Apa jadinya jika seorang gadis remaja sudah bisa mengeluarkan ASI? Ya hal itu yang dialami oleh Shireen. Entah keajaiban darimana, tiba-tiba gadis berparas cantik nan manis itu bisa mengeluarkan ASI. Ia sadar dengan keanehannya, setelah sesaat ia bangun dari koma. Ia memberikan ASInya itu kepada bayi kembar seorang duda. Siapa sangka justru pertemuan Shireen dengan Sugar Daddy itu menjadi sebuah ikatan cinta.
Lantas siapakah seorang duda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhenti Keluar ASI
Shireen merasa terkejut, apa yang terjadi dengan dirinya? ASI yang biasa kuat dari payud*ranya kini tiba-tiba berhenti, ia juga merasakan hal aneh di dalam tubuhnya.
Hatinya bertanya, apakah ini akhir dari pekerjaannya? "ASI gue udah gak keluar lagi, mungkin ini akhir dari pekerjaan dan berpisahnya gue sama bayi ini," gumamnya begitu cemas.
Gadis itu sadar, bahwa dirinya hanyalah seorang yang aneh dengan mengeluarkan ASI secara ajaib. Ia bukan seorang ibu yang sedang menyusui tetap. Namun selama 10 bulan ini, ASInya sudah banyak ia sumbangi dengan bayi ini. Entah kenapa, ia merasa sedih dan kecewa. Mungkin setelah ini Samuel tidak lagi membutuhkannya.
Kedua bayi kembar itu tidak menangis, mereka saling mengemut ibu jarinya. Pintu kamar pun terbuka, menampilkan sosok Samuel dan Inah.
"Tumben mereka tidak menyusu Nona?" tanya Inah. Wanita paruh baya itu biasa datang ke kamar Shireen saat pagi, ia akan mengambil kedua bayi kembar itu jika sudah waktunya untuk mandi.
"Kenapa? Apa ada masalah?" Samuel menghampiri bayinya, ia menggendong Azel lalu mencium mereka secara bergantian dengan Azriel.
Samuel masih terlihat mengenakan pakaian piyama tidurnya. Hari ini adalah hari weekend, jadi tidak ada pakaian formal untuk hari ini.
Duda ini melihat wajah dari gadis yang menjadi ibu ASI bayinya, kini terlihat aneh dan sepertinya ia mengira bahwa ada sesuatu hal yang terjadi dengannya.
"Om, maafkan Shireen. Ternyata ASI Shireen sudah berhenti," ucap Shireen terlihat sedih.
Samuel terlihat terkejut mendengar pernyataan itu, masih sedikit kurang mengerti dia pun bertanya lagi, "Maksudnya? Jadi kau sudah berhenti keluar ASI?"
Shireen mengangguk dengan menunduk. Entahlah semua terasa begitu mengecewakan. Ia mengira kelebihannya itu akan selamanya tetap ada dalam dirinya. Padahal suatu keajaiban ini dulu selalu ia rutuki, menyusui seorang bayi tak pernah terbayang dalam benaknya. Namun di saat itu hilang, Shireen merasa ada yang kurang dalam dirinya dan ini susah untuk diterimanya.
'Kenapa gue sedih gini ya? Apa mungkin ini perasaan gue yang khawatir jika nanti gue bakal berpisah dengan bayi ini, dan Om Sam?' batinnya.
"ASI Shireen sudah berhenti Om, dan itu berarti Shireen gak bisa menyusui bayi Om lagi. Mungkin ini juga akhir dari pekerjaan Shireen." Sungguh lancang buliran-buliran bening yang jatuh lolos begitu saja dari matanya, tanpa permisi lagi.
Berlian itu keluar seakan mewakilkan perasaan Shireen. Air matanya lolos, seiring suara sesegukannya. Ia merasa sesak karena harus berpisah dengan bayi yang selalu disusuinya.
Samuel meletakkan kedua bayinya, di atas tempat tidur mereka. Nasib baiknya, kedua bayi itu sangat mengerti dan anteng, walaupun mereka tak jadi minum susu.
Kini Samuel menghampiri Shireen, pria itu membingkai wajah gadis yang tengah menangis saat ini. Kemudian ia memberikan pelukan hangat untuknya.
"Heyy, tidak perlu menangis. Kau 'kan tetap di sini bekerja denganku walaupun kau sudah tidak menyusui bayiku lagi," ucapnya begitu lembut.
"Hikkss, buat apa Om? Gak ada gunanya aku masih di sini. Aku sudah tidak bisa memberikan mereka air susu lagi, sedangkan mereka masih butuh ASI, hikksss ...."
Lagi-lagi Samuel mengeratkan pelukannya. Berkali-kali tangan pria itu juga membantu mengusap air mata yang terus berjatuhan dari kelopak mata Shireen. "Lebih baik Shireen pulang aja Om. Om carikan pengganti Shireen untuk menyusui bayi Om," ucapnya final.
Mendengar ucapan Shireen yang memutuskan untuk pergi itu, membuat hati Samuel tidak terima mendengarnya. "Aku tidak akan melepaskanmu untuk pergi kemana pun. Kau harus tetap bersamaku!" tegasnya.
Shireen menatap keget pria ini. Apa maksudnya memasung dengan cara tidak membiarkan ia pergi?
"Hmm, jika boleh kasih saran sebaiknya Nona Shireen dihantar ke dokter untuk periksa gejala ini. Agar mendapat pencerahan dari dokter, Tuan Nona."
Mendengar usulan dari Inah, Shireen menggeleng kuat. "Gak mau!" tolaknya.
"Kenapa?" tanya Samuel.
"Gak mau Om please ... aku trauma liat rumah sakit. Gak mau, pokoknya aku bakal kabur kalo kalian paksa aku ke dokter!" tegas Shireen.
"Baiklah, jika kau tidak ingin ke rumah sakit, aku yang akan menghubungi langsung dokternya untuk datang ke rumahku."
Seketika Shireen menelan salivanya dengan susah payah. Tenggorokan gadis itu seakan tercekat.
'Ibu tolong Shireen ....'
***
"Silahkan masuk Dok, kami sedang menunggu kedatangan Anda," ucap Inah mempersilahkan seorang dokter perempuan muda, cantik yang baru saja datang.
"Ya, terima kasih."
Dokter muda itu digiring oleh Inah untuk masuk kamar Shireen. Ternyata, di dalam sana Shireen tengah nangis kejer. Samuel pun tak beranjak sama sekali dari pelukannya.
"Om aku mau pulang, aku gak mau diperiksa!" Shireen terus saja memberontak dalam dekapan Samuel.
"Kau tidak akan mati, cuma hanya diperiksa!"
"Takut Om!"
'Aduh, gimana kalo gue dibius lagi kayak waktu itu? Aaa, kakak tolong Shireen ....' batinnya menjerit.
Dokter yang baru saja masuk langsung tersenyum melihat ketakutan Shireen.
"Selamat pagi Tuan Sam, dan Nona cantik," sapanya. Nama dokter cantik itu, Slevi Andayani. Salah satu dokter pribadi Samuel saat menangani keluarganya saat sedang sakit. Namun, ia jarang dipanggil karena dokter ini khusus spesialis tentang kewanitaan dan kandungan.
"Periksa gadis ini. Aku ingin tahu gejala apa yang menyebabkannya keluar ASI dan mengapa bisa berhenti," ucap Samuel.
Dokter itu tersenyum. "Baiklah, sini Nona!"
Shireen menggenggam amat erat tangan Samuel. Bayangan yang dulu pernah ia rasakan rasa sakit menghadap dokter yang menurut kejam, setelah kejadian itu, kini kembali terulang di memori otaknya.
"Aku hanya memeriksa saja," ucap dokter itu.
"Jangan disuntik apalagi dibius ya Dok ...," pinta Shireen dengan cemas.
"Kau bukan pasien rumah sakit jiwa, buat apa takut dibius?" cetus Samuel.
Rasanya Shireen ingin menendang benda pusaka milik duda hot ini. Tinggal menggerakkan dengkulnya saja dengan keras, Samuel pasti mengaduh kesakitan. 'Dia gak ngerasain apa yang gue rasain. Dasar duda sialan!' sungut dalam hatinya.
Beberapa menit kemudian ....
Shireen merasa lega, pasalnya dokter itu tak melakukan apa yang ditakutinya. Kini ia hanya menunggu pencerahan dari dokter itu.
"Jadi, Nona Shireen ini mengalami gejala galactorrhea, merupakan keadaan yang di mana laktasi tanpa di dahului kehamilan, atau setelah kehamilan. Akibat argumentasi nonfisiologis dari prolaktin," jelas Slevi.
"Tapi, kok bisa berhenti? Padahal selama 10 bulan saya menyusui bayi," ucap Shireen bertanya.
"Itu wajar Nona, ini adalah suatu kelebihan hormon. Galaktorea bisa dialami bagi wanita yang sudah pernah hamil, atau bagi semua wanita. Akibat air susu keluar sebelum pada masanya, disebabkan juga dengan adanya stimulasi pada aktivitas seksual."
Mata Shireen membulat, apa maksud akhir dari kata itu? "Kau pernah melakukannya dengan siapa?" tanya Samuel begitu blak-blakan.
"Om aku masih virgin!" bantah Shireen.
"Lho saya jadi bingung, bukannya yang saya periksa ini istri Tuan Samuel, nyonya di rumah ini?"
Shireen menggeleng kuat. "Bukan!"
Bersambung ...