NovelToon NovelToon
Secret With Bad Boy

Secret With Bad Boy

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College
Popularitas:887.5k
Nilai: 4.8
Nama Author: Naya_handa

Kinanti Amelia, remaja pintar yang terpaksa harus pindah sekolah karena mengikuti ayahnya.

Ia masuk ke sekolah terbaik dengan tingkat kenakalan remaja yang cukup tinggi.

Di sekolah barunya ia berusaha menghindari segala macam urusan dengan anak-anak nakal agar bisa lulus dan mendapatkan beasiswa. Namun takdir mempertemukan Kinanti dengan Bad Boy sekolah bernama Kalantara Aksa Yudhstira.

Berbekal rahasia Kinanti, Kalantara memaksa Kinanti untuk membantunya belajar agar tidak dipindahkan keluar negeri oleh orang tuanya.

Akankah Kala berhasil memaksa Kinan untuk membantunya?

Rahasia apa yang digunakan Kala agar Kinan mengikuti keinginanya?

ig: Naya_handa , fb: naya handa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naya_handa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kinan sayang ayah

Pagi ini, Lukman sudah terduduk di kursi tunggu pasien rawat jalan, sebuah rumah sakit swasta. Di tangannya, ia memegangi nomor antrian untuk pengambilan hasil laboratorium.

Menurut petugas lab, hasil akan keluar sekitar jam delapan pagi dan akan disampaikan langsung oleh dokter yang memeriksa Lukman. Lukman hanya perlu menunggu giliran bersama pasien lainnya yang sedang mengantri.

Lukman melihat ke sekelililingnya. Aura penuh kegelisahan jelas terasa di sekitar Lukman. Ada banyak pasien yang mengangtri menunggu pembacaan hasil laboratorium. Kondisi mereka tidak sebaik Lukman. Ada yang penyakitnya tampak jelas berupa benjolan, ada yang wajahnya pucat pasi ada juga yang duduk di kursi roda dengan selang terpasang di hidungnya. Sungguh terlihat begitu mengkhawatirkan.

Tanpa sadar, keringat dingin mulai bercucuran di dahi Lukman. Perutnya terasa mual dan mulas. Ia mulai takut pada bayangan yang muncul dibenaknya.

Sebenarnya, pada titik ini Lukman masih bisa bersyukur karena ia masih bisa pergi sendiri ke rumah sakit tanpa harus menyulitkan putrinya. Walau pagi ini, ia terpaksa berbohong dengan mengatakan harus berangkat lebih pagi karena ada urusan sementara Kinanti ia minta naik bis.

Putrinya tidak protes. Ia malah berpesan kalau ayahnya harus berhati-hati dan pulang ke rumah dengan selamat. Katanya, ia mau masak tumis kangkung untuk makan malam mereka. Makanan kesukaan Lukman.

Akh, hati Lukman mencelos. Ia tidak bisa membayangkan kalau suatu hari ia berada dalam posisi seperti pasien lain yang memiliki ketergantungan pada keluarganya. Sementara, ia hanya berdua dengan Kinanti. Sudah pasti, ia akan menjadi beban bagi putri semata wayangnya.

“Nomor antrian satu.”

Suara mesin pemanggil menyadarkan Lukman dari lamunannya. Ia memandangi nomor antrian di tangannya dan masih sebelas orang lagi yang akan lebih dulu di panggil sebelum dirinya.

Satu orang berjalan menuju petugas loket, lalu menunjukkan identitasnya.

“Aaakhhh!!” teriakan seseorang yang kesakitan mengalihkan perhatian Lukman dan pasien lain yang sedang menunggu.

Seorang wanita dengan perban di kepalanya tampak meringis kesakitan memegangi kepalanya dengan erat. Wajahnya merah padam hingga pembuluh darah didahinya etrlihat jelas.

“Sabar sayang, sabar.” Ucap seorang laki-laki yang duduk di sampingnya. Ia berusaha menenangkan wanita itu yang sepertinya sangat kesakitan.

“Ya ampun, istrinya sakit apa pak?” tanya seorang wanita yang mendekat pada dua orang itu. Mencoba melakukan apa saja yang bisa menolong dan menenangkan laki-laki yang tengah panik itu.

“Sakit kanker otak bu, sekarang lagi sering kambuh.” Terang laki-laki itu seraya memeluk istrinya yang meringis kesakitan.

"Kenapa gak di bawa ke UGD aja kalau lagi kesakitan? Kasian loh."

Lukman tidak berani menyimak lebih lama perbincangan itu lebih lanjut. Bukan ia tidak peduli pada dua orang itu tapi mentalnya terlalu lemah melihat kesedihan yang dialami suami istri itu. Ia memutuskan untuk memejamkan matanya dan menenangkan hatinya.

Dulu, ia pun pernah merasakan kesedihan yang sama saat ibu Kinanti meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Dan rasa sedih serta kehilangan itu masih terasa hingga sekarang.

“Ya udah sabar, kalau harus operasi ya operasi aja. Jangan nyerah.” Seorang wanita berbisik lirih pada seorang laki-laki yang ia temani masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Mereka melintas tepat di hadapan Lukman.

Suaranya masih cukup terdengar jelas oleh Lukman. Lukman bisa melihat wajah penuh ketakutan yang tergambar jelas di wajah laki-laki muda itu.

Nyatanya, penyakit bernama kanker itu bisa menyerang siapa saja. Mungkin itu yang membuat baik laki-laki atau pun perempuan, dewasa atau muda, sama-sama menunggu antrian di panggil petugas dari dalam ruang poliklinik onkologi.

Satu per satu pasien masuk dan keluar dari ruang pemeriksaan. Waktu pemanggilan Lukman semakin dekat saja. Lukman semakin gugup dan tubuhnya berkeringat dingin. Wajahnya yang pagi ini di sebut tampan oleh Kinanti sudah berubah pucat pasi.

Apa keputusan dokter nanti, apa ia juga akan keluar dengan wajah yang lebih pucat dari orang-orang sebelumnya?

“Nomor antrian dua belas.”

Jantung Lukman seperti berhenti berdetak saat nomor antriannya di panggil. Buluk kuduknya meremang dan keringat dingin kembali mengalir deras di dahi dan punggungnya.

Kakinya yang terasa berat, ia kuatkan untuk melangkah masuk ke ruang pemeriksaan.

“Silakan masuk pak.” Sambut seorang perawat yang tersenyum ramah padanya. Meski sapaannya begitu ramah namun perasaannya tetap ketar ketir apalagi jika diperlakukan ketus.

“Silakan duduk pak,” seorang dokter muda dengan kacamata bulat, mempersilakan Lukman duduk.

Lukman duduk di kursi penghadap dokter. Jantungnya masih berdetak tidak karuan melihat air muka sang dokter yang tampak tenang.

“Dengan bapak Lukman, benar?” tanya dokter tersebut.

“Iya dok, saya Lukman.” Lidah Lukman terasa kelu. Rasa mengganjal di hidungnya semakin terasa dan membuatnya sedikit sesak. Mungkin karena ia tengah stress.

“Baik pak Lukman, perkenalkan saya dokter Januar, dokter spesialis Onkologi. Saya izin menyampaikan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bapak, dua hari lalu.”

“Silakan dok.”

Dokter itu menatap Lukman dengan lekat beberapa saat, membuka satu halaman awal dan beberapa halaman resume medis milik Lukman.

“Sebelumnya, bapak sudah melakukan pemeriksaan darah juga jaringan yang di ambil dari rongga hidung bapak ya.”

Lukman mengangguk, mengiyakan.

“Baik pak, dari hasil pemeriksaan kami, saya harus menyampaikan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa di bagian nasofaring bapak, terdapat jaringan yang tumbuh. Jaringan itu yang membuat bapak sering merasa sesak, mimisan, sakit kepala juga bersin dan batuk berdarah.”

“Hasil pemeriksaan ini sudah valid dan menunjukkan kalau diagnosis awal dokter yang memeriksa bapak adalah benar. Saat ini, bapak mengidap penyakit kanker nasofaring.”

Deg!

Kalimat simpulan akhir dari dokter beberapa saat lalu membuat dunia Lukman terasa berhenti berputar. Tubuhnya sangat lemas dengan tangan dan kaki yang gemetar. Air matanya menetes tanpa terasa terlebih saat bayangan wajah Kinanti melintas dipikirannya.

Apa yang akan terjadi jika putrinya tahu? Apa ia akan tega meninggalkan Kinanti di saat ia masih memerlukan sosok dirinya?

Putrinya masih terlalu kecil dan naif. Bagaimana kelak Kinanti menjalani hidupnya seorang diri? Siapa yang akan menjaganya saat sakit? Siapa yang akan menenangkannya saat Kinanti ketakutan mendengar suara petir? Dan bagaimana bisa ia pergi dengan tenang jika sampai saat ini ia belum mempersiapkan apapun untuk putrinya? Siapa yang akan menjaga Kinanti di masa depan?

Semua bayangan dan rasa takut itu begitu nyata dirasakan Lukman.

“Pak, pak Lukman.” Suara dokter Januar kembali mengusik lamunan menakutkan Lukman. Kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya.

“Bapak masih menyimak saya?” tanya dokter Januar yang melihat lelaki tambun itu tampak begitu terpukul.

“I-iya dok.” Lukman segera menyadarkan dirinya. Jika ia selemah ini, bagaimana bisa ia menghadapi Kinanti kelak?

“Silakan bapak minum dulu. Saya akan lanjutkan penjelasannya setelah bapak tenang.”

Dokter muda itu berusaha menenangkan Lukman. Sang perawat memberikan sebotol air pada Lukman yang kemudian diminum sedikit demi sedikit. Tenggorokannya seperti menolak cairan bening itu masuk ke dalam tubuhnya.

“Bapak sudah lebih tenang?” lagi dokter Januar bertanya.

Lukman mengangguk. “Boleh saya telepon putri saya dulu?” tanya Lukman dengan perasaan yang tidak karuan.

“Silakan pak.”

Lukman mengambil ponsel dari dalam sakunya dengan tangan gemetar. Ia menggigit bibirnya kelu untuk menahan tangis. Ia sadar betul, Kinanti belum boleh tahu kondisinya karena ia tidak siap melihat kesedihan di wajah putrinya.

Nama Kinanti sudah muncul di layar ponselnya. Kontak gadis berparas cantik dan ceria itu diberi nama “Putri ayah yang cantik”. Lukman berusaha menenangkan dirinya, mengatur nafasnya beberapa kali sebelum kemudian menyambungkan panggilannya pada Kinanti.

Satu deringan, panggilan Lukman belum di jawab. Deringan kedua membuat Lukman berniat untuk mengakhirinya. Tapi baru mulai deringan ketiga, suara Kinanti mulai terdengar.

“Iya ayah,” suara ceria itu membuat Lukman terhenyak. Hatinya malah terasa hancur. Susah payah Lukman menahan tangisnya agar tidak pecah.

“Nak, Kinan lagi dimana?” tanya Lukman dengan perlahan.

“Em, Kinan lagi di kantin ayah. Lagi istirahat pertama. Ayah lagi dimana?” Kinanti balas bertanya dan itu membuat Lukman bingung.

“Di kantor,” Lukman terpaksa berbohong.

“Aya lagi banyak kerjaan ya? Suara ayah kedengeran capek banget.” Celoteh Kinanti yang mencemaskan.

Lukman tidak lantas menjawab, ia memilih membekap mulutnya sendiri agar tangisnya tidak di dengar oleh Kinanti. Matanya yang sudah menua itu, kini merah dan basah.

“Ayah gak capek kok nak.” Sahut Lukman setelah berhasil menguasai dirinya.

“Kinan makan apa di kantin?”

“Makan cemilan ayah. Temen-temen di sini nyebutnya ‘snacking time’ ayah. Keren ya?” Kinanti terkekeh di ujung kalimatnya , suaranya sangat renyah, mudah diingat dan sulit dilupakan.

“Iya keren.” Lukman mengamini dengan senyuman kelu di bibirnya.

“Kinan, ayah mau ngasih tau sesuatu sama Kinan.”

“Oh ya? Apa ayah? Kinan nyimak?” terdengar suara penuh atensi dari Kinanti.

Lukman menarik nafasnya dalam, sebelum ia mengatakan apa yang ingin ia katakan.

“Ayah sayang Kinan.” Ucapnya, nyaris terbata-bata.

“Hihihihi... ayah, manis banget sih. Itu sih Kinan juga tau. Ayah juga tau kan kalau Kinan juga sayang ayah?” sahut Kinanti dari sebrang sana.

“Iyaaa....” Lukman tertunduk lesu dan tersedu-sedu di hadapan dokter. Ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Ia menutup teleponnya begitu saja dan membiarkan Kinanti dengan wajahnya yang bingung.

Pikirnya, bagaimana mungkin ayahnya bisa semanis ini? Menelponnya hanya untuk mengatakan kalau ia sangat menyayangi Kinanti.

“Ayah, ayah memang gak terduga. Kinan sayang ayah." Kinanti berujar riang.

"Aku kirim nilai ini buat ayah akh, ayah pasti seneng.” Kinanti mengirimkan nilai esay yang beberapa saat lalu ia terima dari gurunya. Ia mendapatkan nilai A+, sungguh nilai yang membanggakan.

“Kinan sayang ayaaah... ini hadiah buat ayah, nilai A pertama Kinan. Kinan akan kasih banyak nilai A buat ayah. Tunggu ya ayah. I love you ayah....” Tulis Kinanti lengkap dengan foto selfie yang ia kirim pada Lukman.

Di tempatnya, Lukman hanya bisa terisak menangisi foto yang dikirim putrinya. Entah berapa lagi nilai A yang kelak bisa ia lihat.

Apa ia masih punya kesempatan?

****

1
neni onet
lopyu riko 😍
neni onet
ringkas dan tepat sasaran 😁
Ran Tea
Luar biasa
neni onet
jangan bilang klo perselingkuhan emaknya juga gegara campur tangan neeh bocah, berarti pas kalanterpuruk juga sebenernya dia tau emaknya yang jadi biang keladi 🤨
neni onet
untung kinan dah lapor polisi, ga sabar nungguin reaksi papa Kala tau anak sambung kesayangannya ternyata bobrok /Grin/
Risma Eandless
Lumayan
neni onet
Allah tidak akan memberikan ujian yang melebihi kemampuan umatNya, tapi tolong yang Thor jangan tambah beban buat anak gadisnya pak Lukman. . .
As Hen
sudah mulai usil..
Rini Anggraini
Luar biasa
Tia rabbani
wah, tamat, 😢
DFD Mom
penjaga gerbang ajapun belagu nya minta ampun...
ira rodi
omong2 demian sama yudistira gak ada yah...
ira rodi
jangan sampe demian anak dari ibu sambung kala...alias saudara tirinya....
@sulha faqih aysha💞
senjata makan tuan Lo Demian niat hati ingin menunjukan rasa peduli Lo dan ingin menjadi pahlawan kesiangan eh ga tahunya Lo sendiri yang banyak belur tapi baguslah nanti suatu saat nanti kedokmu akan terbongkar
@sulha faqih aysha💞
seribet ini mengungkap rasa cintamu kepada kinan
@sulha faqih aysha💞
semangat kala tunjukan pada papamu buktikan omongan papamu Sebangau batu loncatan di mana ada kemauan disitu pasti ada jalan 💪
@sulha faqih aysha💞
apakah itu kala atau Demian yang menguping 🤔
@sulha faqih aysha💞
jangan kembek Kinan jangan mentang mentang dia orang kaya bisa nindas kamu seenaknya Kamu harus bisa lawan
@sulha faqih aysha💞
gengsi aja padahal lapar
@sulha faqih aysha💞
mampir Thor langsung ke favorit 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!