"Lepaskan aku , Jika kau tak bahagia bersama ku, maka aku pun sudah siap membebaskan mu dari segala tanggungjawab mu terhadap diriku"
Kalimat terakhir yang Asmara ucap sebelum dia benar-benar berpisah dari suaminya.
Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.
Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, Bahkan anak yang telah dia lahirkan pun tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas merupakan ayah kandungnya.
Akankah Asmara mendapatkan cintanya ??..
Ataukah Asmara akan semakin terluka ??
Yukk Saksikan Terus Kisahnya ....
Selamat Membaca , Semoga Suka dengan Karya Baru saya
SENJA ASMARALOKA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. Perdebatan
...Genggam sebelum hilang, Hargai sebelum Pergi. Karena sesuatu yang tidak di hargai pasti akan di rindui setelah pergi...
...🍁...
Waktu menunjukan pukul 06.15
Tergolong masih sangat pagi, Asmara telah selesai memandikan Senja, dan lagi - Lagi setelahnya Senja kembali ingin bersama Loka.
Bahkan sepertinya Senja tidak lagi mengingat keberadaan kakek dan nenek yang sebelumnya selalu menemani Senja bermain.
Sementara Senja asik bersama Loka, Asmara memilih untuk membantu Mbok Jum menyiapkan sarapan, beruntung hari ini merupakan hari libur sehingga Asmara tidak perlu berpacu dengan waktu.
Beberapa saat berkutat di dapur akhir nya seluruh makanan telah siap untuk di sajikan.
Ada Ayam goreng, udang goreng, Tempe goreng, plecing kangkung, serta sayur gulai nangka muda, tidak lupa juga dengan sambal terasi nya.
Sungguh hidangan sederhana yang sangat menggoda selera.
Asmara dibantu mbok Jum memindahkan semua makanan ke meja makan.
Setelah semua siap, Asmara bergegas memanggil semua orang untuk segera makan bersama.
Tidak butuh waktu lama, Loka bersama Senja , ibu dan bapak mertua Asmara, tidak ketinggalan Bima dan istrinya telah berkumpul bersama dalam satu meja.
Mereka menikmati setiap suapan nasi yang masuk ke dalam mulut, suasana masih sama seperti sebelumnya, mereka tampak hanya diam dan fokus dengan makanan.
Hanya Senja yang terlihat bersama Mbok Jum, karena gadis kecil tersebut ingin di suapi oleh mbok Jum, sehingga mbok Jum memilih untuk membawanya berkeliling kebun agar Senja mau makan banyak.
"Asma. Selama ibuk di sini sepertinya ibuk belum melihat pak Basuki ?"
Ibu Bima tampak membuka suara.
"Oh iya buk, Bapak dan ibuk ke Semarang karena ada Diklat beberapa hari"
Ibu Bima tampak menganggukkan Kepala.
Suasana tampak kembali sunyi, hanya terdengar bunyi sendok dan piring yang saling bersahutan.
Tidak butuh waktu lama, mereka telah selesai dengan sarapan pagi nya, satu persatu orang di meja makan beranjak meninggalkan tempat tersebut.
Tidak terkecuali Asmara yang juga beranjak membereskan sisa makanan dan juga membereskan kembali meja makan.
Sementara Loka tampak masih setia duduk diatas meja, mengamati setiap pergerakan Asmara.
Merasa di perhatikan , sejujurnya Asmara sedikit merasa risih dan tidak nyaman, Asmara menangkap ekor mata Loka yang selalu mengikuti arah dirinya berjalan.
"Mas Sudah selesai ?"
Tanya Asmara pada akhirnya. Loka tampak gelagapan mendapatkan pertanyaan yang mengagetkan.
Sejujurnya Loka memang telah selesai , Hanya saja dia masih betah berlama-lama melihat Asmara yang sibuk bekerja di dapur.
Beruntung setelah beberapa saat, Mbok Jum bersama senja telah kembali, dan tentu suasana canggung diantara keduanya mulai mencair kembali.
Senja mulai bermanja-manja dengan Loka, gadis kecil itu seolah tidak rela kehilangan momen bersama Loka.
"Mbok Sarapan dulu"
"Biar saya beres-beres dulu Buk" Mbok Jum.
"Tidak usah mbok, Mbok sarapan dulu nanti baru kerjakan lainya"
Asmara begitu memperhatikan asisten rumah tangganya itu, hal itu juga tidak luput dari pengamatan Loka.
Setelah semua urusan dapur selesai, Asmara memilih untuk pergi ke kebun yang berada di samping teras rumahnya.
Kebun yang sudah sejak 8 bulan lalu mulai dia tanami dengan berbagai macam jenis tanaman obat, dan bumbu-bumbu dapur seperti jahe, kunyit, kencur dan masih banyak jenis lainya termasuk cabai dan tomat.
Sudah hampir 1 Minggu Asmara tidak menyentuh kebunnya, sehingga banyak rumput liar mulai berdatangan.
Tangan tangan terampil Asmara mulai menyiangi setiap tanaman yang ada di sana, mencabut rumput, dan memangkas tunas yang tidak di perlukan.
Cukup menjadi hiburan bagi Asmara yang dulunya akrab dengan lingkungan perkotaan, dan tiba-tiba harus pindah ke desa, setidaknya kebun tersebut dapat dia jadikan wahana untuk mengisi waktu luang.
"Ehem !"
Suara deheman yang terdengar berat. Jelas Asmara hafal suara siapa itu. Hidup bersama selama kurang lebih 5 tahun membuat Asmara tidak lantas begitu saja melupakan sosok ya
"Mas " Sapa Asmara
Bima tampak mengulas senyum kecil di bibirnya. Berdiri tepat disamping Asmara.
"Apa kau sedang sibuk?"
"Seperti yang mas Bima lihat"
Asmara hanya menjawab seperlunya, sejujur nya interaksi semacam ini sangat dia hindari , hal itu tentu karena Asmara tidak ingin ada kesalah pahaman antara dirinya, Bima dan tentu Diana
"Boleh kita bicara ?"
"Bicara saja, Aku tidak pernah melarang mas Bima untuk berbicara"
Interaksi keduanya tentu tidak luput dari pandangan mata Loka yang mengamati keduanya dari jarak yang tidak begitu jauh.
"Apa kau dekat dengan laki-laki itu ?"
Asmara jelas tahu siapa yang Bima tanyakan.
"Bukan urusan mas Bima !" Tegas Asmara
Sampai di sini Agaknya Asmara mulai tidak menyukai arah pembicaraan Bima, Asmara pikir sebelumnya Bima akan menanyakan soal senja, nyatanya justru orang lain yang dia tanyakan.
"Em. Aku tahu aku tidak berhak menasihatimu , Tapi sebaiknya kau menjaga jarak dari laki-laki itu" ujar Bima
"Aku tidak bermaksud apa-apa , Hanya saja ini mungkin akan menjadi contoh yang tidak baik untuk Senja.
Deg.
Mendengar penuturan dari sang mantan suami, agaknya Asmara begitu tidak percaya, jika itu benar-benar diucapkan oleh mantan suaminya.
Entah karena sebab apa dadanya mulai bergemuruh, sudut matanya seketika memerah memancarkan amarah ?.
"Maksud mas Bima bagaimana ya ?"
Asmara mencoba meredam emosinya.
"Maksud ku, tidak seharusnya kau ---"
Bima tampak menjeda ucapanya, terlihat mencari sesuatu yang pas untuk dia katakan pada Asmara
"Tidak seharusnya bagaiman Mas ?" Asmara mulai jengah.
"Tidak seharusnya Senja lebih dekat dengan mas Loka ?"
"Atau tidak seharusnya Mas Loka datang kerumah Asmara ?"
"Katakan mas ?"
Asmara terlihat menggebu-gebu, meski nada bicaranya terkesan lirih namun jelas dalam dirinya menyimpan amarah yang membara.
Dari kejauhan tampak Loka meminta mbok Jum untuk Membawa senja masuk kedalam kamarnya, tidak ingin Senja melihat perdebatan antara kedua orang tuanya.
Terlihat pula Bima yang tidak percaya jika Asmara justru berkata seperti itu.
"Bukan seperti itu , Kau salah sangka Asma!" Ucap Bima mencari pembenaran.
Terlihat Asmara yang begitu kecewa , Terlihat dari raut wajahnya yang begitu padam, kepalan tangan yang seolah menahan sesak di dada.
"Mas !. Senja itu butuh figur Ayahnya, Ketika mas Bima tidak bisa memberikannya , Apa salah ketika Senja mendapatkan kebahagiaan meski dari orang lain ?.
Asmara menjeda ucapanya, menghela nafas demi untuk meredam emosinya.
"Coba Mas Bima lihat diri mas sendiri, apakah selama.ini mas Bima sudah berlaku adil pada senja ?"
"Apakah Mas Bima sudah memberikan kewajiban mas sebagai Ayah pada putri kandung mas Bima sendiri ?"
"Lalu. Memberi contoh yang tidak baik bagaimana mas ?"
"Apa maksut mas Bima seperti Mas yang membawa Mba Diana masuk kedalam rumah kita, Menghancurkan begitu saja ikatan pernikahan kita, tanpa memikirkan bagaimana perasaan ku dan Senja saat itu, yang jelas-jelas aku masih sah menjadi istri mas Bima !".
"Bahkan mas Bima membuat wanita itu hamil dan memilih menikahinya tanpa bertanya bagaimana perasaan Asmara!!"
Asmara merasa saat ini kemarahannya sudah tidak lagi dapat dia tahan dan dia sembunyikan. Puncak kesabarannya mungkin telah terkikis habis karena Bima selalu menajamkan pisaunya untuk membelah hati Asmara.
"Asma !! Berani kau --"
Bima tampak mengangkat tangannya mencoba mengayunkan pada Asmara, beruntung secepat itu pula Loka menahannya.
"Kenapa aku harus takut mas Bima ?, Dulu Memnag mungkin Asmara takut pada mas Bima, hal itu karena Asma masih menghormati mas Bima sebagai suami Asma"
"Tapi saat ini, kita bukan siapa-siapa mas , kita tidak memiliki hubungan apapun selain karena Senja masih membutuhkan kita , dan tentu mas Bima sebagai ayahnya !" tegas Asmara
Sedih ?. Sudah pasti bahkan saat ini Asmara terlihat tidak dapat menahan derai air matanya.
Loka masih setia menahan tangan Bima yang seolah masih tidak puas untuk kembali mengayunkan pada Asmara
***