SENJA ASMARALOKA
...Aku pernah menggenggam Bara sebelum aku menggenggam abu. Dan aku pernah menggenggam Cinta Sebelum aku kehilanganmu...
...🍁...
"Lepaskan aku, Jika kau tak bahagia bersama ku, Pun aku sudah siap membebaskan mu dari semua tanggung jawab mu terhadap diriku"
Kalimat terakhir yang terucap dari mulut Asmara sebelum dirinya benar benar meninggalkan Bima.
Seolah kaset rusak yang kembali di putar, memaksa Asmara untuk mengingat kejadian 3 Bulan lalu, dimana dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan pernikahan laki-laki yang berstatus masih SAH sebagai suaminya. Laki-laki yang juga merupakan ayah biologis dari putrinya.
Ironis kehidupan yang harus dia terima , sudah tidak di terima oleh suaminya, Pun dia juga tidak memiliki siapa-siapa lagi selain putri kecilnya.
Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.
Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, nyatanya anak yang telah dia lahirkan pun juga tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas ayah kandungnya.
Meski Asmara telah berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan hati suaminya, namun kenyataan dia tidak pernah benar-benar mendapatkan hatinya Bima.
Menyandang status istri dan memiliki ikatan sah , nyatanya juga tidak membuat Bima begitu saja menerima Asmara.
Sebagai seorang istri , Asmara telah menjalankan kewajibannya sebaik mungkin, nahasnya nasib selalu tidak berpihak pada dirinya.
Laki-laki yang dia cintai dengan segenap jiwa dan raga, Laki-laki yang telah memberikan dia sosok malaikat kecil yang di sebut buah cinta, terabaikan begitu saja.
Segar dalam ingatan Asmara 4 tahun yang lalu dia begitu bahagia, bersanding dengan Bima, laki-laki yang usianya terpaut 5 tahun darinya, dan laki-laki yang telah dia sukai sejak lama, hingga pernikahan Asmara dan Bima dikaruniai seorang putri bernama Senja.
Keduanya memang terikat pernikahan karena sebuah perjodohan, Orang tua bima yang merasa memiliki hutang Budi pada mendiang orang tua Asmara memutuskan untuk menjodohkan keduanya.
Namun satu hal yang tidak di ketahui oleh Asmara yaitu, Bima telah memiliki cinta lain sebelum keduanya menikah.
Sejujurnya Asmara masih sangat menyayangi Bima, namun dia tidak mungkin bertahan dalam bahtera rumah tangga yang tidak pernah ada cinta untuk nya.
Nasib seolah kembali mengejeknya tatkala satu hari Bima bertemu dengan mantan kekasih lamanya, keduanya kembali menjalin hubungan tanpa sepengetahuan Asmara. Hingga sang kekasih pun Hamil tanpa ikatan pernikahan diantara mereka.
Tidak hanya sampai di situ, kenyataan bima lebih memilih untuk menikahi mantan kekasihnya, meski dia juga tidak berniat menceraikan Asmara.
Sakit ?. Sudah pasti, tidak hanya tersakiti, nyatanya asmara juga telah di Khianati.
Dadanya terasa sesak setiap kali mengingat kejadian 3 bulan lalu.
Melihat Bima begitu bahagia telah bersatu kembali dengan cinta lamanya. Bahkan tidak sedikitpun Bima menanyakan bagaimana hati dan perasaanya. Membuat Asmara semakin yakin jika bukan disini dia seharusnya berada.
Sakit hati dan sesak di dada cukup membuat Asmara berani meminta talak pada Bima, Perceraian memang sesuatu yang sangat dibenci Allah, namun tidak di larang jika memang kondisinya tidak lagi memungkinkan.
***
"Bu . Saya ikut Bu Asma saja" ucap Mbok Jum sang asisten rumah tangga yang telah menemani Asmara sejak dirinya melahirkan Senja.
"Tapi mbok, Asmara tidak akan bisa memberikan gaji seperti gaji mbok Jum saat ini" lirih Asmara.
Sejujurnya Asmara sangat sedih ketika harus berpisah dengan pembantunya itu, bagaimana tidak sosok wanita paruh baya yang sudah dia anggap seperti ibu nya.
Asmara juga telah cocok dengan mbok Jum, meski tidak segesit kebanyakan asisten rumah tangga pada umumnya, namun Asmara memakluminya, karena memang usia mbok Jum yang tidak lagi muda.
"Tidak papa Bu, Ijinkan mbok Jum ikut Bu Asma"
Mohon mbok Jum dengan Isak tangis , berharap Asmara akan berubah pikiran dan membawanya serta pergi dari rumah tersebut.
Melihat situasi kalut seperti ini sejujurnya Asmara sangat sedih, bahkan dia hanya dapat menghirup nafas dalam-dalam seraya memejamkan mata.
"Mbok Jum yakin ?"
Dengan begitu yakin Mbok Jum menganggukkan kepala, meyakinkan Asmara jika dia tidak pernah keberatan dengan gaji berapapun yang nantinya akan dia terima.
Mbok Jum sendiri sudah tidak memiliki keluarga, tidak ada anak dan juga suami yang bisa dia ikuti. Hanya Asmara yang kini menjadi harapan satu-satunya.
"Baiklah, bersiaplah Mbok, Soren nanti kita berangkat"
Melihat interaksi antara Senja dan pembantunya, menciptakan kebahagiaan tersendiri bagi Diana , Seringai tipis jelas terlihat dari bibir Diana yang merasa telah berkuasa dalam hati Bima, tidak hanya itu nyatanya dia juga menerima segalanya, Karen Asmara tidak menuntut apapun setelah perceraian nya dengan Bima, karena hanya Senja saja yang dia inginkan.
"Akhirnya, aku tidak perlu capek-capek kerja, mobil, rumah, uang bulanan semua ada" gumam Diana dalam hati
Asmara kembali kedalam kamarnya mengemas semua barang-barang miliknya yang tentu sangat banyak, tidak hanya pakaian, namun beberapa keperluan rumah tangga seperti Chopper , dan kompor yang baru saja dia beli namun belum sempat di gunakan.
"Ibuk Kenapa kita harus pindah ?" celoteh Senja tatkala ibu nya sibuk berkemas.
"Apa kita akan berpisah dengan Ayah ?" ucapnya lagi.
Mendengar ungkapan hati gadis kecilnya, sungguh Asmara kembali merasakan sakit. Tidak ada ibu manapun yang menginginkan perpisahan.
Begitu juga Asmara yang juga tidak ingin Senja berpisah dengan ayahnya, namun kenyataan memaksa mereka harus berpisah.
"Nak, enja tidak berpisah dengan Ayah, enja kan masih bisa telpon ayah nanti kalau kangen" ucap Asmara dengan menyeka air mata yang hampir saja jatuh di pipinya.
"Apa ayah tidak sayang enja Buk ?"
Cepat-cepat Asmara menggelengkan kepala, perpisahan antara dirinya dengan Bima memang cukup menyisakan luka bagi Asmara, namun dia juga tidak ingin membuat mantan suaminya itu terlihat buruk Dimata Anaknya.
"Ayah sayang sama enja kok, Buktinya ayah selalu belikan enja Boneka"
Meski sejujurnya Bima tidak pernah memberikan hadiah apapun pada senja, Hanya asmara saja yang selalu ingat dengan Senja, membeli semua mainan untuk putrinya, tak jarang dia juga mengatasnamakan Bima.
Mobil bak yang di sewa Asmara akan datang kurang lebih dua jam lagi, sementara dia dan yang lainya akan naik travel.
Sisa waktu yang ada Asmara pergunakan untuk mengecek kembali barang-barang bawaannya.
"Kulkas nggak sekalian di bawa !!" sindir Diana dengan wajah sinis.
Asmara hanya diam mendengar ucapan istri muda dari mantan suaminya, perceraian yang baru saja dinyatakan sah 3 hari yang lalu. Meski surat resmi perceraian belum ada , namun Antara Bima dan Asmara telah benar-benar bercerai secara agama, dan sudah selesai pula masa Iddah Asmara sejak 3 bulan yang lalu Bima menjatuhkan talak pada dirinya.
"Ohya itu !! karpet di kamar jangan lupa kamu bawa, aku nggak mau ya pakai barang bekas kamu !!" ketus Diana.
Asmara hanya membuang nafas kasar "Ya " jawabnya kemudian.
Melihat Diana dengan perut buncitnya yang masih samar membuat Asmara sebal. Sejujurnya dia sangat tidak menyukai interaksi antara dia dan Diana , hanya saja Diana selalu memancing kemarahannya, mengikuti kemana Asmara pergi, bahkan kedalam kamar mandi untuk sekedar membereskan sisa sabun dan shampo miliknya dia juga ikut.
Lagaknya sudah seperti nyonya di rumah yang jelas merupakan hasil kerja keras Asmara dan Bima.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Nay Nayla
mampir
2024-11-22
0
Shinta Dewiana
baguslah berpisah ngapain pula bertahan dg lelaki pecundang seperyi bima tu...
2024-07-12
0
Arsyila Syafika Almeera
ya
2024-06-05
0