RINDU GUGAT

"Lantas... " sahut Ima.

"Kita latih husnudzon pada makhluk makhluk yang tanpa jasad tersebut, " tambah Pras.

"Ingat, ini tidak berarti tidak percaya dengan adanya makhluk tanpa raga. Cuma, pemikiran kita untuk menjangkau keberadaanya belum mampu. Maka cara penyembuhan kita pun beda," ujarku.

"Artinya beda? " tanya Pras.

Aku diam, seolah berpikir sambil menghisap sebatang rokok.

"Aku masih banyak bebuat maksiat. Maka pengobatan yang aku terapkan tidak sekedar dengan ihtiar do'a. Akan tetapi juga dengan menggunakan penotokan pada beberapa titik akupunktur agar menimbulkan rasa terkejut selain mengendorkan uratnya. Dengan urat urat kendor, aliran darah lancar, akan terbangun suasana santai dan rileks, " tegasku.

Keempatnya mengangguk anggukkan kepalanya tanda mengerti akan penjelasanku.

"Ini bagiku ilmu baru. Cukup yakin, tanpa mantra, " kata Pras.

"Bukan tanpa mantra. Ikhtiar dobel. Yakni doa dan totok urat," tegas Hengki.

"Tepat. Kita bukan kiai, yang telah benar benar jauh dari maksiat. Kita juga tak jelas nasab kita tersambung pada Nabi, atau pada wali. Maka apa yang kita kerjakan harus ekstra. Dengan ikhtiar dobel itu bila lapis satu kurang berhasil semoga lapis 2 mensukseskan, " ujarku.

"Betul. Ini yang perlu kita pelajari?!" tambah Anika menegaskan.

"Lantas bagaimana dengan tradisi kerawuhan. Semisal pada pertunjukan kuda kepang atau Jalanan?" tanya Ima.

"Ah itu, Jin nya di undang, kan. Jadi masuk", sahut Anika.

"Aku tahu, tapi secara detailnya bagaimana?" ulang Ima.

"Tolong di jelasin, Kak. Nanti Ima tidak bisa tidur, loh, " ungkap Hengki.

"Tidurnya bisa, tapi mimpi kesurupan kan bahaya," bantah Pras.

"Sebelum kesurupan, semua penari dalam keadaan sadar, bukan? " tanyaku.

"Ya, itu Pasti, dong, " ungkap Hengki.

"Maka dari sadar menjadi tak sadar itu di sebut kesurupan, Kak, " ucap Pras.

"Benar. Itu juga di sebut trance, kerawuhan atau istilah ramah kita kerasukan. Yang pada saat sadar, ia sudah memahami bahwa pada pertunjukan nanti dirinya akan tampil dengan demikian artinya kerasukan. Dia juga sudah melihat bagaimana tingkah laku atau cara menari saat dia kesurupan nantinya, " ujarku.

"Jadi itu pura pura? " tanya Ima.

"Bukan pura pura, tapi nyata. Namun pada saat menari dalam keadaan sadar, menjadi berubah kesurupan, antara ini juga perlu kita kaji," jelasku.

"Maksudnya saat bakar kemenyan?" ucap Ima.

"Nah, benar, " jawabku.

Aku menegaskan bahwa, para penari sebelum trance atau kesurupan, sudah tahu apa yang harus dikerjakan. Sehingga tubuhnya telah mempersiapkan diri secara otomatis.

"Maka dalam trance atau yang disebut kesurupan adalah akan terjadi perubahan kesadaran, pada pemikiran pada gerakan tubuh," tegasku.

Perubahan kesadaran pada diri seseorang yang dalam kondisi trance juga pada kesadaran secara Kognisi, persepsi dan sensasi.

"Pada saat diri manusia mengalami trance ini kadang seseorang memiliki kekuatan yang di luar kebiasaan atau dalam istilah kita dianggap linuwih, " ucapku.

"Kok bisa begitu kenapa, Kak?" tanya Anika.

"Karena itu segala sensasi yang diatur oleh mekanisme saraf tubuh ini sudah berubah," jawabku.

"Maka jangan heran bila bara api akan menjadi dingin dan padam bila terinjak oleh seseorang yang mengalami trance," tanahku.

"Maaf, Kak, ini apa juga berlaku bila tahu kucing berubah rasa coklat," ucapan Hengki yang di sambut tawa oleh kami.

"Itu berlaku karena cinta sudah melekat, " jawab Ima sambil tetap tertawa ngikik.

"Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah cinta ini termasuk kesurupan?" tanya Anika.

"Barangkali kalau berlebihan juga bisa. Kan banyak karena cinta yang berlebih bisa menjadi mabuk cinta, " jawab Pras.

"Bukan Mabuk itu, tapi cinta buta!" jawab Hengki.

"Kalau terjadi perubahan pada dirinya secara sensasi dan mengatur perubahan mekanisme saraf, bisa jadi demikian, " jelasku.

Maka tak jarang orang yang mencintai seseorang, seolah lupa akan keberadaan lingkungan. Lupa akan dirinya sendiri ini yang menjadikan orang yang sedang mencintai itu menjadi gila, terangku lebih lanjut.

"Yang seperti itu terjadi karena apa, Kak?" tanya Anika.

"Ngopinya tentang cinta kurang pahit, " jawabku di sambut tawa meledak dari mereka semua.

Karena mereka semua beranggapan aku akan menceritakan permasalahan dengan serius. Maka saat aku membelokkan pada arah gurau mereka tertawa dengan serempak.

"Kita kembali ke permasalahan kesurupan atau trance, apa penyebab dari kesurupan pada jalanan atau kuda kepang ini? " tanya Ima.

Aku tidak segera menjawab, namun mataku melihat pada arah jam yang ada pada dinding warung.

"Masih jam empat belum genap, Kak? " kata Hengki sambil tersenyum.

Aku tersenyum, kemudian menjelaskan pada mereka, bahwa trance pada dasarnya manusia semua bisa.

"Hal itu bisa kita lihat pada saat kita masih bayi. Bayi kadang tertawa sendiri, ini adalah saraf yang bekerja atau indra keenam mengalami fungsinya di luar kesadaran, " ujarku.

Aku juga menjelaskan, kejadian trance atau kesurupan pada penari di Seni Kuda Lumping atau jaranan Kepang, karena ditimbulkan oleh sesuatu. Bahkan tarian jeda kadang melakukan gerakan melingkar beberapa kali, dengan irama musik yang monoton dengan irama keras, seseg atau sampak.

"Aroma kemenyan atau dupa yang telah mendasari pemikiran adanya kegiatan mengundang adanya roh halus, mata yang tertuju pada satu titik, gerakan yang berhadapan dengan bapa merupakan gerakan agar sipenari memasuki alam trance, " kataku menjelaskan.

"O, demikian, Kak. Jadi gerakan semacam ini memancing agar penari masuk pada alam trance. Sebetulnya itu tidak mengundang roh halus, Kak?" tanya Ima.

"Aku tidak tahu tentang pengundangan roh halus dan tidak pernah belajar tentang itu. Yang aku tahu saja aku jelaskan padamu," terangku tegas.

"Jadi gamblang soal kesurupan," terang Pras.

Waktu terus berputar. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 4 sore. Dan aku ingat, aku masih ada tugas yang harus kuselesaikan. Yaitu menyelesaikan editing video grafis untuk konten aplikasi youtobe.

"Itu sebetulnya belum semua. Cuma yang jadi garis bawah adalah, bila ada kesurupan jangan selalu menuduh pada makhluk halus. Sebab bangsa jin juga diberi tugas oleh Tuhan untuk ibadah dan menyembah padanya. Maka, jin juga repot di alamnya sana, "ujarku di sambut tawa oleh mereka.

"Sekarang paham kami, Kak. Tadi lho soal kita semua pada dasarnya memiliki bakat untuk memasuki trance. Apa orang saat kesurupan itu tidak melihat keberadaan sekelilingnya, sehingga di sebut alam trance? " tanya Pras.

"Bagaimana saat kesurupan kamu kemarin, Heng?" tanyaku pada Hengki.

"Lihat sekeliling, tapi terasa beda. Kadang juga seperti.... "

"Lelah yang berlebihan. Maka anda terbawa pada alam trace di bawah kesadaran diri. Maka untuk mengembalikannya juga membutuhkan istirahat, tenang dan kalau perlu tidur, " ujarku.

"Pantas di ajak bernyanyi. Agar rileks semua organ tubuh, " ujar Pras.

Kami kembali tertawa.

Kemudian aku mengajak mereka untuk untuk pulang. Sebab aku masih banyak tugas menyelesaikan kerajaan di beberapa aplikasi.

*****