Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri muda yang dijodohkan oleh kakek Assandi. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia merasa ini adalah paksaan untuk hidupnya, bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin.
Tetapi Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada kakek Assandi untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Hingga suatu hari ungkapan kenyataan pahit dan kejadian yang tidak terduga memisahkan mereka begitu lama.
Akankah rumah tangga mereka bisa bertahan selamanya? Ataukah hubungan mereka putus begitu saja setelah ada kejadian itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DewiNurma28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari
Assandi merebahkan dirinya di dalam kamar hotel. Dia merasa lelah karena seharian berkeliling hotel dan rapat dewan.
Dia memijat keningnya yang terasa pusing. Matanya memejam memikirkan sesuatu.
"Jika begini, aku merindukan pijatan tangan Airin. Saat aku sakit kemarin dia selalu menemaniku dan merawatku dengan tulus." Gumamnya.
Assandi bangkit menatap pemandangan kota yang sangat indah. Dia berjalan mendekati jendela.
"Aku akan menyusulmu kesana Rin." Sambungnya.
Assandi melepas jam tangan yang dia pakai. Dia juga melepas kemeja, ikat pinggang dan sepatu yang menempel di tubuhnya.
Dirinya segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu dia akan berangkat ke Paris untuk mencari Airin.
Sekarang dia tidak peduli dengan perintah kakeknya yang mengatur jadwalnya disini.
Dia akan ke Paris sebentar dan setelah itu melanjutkan pekerjaannya dari sana.
Assandi sudah rapi dengan pakaian santainya. Dia mengambil ranselnya untuk di pakai selama perjalanan ke Paris.
Assandi bergegas keluar kamar menuju lobby hotel. Menitipkan pesan untuk kakeknya kepada resepsionis.
Saat akan keluar hotel dirinya bertabrakan dengan seorang pria berpakaian militer.
Brukkk...
Assandi menatap tajam pria tersebut. Karena dengan tidak sopannya pria itu hanya tersenyum dan berlalu begitu saja tanpa meminta maaf.
"Wahh, kurang ajar sekali dia. Hanya diam aja tidak minta maaf." Ucapnya kesal.
Dia merapikan bajunya, dan kembali berjalan menuju taksi yang sudah dipesannya.
Assandi memberitahu lokasi tujuannya kepada sopir taksi itu. Dia akan naik kereta cepat menuju Paris.
Assandi sudah menyiapkan tiket kereta perjalanan kesana. Sesampainya di stasiun, dia mengantri untuk menunjukkan tiket yang sudah dia pesan secara online.
Assandi berhasil melalui antrian yang panjang itu. Dia kemudian berjalan masuk ke dalam kereta yang sudah tiba.
Assandi mengambil ponselnya untuk melihat kontak telepon Airin.
Tangannya mengetuk-ketuk layar ponselnya. Tapi tidak juga menekan nomor tersebut untuk dihubungi.
"Kira-kira, aku memberitahunya atau tidak ya?" Gumamnya bertanya-tanya.
Assandi kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya.
Dia menyandarkan punggungnya pada kursi penumpang. Dirinya memejamkan matanya menikmati perjalanan kereta itu.
Ddrrrttt ...
Ddrrrttt...
Dddrrtt...
Dirinya merasakan getaran pada ponselnya. Dia merogoh ke dalam saku jaket untuk mengambil ponsel pribadinya.
Assandi membaca nama yang menghubunginya. Dia menghela napas pelan karena yang menghubungi dirinya adalah kakeknya.
Dengan terpaksa dia mengangkat panggilan telepon dari kakeknya.
"Iya kek, ada apa?" Tanya Assandi malas.
Leo terdengar menghela napas kesal, "Kamu dimana sekarang??"
"Aku sedang traveling." Ucap Assandi dengan santainya.
"Sandi!! Kamu jangan main-main. Kita disini untuk menjalankan bisnis."
"Iya kek, aku tau."
"Terus kenapa kamu pergi? Malah ini apa? Hanya menitipkan pesan melalui petugas resepsionis."
"Iya kek, aku minta maaf."
"Minta maaf, minta maaf aja yang kamu bisa!!!"
"Kek, aku sekarang sedang pergi menjemput Airin." Jelas Assandi.
Leo tertegun mendengarnya, "Kamu menjemputnya kemana?"
"Ke Paris kek, ini aku sudah perjalanan kesana."
Leo memijat keningnya, "Kamu beneran pergi kesana?"
"Iya kek, kan Airin ada di Paris."
Leo lupa jika Assandi belum tahu keberadaan Airin sekarang. Sebab dirinya sudah mengetahui sendiri lewat rekening Airin yang di bajak.
Karena rekening Airin tersambung dengan ponsel Leo. Sehingga dirinya bisa tahu keberadaan Airin sebenarnya.
"Sandi, sekarang kamu kembalilah." Perintah Leo.
Assandi mendengus kesal, "Kek, aku tetap akan kesana menemui Airin."
"Kamu tidak akan menemuinya disana!!" Tegas Leo.
"Maksud kakek apa?"
"Karena A-..."
Tut...
Tut...
Tut...
Assandi melihat ponselnya yang tiba-tiba mati. Karena dia lupa tidak mengisi daya pada ponselnya.
"Astaga, aku lupa isi daya."
Assandi mengambil charger ponselnya di dalam tas. Dia kemudian mencolokkan kaber charger ke dalam colokan yang sudah tersedia di kereta.
Kemudian dia kembali menyandarkan diri menikmati pemandangan kota menuju Paris.
Matanya terpejam karena merasa kelelahan melakukan aktivitas bisnis bersama kakeknya.
Dia ingin tidur sebentar agar pikirannya fresh saat bertemu dengan Airin nanti.
"Permisi." Sapa seorang pria tua.
Assandi membuka matanya kembali karena mendengar suara orang.
Dia menoleh menatap pria tua yang ingin duduk di sampingnya.
Assandi mengangguk mengiyakan, agar pria itu duduk bersamanya.
"Kamu ingin pergi kemana nak?" Tanya pria tua itu.
"Saya ingin menemui istri saya." Balas Assandi.
Pria itu tersenyum lembut ke arahnya, "Kenapa ingin menemuinya? Apakah dia sedang kuliah di luar?"
Assandi mengangguk pelan, "Benar, dia sedang menempuh pendidikan di Paris."
"Wah, sangat rajin sekali istrimu bisa kembali menempuh pendidikannya setelah tamat sekolah menengah atas."
Assandi tersenyum ramah, "Iya, dia memang perempuan yang rajin dan setia."
Pria tua itu mengamati wajah Assandi, "Kamu sangat mencintainya?"
Assandi menoleh menatap wajah pria tua itu, "Tentu saya sangat mencintainya, karena dia adalah istri saya."
"Jangan sampai kamu sia-siakan dia nak, karena perempuan itu akan sangat senang jika kamu selalu menghargainya dan mencintainya." Jelas pria tua itu.
Assandi hanya tersenyum mengangguk, dia kemudian memalingkan wajahnya menatap pemandangan di luar.
Jantungnya semakin berdebar sebentar lagi kereta akan sampai di stasiun Gare de l'Est, Paris.
Stasiun tertua di Paris yang didirikan Napoleon III pada tahun 1850.
Assandi berjalan keluar setelah kereta berhenti dengan sempurna.
Dia menatap sekelilingnya yang penuh orang berlalu lalang.
Assandi berjalan pelan sambil menikmati pemandangan kota di sekitar stasiun. Dia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
Tut...
Tut...
Tut...
Namun, panggilan itu tidak terjawab. Dia mencoba lagi menghubungi nomor itu.
Tetap saja tidak ada jawaban dari sana. Sebab yang dia telepon adalah nomor Airin.
Assandi melanjutkan perjalanannya menyusuri trotoar kota Paris. Dia sesekali memotret setiap pemandangan gedung disana.
Dirinya juga mencari alamat sekolah yang katanya tempat Airin menempuh ilmu disana.
Setelah berhasil menemukan alamatnya. Assandi segera berlari menuju lokasi itu untuk bertemu istrinya.
Disana Assandi bisa melihat bangunan sekolah khas eropa yang megah.
Assandi memasuki halaman sekolah tersebut. Dia menelusuri semua siswa yang berlalu lalang.
Tidak terlihat sosok Airin, yang ada hanya para pelajar dari masyarakat eropa.
Assandi berjalan menuju ruang informasi. Dia disana bertemu dengan salah satu petugas perempuan yang menyambutnya.
"Selamat siang tuan, ada yang bisa kami bantu?" Tanya petugas itu.
"Saya ingin bertemu dengan siswa asal luar negeri yang bernama Airin Hwara Stevania." Ucap Assandi.
Petugas itu tersenyum dan mengecek nama siswa. Dia mengeryit bingung, "Maaf tuan, tapi nama itu tidak ada di daftar siswa kampus kami."
Assandi menatap bingung, "Pasti ada nyonya, karena dia mendaftar beasiswa untuk kuliah disini."
"Oh beasiswa ya, benar kami memang mengadakannya. Tapi itu baru akan di lakukan tahun depan." Jelasnya.
Assandi semakin bingung dengan penjelasan itu. Dia meraih ponselnya di dalam saku. Segera dia menghubungi nomor Airin untuk meminta penjelasan.
Tetapi nomor itu tetap tidak bisa dihubungi. Malah sekarang ponsel Airin mati tidak dapat dihubungi lagi.
"Airin, kamu kemana sih?" Gumamnya.
Assandi keluar menuju jalan raya. Dia memangil taksi yang sedang melintas.
Assandi memasuki taksi tersebut untuk menuju ke suatu tempat. Disana dia ingin menemukan Airin. Karena tempat itu sangat ramai dikunjungi para wisatawan.
"Mungkin dia sedang disana." Gumam Assandi.
Setelah sampai, dia melihat banyaknya orang yang memenuhi tempat itu.
Tempat yang penuh dengan ribuan buku untuk dibaca. Karena Assandi sekarang sedang berada di perpustakaan kota Paris.
Karena dia tahu jika Airin sangat menyukai buku sama sepertinya. Maka dari itu dia memutuskan untuk mencari Airin disana.
Assandi melihat sekelilingnya, tidak ada sosok yang dia kenali. Bahkan bayang-bayang Airin tidak ada disana.
Assandi mulai frustasi untuk mencari keberadaan Airin dimana lagi. Sebab negara Perancis ini sangat luas.
Dia tidak mungkin harus mencarinya ke semua tempat di Negara Perancis.
Airin, kamu dimana? Kenapa kamu menghilang? Apa karena ucapanku waktu itu kamu menghilang? - Batin Assandi.
Kisah cinta yang cuek tetapi sebenarnya dia sangat perhatian.
Alurnya juga mudah dipahami, semua kata dan kalimat di cerita ini ringan untuk dibaca.
Keren pokoknya.
The Best 👍