NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Pergi

Biarkan Aku Pergi

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai
Popularitas:283.3k
Nilai: 4.6
Nama Author: Velza

Menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia adalah idaman semua pasangan suami istri. Hal itu juga yang sangat diimpikan oleh Syarifa Hanna.

Menikah dengan pria yang juga mencintainya, Wildan Gustian. Awalnya, pernikahan keduanya berjalan sangat harmonis.

Namun, suatu hari tiba-tiba saja dia mendapat kabar bahwa sang suami yang telah mendampinginya selama dua tahun, kini menikah dengan wanita lain.

Semua harapan dan mimpi indah yang ingin dia rajut, hancur saat itu juga. Mampukah, Hanna menjalani kehidupan barunya dengan berbagi suami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Wildan vs Frans

Selesai acara, Frans dan Hanna meninggalkan tempat itu lebih dulu karena Frans ingin memberikan sebuah kejutan pada Hanna. Namun, ketika hendak masuk mobil, langkah mereka terhenti karena teriakan Wildan yang memanggil nama Hanna.

"Kamu ada di sini juga, Han? Tahu gitu tadi kita bisa barengan," ucap Wildan. Sementara Hanna mengernyitkan keningnya, merasa ada yang aneh dengan mantan suaminya itu.

"Otak kamu nggak lagi bermasalah 'kan?" tanya Hanna.

"Maksud kamu apa, Han? Aku nggak ada penyakit mental," jawab Wildan yang tersinggung dengan pertanyaan Hanna.

"Kalau memang ngga ada penyakit mental, harusnya kamu sadar kita itu bukan siapa-siapa lagi," pungkas Hanna.

"Tapi kita masih bisa berhubungan sebagai teman, Han."

Hanna menyilangkan kedua tangannya di depan dada seraya menatap Wildan. "Dengar, ya. Nggak akan ada kata teman antara kita berdua, bagiku kamu adalah masa lalu yang harus dilupakan. Dan satu lagi, kamu itu punya istri jadi tidak mungkin aku harus pergi dengan kamu, paham."

Hanna membalikkan badannya hendak menjauhi Wildan, tetapi tangannya dicekal. Membuat Frans yang sejak tadi hanya jadi penonton kini menjadi geram.

"Lepaskan tangan calon istri saya." Frans melepaskan cekalan Wildan dari tangan Hanna.

"Calon istri?" Wildan menatap Frans dan Hanna bergantian, seolah memastikan.

"Anda jangan sembarangan bicara. Hanna itu hanya milik saya dan sampai kapan pun akan tetap menjadi milik saya."

"Heh, Anda pikir, Anda bisa mendapatkan Hanna kembali? Jangan mimpi karena Hanna akan menjadi istri saya."

Wildan menarik kerah jas yang dikenakan Frans. "Jangan pernah berani mendekati Hanna. Karena jika itu terjadi, maka harus siap berhadapan dengan saya."

Hanna yang melihat suasana semakin memanas,.berusaha melerai keduanya. "Cukup, Mas! Jangan pernah kamu berpikir bisa kembali berhubungan denganku. Karena sampai kapan pun, kamu hanyalah masa lalu dan perlu kamu tahu bahwa aku sudah memiliki calon suami, yaitu dia, pria yang ada di hadapanmu saat ini."

"Ayo, kita pulang," ajak Hanna sambil menarik tangan Frans untuk segera meninggalkan tempat itu.

"Sebelum janur kuning melengkung, masih ada kesempatan untukku merebutmu kembali, Hanna. Ingat itu!" teriak Wildan.

Frans yang mendengar teriakan itu langsung tersulut emosi, dia mengepalkan kedua tangannya dan berusaha berbalik badan hendak meluapkan amarahnya, tetapi langsung ditahan oleh Hanna.

"Abaikan saja. Semakin kita meladeni, semakin gencar dia berbuat seenaknya," ucap Hanna berusaha menenangkan, meski sebenarnya dia juga heran dan bingung dengan kemarahan Frans.

**

Di tengah perjalanan pulang, Frans hanya terdiam dan mengemudikan mobilnya sedikit kencang. Hanna yang sedikit takut pun hanya bisa pasrah, tetapi dia memberanikan menanyakan perihal kemarahan Frans.

"Em, Frans. Tadi kenapa kamu terlihat marah sekali dengan Wildan?"

Frans menghentikan laju mobilnya secara tiba-tiba, hingga membuat Hanna terhuyung ke depan. Untung saja dia mengenakan sabuk pengaman, sehingga tak terbentur dasbor mobil.

"Jangan pernah sebut nama itu di depanku. Dan jika kamu ingin tahu alasanku marah, itu karena kamu masih terikat perjanjian denganku. Jadi, tak ada siapa pun yang bisa mendekatimu selama kamu masih ada perjanjian denganku," ujar Frans sambil menatap tajam Hanna.

"Tapi sampai kapan perjanjian itu berlaku? Aku juga perlu menentukan langkah hidupku selanjutnya."

Frans menatap Hanna lebih dekat, hingga tersisa beberapa senti saja. "Apa kamu tak membaca isi perjanjian itu, Nona Hanna? Dalam perjanjian itu tertuliskan, selama aku belum memutuskan untuk mengakhiri perjanjian itu, maka selama itu pula kamu harus tetap berurusan denganku."

Hanna terpaku mendapati penjelasan Frans, sungguh kesalahannya yang tak membaca isi perjanjian itu hingga membuatnya harus terlibat dengan Frans yang entah sampai kapan.

"Jadi, kamu tidak boleh berhubungan dengan pria mana pun selain aku. Paham?" Hanna seketika mengangguk pelan, mengiyakan perkataan Frans.

"Ya Tuhan, drama apa lagi ini? Kapan aku bisa hidup bebas tanpa harus terlibat masalah dengan orang lain?" batin Hanna.

Frans kembali melajukan mobilnya, melanjutkan perjalanan pulang. Namun, baru beberapa ratus meter mobil berjalan, Hanna mendapat telepon dari Andrean, suami Atika.

"Halo, Kak. Ada apa?" tanya Hanna setelah menjawab panggilan telepon.

"Bisa ke rumah sakit sekarang nggak, Han? Atika mau lahiran dan nggak ada orang yang temenin, soalnya mama dan papa baru aja berangkat ke luar negeri."

"Oh, bisa, Kak. Nanti Kak Andrean kasih tau aja ruangannya, aku ke sana sekarang," ucap Hanna.

"Oke, Han."

Setelah panggilan terputus, Hanna minta tolong pada Frans agar mengantarnya ke rumah sakit. Frans pun menuruti permintaan Hanna tanpa banyak bicara.

***

Di tempat yang berbeda, Wildan meluapkan amarahnya dengan menenggak minuman beralkohol di sebuah bar, ditemani Adnan yang takut sang kakak berbuat yang tidak-tidak.

"Sudah larut malam, ayo, kita pulang. Kamu sudah cukup banyak minum," ucap Adnan.

"Menurutmu, apa Hanna masih mencintaiku? Pasti masih 'kan? Karena aku tahu, dia masih sangat berharap kembali denganku sebab hanya akulah satu-satunya pria yang bisa mengerti dia," ujar Wildan yang sudah mulai bicara ngelantur.

"Kita bahas besok saja, sebaiknya kita pulang karena sudah larut malam."

Adnan merangkul sang kakak dan membantunya berjalan menuju mobil. Dengan berjalan sedikit sempoyongan, Adnan berusaha menahan tubuh sang kakak agar tak ambruk.

Akhirnya, setelah berusaha keras membantu Wildan berjalan dan masuk mobil, Adnan langsung menghempaskan tubuhnya di kursi balik kemudi. Dengan napas sedikit ngos-ngosan, Adnan pun kemudian menyalakan mobil dan mulai mengendaraimya menuju rumah Wildan.

Setelah satu jam perjalanan, mobil yang dikemudikan Adnan sudah berhenti di depan rumah kontrakan Wildan. Adnan mengetuk pintu rumah dengan keras, agar Novita segera membukakan pintu.

"Bawa suamimu masuk sana. Dia sudah mabuk karena kebanyakan minum," ucap Adnan setelah Novita membuka pintu.

Tanpa menunggu jawaban Novita, Adnan langsung kembali ke mobil dan membuka pintu mobil.

"Cepetan! Malah bengong aja, kamu kira aku bodyguard suamimu," sentak Adnan yang melihat Novita hanya diam dari tadi.

Sementara Novita, langsung berlari menghampiri Adnan yang sudah terlihat marah. "I-iya, sebentar."

Novita segera memapah sang suami keluar dari mobil dan membantunya berjalan masuk. Dengan tertatih Novita berusaha membantu sang suami masuk rumah, sedangkan Adnan hanya menjadi penonton dan pergi meninggalkan rumah kontrakan Wildan.

Setibanya di kamar, Novita langsung merebahkan tubuh sang suami di ranjang. Lalu, dia menutup pintu rumah dan menguncinya. Dia kembali ke kamar melepaskan sepatu dan kas yang dikenakan sang suami. Namun, saat hendak membuka ikat pinggang, gerakan tangannya terhenti karena cekalan tangan Wildan.

"Jangan pergi," ucap Wildan lirih dengan mata yang masih terpejam.

"Aku di sini, Mas."

Novita membelai tangan sang suami dan tanpa sadar Wildan menarik tangannya dan medekap tubuhnya dengan erat. Keduanya pun larut dalam buaian hingga pakaian yang membalut tubuh sudah tercecer di lantai.

Ketika sudah di puncak permainan, Wildan mempercepat gerakan tubuhnya dan tak berselang lama dia ambruk di atas tubuh sang istri.

"Aku mencintaimu, Hanna."

Novita yang semula menikmati permainan sang suami, kini justru harus menelan pil pahit kala suaminya menyebut nama Hanna.

"Keterlaluan kamu, Mas. Bisa-bisanya kamu menyebut nama mantan istrimu itu saat bersamaku." Novita menyingkirkan tubuh sang suami dengan kasar, tetapi Wildan tak bereaksi karena sudah terlelap ke alam mimpi.

1
Nur Halima
Luar biasa
YuWie
Happu End..selamat Hanna dan Fran serta si kembar baby
Soraya
keren mksh karyanya thor👍
Soraya
selamat ya Hana akhirnya hamil juga
Endang Supriati
ngapain juga si hanna urusan keluarga wildan.
Endang Supriati
kanker itu seperti rambut menjalar kemana2 kamu mau sembuh nov! ganti otaknya.
Endang Supriati
si adnan hrsnya juga mati ketabrsk truck,kurang ajarrrrr ngapain sih ngabar ngabin ke Hanna.!! pki suruh besuk segala! dasar adik kakak otaknya konslet.
Endang Supriati
ucapan adalqh doa nov. itu adalah bakasan dr Allah krn sdh menghancurkan pernikahan Hanna.
ada hadisnya,pezinah dan penghancur rumah tangga org. tdk diakui sbg umat dan golongan Rasullah.
Endang Supriati
biasanya pezinah perusak rumah tangga org. kena penyakitnya kanker disekitar rahimm.
jd tdk bisa ngesex lagi bau kaya bangke jarak 10 meter aja sdh tercium baunya. krn didlm rshimnya penuh luka darah dan nanah.
Endang Supriati
yg bilang sdh maapin itu mudah! coba klu dia yg mengalami. sakit hati tahu!!
Iges Satria
/Heart//Heart//Heart//Heart//Good/
YuWie
bagus
Anna Wamey
kenapa harus dg perjanjian frans,,,?,,hanna minta tolong pdmu sekali,,,tp kamu meminta lebih,,,??,🤔
Iges Satria
tinggal beli rusaknya dan beli es krim, nanti dituangkan kesatuan wadah.. gampang kan Frans /Heart/
Anna Wamey
Lumayan
Nur Azizah
bagus n menarik
Sobar Ruddin
sangat bagus dan mengispirasihkan kita jgn terlalu terpuruk
Sobar Ruddin
seru lanjut
Endang Supriati
ucapan adalah doa.
Endang Supriati
memang hamil bisa dibuat dan diarur sendiri!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!