Zavian Xanderson, memiliki kepribadian yang dingin, dan tertutup dengan sejuta pesona yang dimiliki.
Alina Angelica Kwelju. Gadis cantik, pintar dan juga kreatif. Gadis yang kerap disapa Alin atau Ina ini memiliki sebuah rahasia besar yang ia simpan bersama keluarganya.
Ini kisah sosok Zavian Xanderson, sang ketua OSIS SMA Rajawali dan bertemu dengan gadis segudang rahasia itu. Penasaran? Yuk baca^^
Jangan menilai sesuatu dari covernya!
Typo bertebaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Bismillahirrahmanirrahim
Happy Reading
***
"Harus gitu ya gw berurusan sama si ketos galak itu,"
"Harus dong, biar kalian makin akrab. Mana tau-an kalian itu jodoh, upsss..."
Mereka semua pun tertawa geli. Tidak terbayang bagaimana akting Alina kali ini hanya demi suatu informasi yang harus ia dapatkan.
"Dhara," rengek Alina.
"Haha... maaf Ina. Ok, siapa tadi ya. Oh, Khanza! Lo sama Akib, ya." Khanza mengangguk mengiyakan.
"Ariyan si bucin sekolah siapa yang mau nih?"
(Udah kek pembagian sembako aja ya mereka😭🤏)
"Biar gw aja," kata Jihan.
"Lo mau? Ok deh. Terus, Bernard cowok bule barat itu lo aja ya, Bela." Sambil tersenyum manis ke Bela.
"No problem, lagian dia dulu teman satu SD gw." Bela pikir tidak akan terlalu sulit untuk komunikasi dengan Demian, karena dia sudah mengenal cowok itu sebelumnya.
"Sip dah, itu bisa buat Lo lebih mudah buat akrab."
"Sekarang tinggal Dhika, Haki, dan Alfata. Gw pilih Haqi aja. Chelsea, Mae, kalian pilih siapa?" tanya Dhara ke Chelsea dan Alesha karena tinggal mereka berdua yang belum.
"Gw pilih--" ucap Alesha yang langsung dipotong oleh Chelsea.
"Dhika. Gw Dhika aja. Gak mau gw berurusan sama waketos dingin itu."
"Maksud Lo, Alfata?"
"Iya, dia kan 11/12 sikapnya dengan Avin. Mungkin lebih dingin si Al sih, kalo Avin kebanyakan galaknya."
Memang benar Alfata sifatnya lebih dingin dari Avin yang dominan memiliki sikap tegas dan galak. Meskipun begitu ia adalah Wakil Ketua OSIS yang sangat diidamkan para ciwi-ciwi.
"Nah, jadi Maemun, lo sekarang berurusan dengan Alfata, ya. Kan cocok tuh, si dingin dengan si bawel. Udah kek di novel yang gw baca semalam."
"Eh, gw gak bawel ya. Ina, gw gak mau sama si dingin itu," Alesha merengek tidak terima dengan keputusan Dhara.
"Gw gak bisa bantu Sha, sorry. Mending Lo terima aja," ucap Alina sambil mengangkat tangan tanda ia tidak bisa apa-apa.
"Udah, Mae. Lagian ini gak lama kok, cuma seminggu," terang Dhara.
"Apa Lo bilang? Cuma? Seminggu? Cuma seminggu? Seminggu itu lama Dhara. Seminggu itu ada 7 hari, 168 jam, 10.080 menit, 604.800 detik. Itu lama banget, Ya Allah ...."
Alesha mempraktekkan gerakkan pasrah sambil bersimpuh dan membuat komuk sedih seperti di sinetron, wkwk.
"Widih ... Tumben lo pintar hitung-hitungan, ya gak guys?" kata Bela.
"Ho'oh, biasanya kalo ditanya kabataku lo malah lola." Jihan mengingat kembali bagaimana lola nya Alesha saat itu ketika ditanya mengenai kabataku (kali, bagi, tambah, kurang).
"Iiss, kalian ini. Gw serius tau."
"Udah deh, Lo terima aja sih, Mae. Syukur-syukur si kulkas bisa cair sifatnya biar gak dingin-dingin amat sama orang," bujuk Dhara.
"Tapi, kan ...."
"Alesha!" ujar mereka semua geram bersamaan.
"Ok, ok! Gw terima! Semoga aja ni tantangan cepat selesainya."
"Dasar, mulai aja belum malah do'ain cepat selesai," ucap Dhara.
...***...
"Huftt ... Kalo gak karena tantangan itu gw gak akan repot-repot gini bawa bekal,"
Alina saat ini mulai menjalankan misinya. Dia sedang mencari-cari keberadaan Avin.
"Mana lagi tu orang, dicari-cari juga." Alina terus berjalan di setiap lorong sekolah demi mengantarkan bekal yang ia buat dengan effortless ini untuk diberikan kepada sang ketos, Avin.
Rupanya, sang ketos tersebut sedang berada di luar Sekretariat OSIS. Alina pun segera berlari ke sana untuk memberikan bekal misi ini. Padahal baru sehari, tapi rasanya ia begitu tidak mood sekali menjalankannya.
Ingat guys 'Hanya untuk menjalankan misi nya' gak lebih.
"Nah, itu dia. AVIN!" panggil Alina sembari berlari ke Sekretariat OSIS itu. Zavian kebetulan sedang duduk diluar ruangan itu, seketika memusatkan pandangannya ke orang yang baru saja memanggilnya.
"Halo, nama lo Avin, kan? Kenalin nama gw Alina." Alina memperkenalkan dirinya didepan Zavian dan 1 orang temannya yang tidak tau siapa namanya.
"Ada apa?" ucap Zavian yang langsung to the point dengan suara galaknya.
"Ih, galak amat. Nih, gw bawain Lo bekal buat istirahat nanti. Lo terima ya, itu sebagai permintaan maaf gw karena kemaren gw udah marah-marah sama Lo." Menyerahkan kotak bekal diatas meja yang sedang digunakan oleh Zavian.
Ya, diluar Sekretariat OSIS terdapat dua meja dan kursi khusus. Gunanya, sebagai tempat pendaftaran anggota OSIS baru. Karena, siswa selain OSIS tidak boleh masuk kedalam ruangan Sekretariat OSIS disebabkan ada beberapa dokumen penting dan alat-alat khusus organisasi lain yang disimpan disana. Jadi, untuk kali ini, pendaftaran khusus calon anggota OSIS dilakukan diluar ruangan.
Zavian menatap bekal itu sebentar, kemudian mendorong pelan kotak itu ke arah Alina. "Gak. Buat Lo aja." Mengembalikan kotak makan itu ke tangan Alina.
"Tapi kan, ini gw yang masak khusus buat lo. Terima ya," bujuk Alina berusaha supaya Zavian tetap menerima pemberiannya. Kalau cowok itu tidak mau, otomatis dihari pertama ini dia akan gagal total.
"Gak!"
"Zavian!
Zavian dan Alina terus saling mendorong kotak makan itu. Seseorang yang bersama Zavian tadi mulai jengah dengan perdebatan mereka dan membuka suara.
"Udah, Vin. Mending Lo ambil aja tu bekal. Lumayan, kan."
Zavian terdiam sejenak menatap temannya itu. "Kenapa lo natap gw gitu?" ucap temannya yang mulai aneh dengan tatapan Zavian. Entah apa yang sedang oleh dipikirkan ketos itu.
"Sini," ucap Zavian yang mengambil kembali bekal itu dan diberikan kepada temannya.
"E-eh, kok dikasih ke dia sih?" tanya Alina heran.
"Dia yang lebih membutuhkan."
Ngejleb banget kata-katanya : ucap Alina dan temannya Zavian dalam hati.
"Buset bro, Lo kira gw anak jalanan apa. Nih, gw balikin."
"Zavian, setidaknya hargai perjuangan gw yang udah masak tu bekal buat lo, gimana sih!" ucap Alina yang terus terang dengan nada sedikit ketus.
"Gw gak nyuruh lo masak!"
Kalo bukan karena tantangan itu, gak akan gw kasih lo beginian bambank_-
"Tapi, kan ini sebagai permintaan maaf."
"Udah gw maafin."
"Tapi, kan ...." Perkataan Alina terpotong akibat bel sekolah berbunyi.
Tringgggg...
"Lo balik kelas, gw ada urusan."
Shitt, gw gagal!
Apa gw tarok aja ni bekal. Persetan mau dia makan atau gak, gak peduli gw_-
"Ok, gw ke kelas dulu, tapi ini buat lo. Jangan lupa dimakan ya."
Setelah meninggalkan bekal itu dimeja dekat Zavian duduk, Alina langsung pergi menuju kelasnya.
"Cantik ya, lumayan lho, Vin buat dideketin."
"Lo aja, Dhika." Rupanya, nama temannya Zavian itu adalah Dhika. Radhika Biagi Muammar.
"Kalo sama gw mah mau aja, tapi kek nya dia tertarik sama Lo, deh," ungkap Dhika, temannya Zavian tadi.
"Gak peduli gw."
"Dasar kulkas." Dhika jengah dan menatap datar temannya itu.
...***...
To be continued!
Hallo guys, sampai disini dulu ya.
Jgn lupa vote, and comment
See you next time
Typo bertebaran!