Membunuh istri seorang Mafia???
Begitulah yang terjadi pada Disha si reporter Indonesia saat berada di kapal pesiar. Dia terjebak dalam situasi sulit ketika dia terpergok memegang sebuah pistol dengan jasad wanita di depannya yang merupakan istri tercinta dari seorang mafia bernama Noir Mortelev.
Mafia Rusia yang terkenal akan hati dingin, dan kejam. Mortelev adalah salah satu diantara para Mafia yang berdarah dingin, dan Noir merupakan keturunan dari Mortelev sendiri.
Kejadian di kapal pesiar sungguh membuat Disha hampir mati di tangan Noir saat pria itu ingin membunuhnya setelah mengetahui kematian istrinya, namun dia bersumpah akan membunuhnya secara perlahan lewat siksaan batin dan jeratan pernikahan.
“Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AM'sLL — BAB 03
DUKACITA BERUJUNG KONFLIK
Napasnya mulai memburu. Disha sungguh merasa pengap karena penutup di wajahnya, bahkan dia tidak bisa berteriak karena bibirnya di tutup oleh plester. -‘Kemana dia akan membawaku. Aku tidak mau jika sampai bersamanya. Lebih baik aku mati! Bawa aku pergi Sandy, tolong aku... Oh ya Tuhan!’
Tak tahu lagi harus berbuat apa, Disha hanya pasrah. Hingga seseorang menyuntikkan sesuatu yang membuatnya langsung tak sadarkan diri.
.
.
.
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan. Tepat di malam hari, kedatangan Noir hanya di sambut oleh sang paman saja, sementara yang lainnya entah pergi kemana.
“Aku turut berdukacita.”
“Jangan sekarang Paman.” Balas Noir begitu saja sembari melangkah masuk dengan wajah angkuh.
Pria itu tidak masuk lewat pintu depan, melainkan pintu samping yang memang itu arah ruangan yang dia tinggali atau bagiannya.
Meski rumah itu menyatu, tetap saja. Noir memisahkan antara miliknya dan milik pamannya. Dia berniat keluar dari Mansion keluarganya saat anaknya lahir, namun semuanya sudah usai.
“Bawa dia!” pinta Falco kepada anak buahnya yang lain hingga salah satunya segera menggendong Disha yang masih pingsan dengan penutup kepala.
Alon yang melihatnya dengan tatapan tegas, pria itu memilih diam tak berani bertanya karena suasana hati Noir yang buruk.
“Tuan Noir. Wanita itu ada di ruang bawah tanah, apa saya akan langsung membunuhnya saja?” tanya Falco dengan senang hati.
“Biarkan saja. Dia akan mendapatkan yang lebih layak.” Ucap Noir degan datar dan kilatan marah.
Pria bernama Falco itu mengangguk faham.
...***...
Cklek! Seorang pria dengan kemeja putih baru saja masuk ke kamar dan membuat seorang wanita yang duduk di kursi roda pun menoleh menatapnya heran.
“Kau dari mana saja? Aku sudah menunggumu sejak tadi.” Ucap Yelena Karamazov (26th) wanita lumpuh yang merupakan sepupu Noir.
Sementara pria yang kini tersenyum ke arahnya itu mulai mendekatinya dan berjongkok di hadapannya dengan penuh sayang. “Kau tahu kan, ada banyak pekerjaan untuk seorang manajer perusahaan sepertiku sayang! Tapi sekarang semuanya sudah selesai, aku akan menemanimu!” jelas Ganev (30th) pria penyayang istri.
Begitulah yang orang lain lihat. Dia sangat mencintai istrinya Yelena, meski kondisi Yelena lumpuh.
Dengan senyuman senang, Yelena sangat bersyukur mendapat suami yang mencintainya tanpa memandang fisik, meski mereka lewat perjodohan yang Noir berikan.
...***...
Di sebuah pemakaman. Hanya anggota keluarga yang datang dengan pakaian serba hitam termasuk pria tampan yang kini mengenakan kemeja hitam berdiri menatap ke arah batu nisan dengan tulisan nama istrinya, Teodora Mortelev.
“Siapa wanita itu?” tanya sofiya kepada suaminya dengan suara berbisik.
“Aku tidak tahu, lebih baik jangan bertanya soal itu.” Balas Alon dengan tata tegas.
Sementara Yoanna yang tadinya berdiri di dekat Sofiya, perlahan wanita itu mulai bergeser hingga tangannya tak sengaja bersentuhan dengan lengan Ganev si suami Yelena.
Dengan senyuman miring nan cantik, wanita itu menoleh saat Yelena menatapnya dengan senyuman tipis.
Sedangkan Ganev sendiri hanya menyeringai kecil seolah ada sesuatu yang dia sembunyikan.
“Kamu tidak akan bisa tenang di sana. Aku akan menghukum siapapun yang terlibat dalam pembunuhan ini. Aku tidak akan membiarkanmu dan anakku mati tanpa balasan.” Gumam pelan Noir.
Tak berselang lama, 2 mob hitam datang sehingga semua mata tertuju ke arah mobil tersebut, kecuali Noir yang masih menatap ke makan istrinya meski dia tahu ada seseorang yang datang.
“Masalah baru akan dimulai.” Gumam Sofiya ketika melihat kedatangan keluarga Teodora.
“Noir!” panggil lantang seorang pria paruh baya berbadan vit dengan topi bundar jas hitam dan tatapan tajam serta tongkat kayu.
Seketika Noir berbalik menatap kedatangan mertua nya. Sergei Romanov! Pria itu juga disegani dan ditakuti.
“Jadi seperti ini rencana mu? Aku memberikan putriku sebagai tawaran kerjasama, dan sekarang kau menusuk dari belakang.” Ujar Sergei dengan suara seraknya yang kesal.
Beberapa anak buah dari Noir dan Sergei juga ada di sana, termasuk pria bernama Todor Romanov (33th) yang merupakan kakak tiri Teodora.
“Kau membicarakan soal kerjasama di pemakaman putrimu. Kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik— ”
“Aku tidak ada urusan dengan mu Alon! Ini hanya urusanku dan pria itu.” Tegas Sergei menunjuk ke arah Noir yang masih menatap datar.
Tentu saja, dia juga ikut sedih atas kematian istrinya.
Tak ada yang berani membuka suara saat kedua orang tadi saling menatap tajam.
“APA KAU TIDAK BISA MENJAWABNYA HAH, NOIR?” sentak Todor dengan marah.
Noir melirik sinis ke arah pria berambut cepak tadi, seakan dia juga sangat tidak menyukai kakak dari Teodora. Sejak awal Noir memang tidak menyukai pria itu.
“Seseorang membunuhnya disaat aku sibuk menemui pancingan itu. Jika kau masih bicara soal kerjasama di saat seperti ini, maka aku tidak segan dan tidak akan memperdulikan bahwa kau adalah ayah dari wanita yang kucintai.” Jelas Noir dengan santai namun tatapannya begitu tajam.
Hanya dengan jawaban seperti itu, Sergei dan Todor terdiam saat Noir melangkah pergi menuju mobilnya.
Kepergian Noir, tentu saja diikuti oleh Yoanna adiknya, lalu keluarganya yang lain.
Bukankah perkataan Noir sudah menjelaskan bahwa semua itu adalah pembunuhan berencana? Dan Noir sangat yakin, bahwa Disha juga terseret.
Terlihat kedua tangan Sergei terkeoal erat menatap ke makam putrinya, bersamaan dengan kepergian empat mobil hitam milik Noir sekeluarga.
...***...
Di sisi lain, Disha terduduk bersila kaki, napasnya memburu tak karuan saat dia kehabisan napas.
Hingga tiba-tiba, pria bernama Falco membuka penutup kepala dari Disha dan membuka ikatan di kedua tangannya juga dengan sebuah pisau.
“Tuan aku mohon lepaskan aku, aku benar-benar tidak tahu apapun. Aku tidak mengenal wanita itu dan aku tidak membunuhnya, aku— ”
“SHUT UP!” sentak Falco menatap tajam, lalu berdiri.
Sementara Disha masih duduk di lantai bawah tanah dan menatap pria itu dengan penuh belas kasihan.
“Geledah dia.” Pinta Falco kepada salah seorang pria penjaga di sana.
Pria berkaos hitam dengan rambut cepak itu mengangguk dan segera membuka paksa jaket Levis Disha.
“No! Please, no!” ronta wanita itu yang tak bisa melawan karena luka di lengan dan juga kening nya.
Tenaga mereka sangat kuat saat pria tadi berhasil melepaskan jaket itu dan membuat Disha panik sendiri.
“Aku mohon hentikan..." Pinta Disha menatap ke Falco yang masih berdiri angkuh seperti bosnya.
Sedangkan pria penjaga tadi mulai merobek kaos putih Disha dan melepaskan celana wanita itu dengan paksa sehingga Disha kini hanya mengenakan tank-top putih dan celana pendek ketat warna hitam.
Tentu saja wanita itu mencoba meringkuk saat dia benar-benar seperti dilucuti dan digeledah tanpa sopan.
“Kalian tidak akan menemukan apapun. Aku bersumpah aku tidak membunuhnya!” kesal Disha menatap ke kedua pria tadi yang sibuk mencari sesuatu di celana dan jaketnya.
Bahkan penjaga tadi menyentuh tubuh Disha dari atas sampai kaki dengan paksa meski wanita itu meronta.
“Tuan Falco!” seketika penjaga tadi menemukan sebuah memori kecil dari aku celana Disha.
Pria bernama Falco itu menatap tajam ke Disha yang terlihat panik. Bahkan tak lama kemudian, dua buah peluru ditemukan di saku dalam di jaket Disha.
Saat Falco melihat lekat peluru tersebut. Dia langsung menghampiri Disha yang gemetar dan menggeleng kecil.
“Di mana kau mendapatkan peluru ini?” tanya Falco.
Tentu saja wanita cantik dengan rambut panjang itu menggeleng cepat.“Aku sungguh tidak tahu.” Jawabnya dengan sedih.
Plakk!
...°°°...
Hai guyss!!!! Sekedar informasi, semoga kalian tidak bingung yaa sama pemain di atas, yaa kalau bingung bisa tanya langsung 😁
Itu aja!
Jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!
Thanks and See Ya ^•^
yohana selingkuh sm ganev..
klu sampai noir tahu bgmn reaksi nya coba 😀😁🫢🤭
Disha mulai berani sm noir krn merasa sdh tahu kebenaran nya..siapa yg membunuh teodora..
apakah teodora selingkuh jg?
dan apa tujuan noir melibatkan Disha?
author jwb donk 😍😂😀🫢🤭