya panjang. Tak ada kata-kata yang ia ucapkan. Hingga pada akhirnya, Kakek Berto terbangun.
"Kakek," panggil Luna lirih, membuat Kakek Berto yang baru saja terbangun tersenyum tipis.
"Kakek, maafkan Luna. Karena Luna, penyakit Kakek kambuh."
"Tidak, Nak. Ini bukan karena kau," ucap Kakek Berto. "Nak, bagaimana dengan jawabanmu? Kakek sangat berharap kau mau menerima cucu kakek."
Luna terdiam, lalu menarik nafasnya. Ada kebimbangan yang Luna rasakan. Tapi, dia juga tidak tega melihat kondisi Kakek Berto. "Aku akan menerima permintaan Kakek. Tapi, aku mohon. Kakek cepatlah sembuh."
Pria tua itu tersenyum tipis dan mengangguk lemah. Dia bisa lega sekarang. Cucunya, si lelaki dingin itu akan segera menikah.
"Terima kasih, Nak. Kakek akan membicarakan pada cucu Kakek. Setelah Kakek pulang dari sini, Kakek akan berkunjung ke rumahmu, menemui kedua orang tuamu.
Luna mengangguk sambil tersenyum paksa. Dia hanya berdoa semoga keputusannya ini tidak salah.
***
Danzel menatap sang Kakek dengan sorot yang tak bisa dijelaskan. Raut wajahnya tenang, tak ada emosi apapun yang terlihat dari wajah tersebut.
"Bagaiamana? Kau setuju kan, Danzel?" tanya Kakek Berto. Ya, Danzel Stevano Maxon, CEO Maxon Group itu merupakan cucu dari Kakek Berto. Dia baru saja tiba dari luar negeri dan langsung mendatangi sang Kakek di rumah sakit.
"Kakek—"
"Kau sudah dengar, gadis itu menyelamatkan hidup Kakek."
"Danzel tahu, Kek. Tapi, tidak harus menikah. Kita bisa memberi imbalan, Kek," ucap Danzel.
"Kakek suka gadis baik itu. Kakek ingin dia menjadi istrimu," ucap Kakek Berto. "Danzel, kau tahu kan? Kondisi Kakek saat ini tidak baik. Kakek takut jika nanti Kakek—"
"Kek, sudahlah. Jangan katakan hal yang tidak ku suka. Aku akan menikahinya," putus Danzel. Dia tidak suka jika Kakeknya sudah bersinggungan dengan penyakit yang dideritanya.
"Kau benar-benar mau menikahinya?"
"Ya."
"Terima kasih. Kakek sangat senang." Kakek Berto tersenyum senang. Sudah ia tebak, Danzel akan luluh jika dia menjadikan penyakitnya sebagai alat membujuk Danzel.
"Baiklah. Karena kau sudah setuju, pergilah ke Blue Cafe besok pukul 19.00. Luna menunggumu disana." Danzel tak menjawab. Dia hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Dan tanpa Kakek Berto tahu, Danzel sudah berniat untuk tidak ke Blue Cafe dan bertemu Luna.
Dan benar saja, Danzel benar-benar tidak datang. Luna seperti gadis bodoh yang mau-maunya menunggu Danzel yang tak pasti. Ingin menghubungi laki-laki itu dan bertanya, dia tidak memiliki nomor handphone Danzel. Dan beruntung, pengawal Kakek Berto menelponnya dan memberitahu jika Danzel tidak bisa datang karena sedang memiliki urusan lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Mamake Zahra
mampir thor kelihatannya seru durasinya panjang 👍👍👍
2024-09-26
1
Juniarta Butar Butar
keren
2023-12-05
1
Evelyn
karya baru kak. tapi kok ceritanya #si kembar belum lanjut? penasaran sama kisahnya Alisha dan Axel
2023-11-23
1