NovelToon NovelToon
BUKAN DI TANGAN-ku

BUKAN DI TANGAN-ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:220
Nilai: 5
Nama Author: Ansu Arisanti

"saat aku bertemu denganmu aku mengerti. cinta itu memang sangat indah dan kesepian itu terasa sangat menyiksa dan kedua hal itu disebabkan oleh orang yang sama, ya kau."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ansu Arisanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ethanino

Setelah melewati beberapa kejadian yang kurang mengenakkan kini akhirnya Arsa sudah sampai di kediamannya, Arsa di buat keheranan saat melihat suasa dekat kosannya nampak baik-baik saja. Jalan yang dia lewati juga nampak kering tak menunjukkan tanda-tanda sudah terjadi hujan, bahkan tidak ada genangan air yang biasanya Arsa liatnya saat hujan.

Nasib baik dirinya tidak memakai jas hujan. Jika sampai itu terjadi mungkin saat ini dirinya tengah si tertawakan oleh beberapa anak yang sedang bermain.

Arsa memilih bersantai di kasurnya, dengan pakaian pendek, sepertinya Arsa sengaja memakai pakaian seperti itu untuk menghindari rasa sakit di tangan dan lututnya. Arsa bahkan baru sadar saat dirinya mandi bahwa lututnya, ternyata mengeluarkan darah segar, beberapa darah nya juga sudah kering, Arsa berani bertaruh ada satu dua tetes darahnya yang sudah menyatu dengan celana yang di pakai nya.

Untung saja kecelakaan itu tidak mengakibatkan celana Arsa robek, jika sampai itu terjadi apa yang harus Arsa pakai besok. Arsa tidak punya banyak baju walau sudah bekerja cukup lama di kota ini.

Arsa merasa bosan karena sedari tadi dirinya hanya diam di kasur memikirkan kejadian yang telah menimpa nya , ia pun memutuskan mengambil ponsel nya di jaket yang belum ia sentuh sedari tadi. Saat membuka ponsel ia tak melihat tanda-tanda ponsel itu hidup, beberapa kali iya coba menekan tombol power namun ponselnya tetap seperti sebelumnya tidak ada perubahan.

Arsa memukul-mukul ponselnya, geram kepada ponselnya, menjadikan ponsel sebagai suatu pelampiasan atas kekesalan nya. Hal itu tidak berlangsung lama . Arsa berbicara dengan dirinya sendiri "Rileks Saa, tenang rileks." iya pun beberapa kali menetralisir perasaannya.

Arsa berusaha mengusir pikiran negatif soal ponselnya, Ia mencoba menyakini ponsel yang di genggam nya akan baik-baik saja, ponsel itu masih hidup, ponselnya hanya kehabisan baterai. Arsa terus mengisi pikiran nya dengan hal seperti itu. Tepat sekali seperti dugaan Arsa saat dirinya mulai mencharge ponsel itu, ponsel itu akhirnya menyala namun ada yang aneh dengan ponsel itu mengapa lama sekali menunjukkan tampilan utama.

Hal ini tidak seperti biasa nya, jika pun ponselnya benar-benar kehabisan batre, ponsel itu akan memperlihatkan layar beranda, menu utama ponsel saat di hidupkan. Namun kali ini beda, ponsel itu memang menyala namun seperti me-restart berulang kali . Jika dirinya sedang mengunduh aplikasi atau semacamnya mungkin saat ini unduhan nya tidak berjalan hanya terus berputar di angka yang sama.

Begitu sadar ponselnya bermasalah jujur saja Arsa sedih sekaligus kesal mengapa harus sekarang. Mengapa tidak dari kemarin atau nanti saja saat dirinya mempunyai uang. Arsa sedih bukan karena dia kehilangan ponsel itu. Walupun sebenernya Arsa akan baik baik saja hidup tanpa ponsel, Namun kali ini dia butuh sekali ponsel.

Karena bagaimana pun ponsel itu membuat dirinya bangun dari tidurnya, ponsel itu juga selalu memperingatkan satu hal-hal penting seperti pembayaran kos atau hari-hari penting soal pekerjaan nya. Arsa hanya mengandalkan alarm di ponselnya dia tidak punya jam weker. jangankan itu, jam dinding saja dia tidak miliki nya.

Mengingat hal itu kini Arsa benar-benar di buat sedih pasalnya bagaimana dia akan pergi bekerja saat tidak bisa memesan transportasi yang harus di pesannya di aplikasi hijau. Bisa saja sebenarnya Arsa naik angkutan namun itu akan sangat merepotkan dia juga tidak tahu harus turun dimana jika menaiki angkutan yang ada.

Arsa terpaksa kembali lagi bermalas-malasan di kasur nya karena ponsel nya tidak bisa ia mainkan. Ia beberapa kali menarik nafas dengan kasar bukti tanda dia lelah.

Sementara di sisi yang lain menunjukkan Ethan baru saja sampai di rumah nya. Rumah itu sangat besar terlihat hampir di setiap dinding terdapat lukisan yang indah, pas bunga yang tertata rapih, menambah nilai estetik untuk rumah itu, lampu-lampu yang menggantung nya pun sangat berbeda berbeda dari kebanyakan rumah yang ada, setiap orang yang melihat nya akan takjub karena rumah itu juga bernuansa gold ditambah dengan lampu yang menyoroti nya seperti warna perhiasan, sebagian dindinya berwana putih dan grey.

Ethan membawa sesuatu di tangan kanannya seperti sebuah MAP berwarna biru , entah apa yang ada ada di dalam nya. Saat Ethan memasuki ruang tamu Ethan di tatap oleh sesosok pria yang cukup berumur , pria itu menggunakan kemeja lengan pendek identik dengan kacamata yang masih tergantung di lehernya. Pria itu melihat Ethan dengan tatapan yang tidak bisa di artikan , lalu mengalihkan pandangan nya pada segelas kopi yang dia pegang di tangan kanan nya. Tak lama pria itu meminumnya.

Sementara Ethan yang sedang di tatap tidak memberikan respon apapun hanya terus berjalan melewati pria yang usianya lebih tua di banding dirinya, Ethan mengabaikan kehadiran laki-laki itu, seolah laki-laki tua itu tidak ada di sana.

Langkah Ethan di perlambat saat dirinya melewati pria itu yang sedang duduk di sofa berwarna beige berukuran besar. Saat Ethan tepat berada di hadapan pria itu. Dia melemparkan MAP biru yang di bawanya ke meja, akibat lemparan yang cukup keras menumpahkan sedikit kopi yang ada di atas meja .

Ethan tidak berbicara satu katapun, setelah melemparkan satu MAP Ethan dengan mantap trus berjalan sambil membawa sebuah amplop berukuran besar yang sengaja dia bawa di dalam Map biru.

Ethan berjalan menghiraukan pria tua. ia berpura-pura tidak mendengar apa yang pria tua itu katakan dia terus menginjak anak tangga menuju kamarnya di lantai dua.

"ETHANNNNN!!!" teriak Pria itu mengepalkan kedua jarinya di lutut.

"You're crazy, you have no manners!" Pria itu berdiri dengan amarah yang menggebu.

"You are blind, Tidak kah kau melihat ada orangtua!" teriak Pria itu dengan tatapan yang mengerikan kepada Ethan.

"TANN!!! ETHANNN!!!" Pria itu berteriak lebih keras, Ethan menghentikan langkahnya di anak tangga terakhir, melihat ke bawah tak lama ia pun melanjutkan langkahnya dan hilang saat dirinya melangkah ke kanan.

Pria itu melihat punggung Ethan yang sudah hilang. Dia memegang dadanya yang terasa sakit akibat emosinya yang menggebu. Nafas pria itu pun tidak teratur. Pria itu dengan kasar duduk kembali ke kursi yang ia duduki, matanya menatap ke atas, sesekali matanya terpejam dengan tangan kanan meremas sebuah kertas yang diambilnya di map biru yang di lemparan Ethan, putranya.

Ethan menghembuskan nafas nya kasar saat kakinya menginjakkan kamar miliki nya yang bernuansa gelap. Ethan tidak menunjukkan ekspresi apapun dia duduk ditepi kasur berukuran besar milik nya dengan mata memandang sebuah potret, kecil dirinya dengan wanita bergaun putih tersenyum indah di foto itu.

Ethan tidak berkedip memandang foto yang berada di meja kecil disebelah tempat tidur nya. Matanya menatap dalam foto itu sangat dalam, sehingga bayangan masa lalunya bersama wanita itu kembali terputar, bayangan itu menunjukkan seorang wanita berlarian mengejar dirinya. bayangan itu berganti saat dirinya menaiki permainan jungkat jungkit bersama ibunya. Bahkan berganti dengan bayangan lain saat dirinya makan eskrim yang diberikan ibunya, Ethan merasakan bayangan yang berputar di kepala nya seolah ibunya sedang mengelur rambut miliknya seperti yang dia bayangkan di lamunannya.

"Tok... Tok... Tok!!!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!