" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Jordan sudah selesai mandi, sekarang hanya tinggal sarapan dan pergi bekerja, tapi melihat Ana yang kesakitan karena dia terus berdesis dan mengeryit. Tidak heran sih kalau Ana begitu kesakitan, dia kan melakukan itu dengan kasar, bahkan miliknya juga ikut lecet.
Jordan terdiam sebentar, kemudian tak lama dia meletakkan kembali barang yang akan dia bawa untuk bekerja, lalu duduk di samping Ana sebentar. Dia menatap Ana yang terlihat enggan menatapnya, marah, itu sudah pasti kan?
" Kau tinggal saja di kamar, biar aku ambil sarapan untukmu. " Ucap Jordan kepada Ana, sebenarnya dia ingin sekali mengucapkan kata maaf, tapi entahlah! Lagi-lagi dia kehilangan keberanian hingga gak sanggup mengatakan itu kepada Ana.
Ana tak menjawab, sepertinya itu juga adalah solusi terbaik karena dia benar-benar tidak bisa berjalan sekarang ini. Kalaupun dipaksakan, dia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa saat ada yang bertanya kepada dia berjalan tidak normal, dan semakin bingung pula kalau sampai yang bertanya itu adalah Ayahnya.
" Tunggu sebentar. " Ucap Jordan seraya bangkit dari duduknya, dan keluar dari kamar untuk pergi ke dapur dan mengambilkan sarapan untuk Ana.
" Selamat pagi, Ibu dan Ayah mertua? " Sapa Jordan begitu sampai di meja makan.
" Pagi, dimana Ana? " Tanya Kendra yang sebenarnya menunggu Ana untuk turun dan sarapan bersama seperti biasanya.
" Ana sedang tidak enak badan, pagi ini dia ingin sarapan di kamar, jadi aku datang untuk mengambil sarapan. "
Soraya menatap Jordan dengan tatapan kecewa. Kenapa harus Jordan yang mengambilkannya? Seharusnya biarkan saja Ana yang mengambilnya bukan? Kenapa Jordan yang begitu angkuh dan paling tidak suka disuruh-suruh terlihat begitu ikhlas melakukanya?
" Benarkah? Dia sakit apa? Bawa saja ke Dokter sekarang. " Ucap Kendra, kalau bangkit dengan wajah khawatir tentunya.
Jordan tentu saja merasa tidak tenang kalau sampai benar Ana di bawa ke Dokter. Entah nanti bagaimana dia akan menjelaskan kepada Kendra mengenai kondisi Ana yang jelas itu adalah perbuatannya.
" Sayang, kalau Jordan saja yakin tida perlu membawa Ana ke Dokter, Ana pasti tidak mengalami sakit serius seperti itu. " Ujar Soraya yang bisa melihat ke khawatiran Jordan begitu Kendra membicarakan tentang Dokter. Benar, dia memiliki kecurigaan dan rasa tidak suka dengan apa yang dilakukan Jordan sekarang ini, tapi anehnya dia tiba-tiba begitu ingin melindungi Jordan. Mungkin saja karena dia tidak ingin pria yang dia cintai dalam masalah, bagaimanapun nantinya mereka akan hidup bersama, jadi sebisa mungkin meminimalisir masalah adalah jalan yang harus dipilih sebelum dia meminta cerai kepada Kendra untuk bersama dengan Jordan.
" Jordan, apa kau yakin Ana baik-baik saja? " Tanya Kendra.
Jordan menekan salivanya sendiri, lalu tak lama dia mencoba tersenyum dan mengangguk.
" Ana hanya kelelahan, jadi tidak perlu sampai ke Dokter kok. "
Kendra dan Soraya terkejut mengartikan kata kelelahan. Sebenarnya Jordan juga tahu kalau kata-kata itu akan membuat orang berpikir ke arah yang sama, tapi sungguh dia tidak punya pilihan, karena dia juga yakin benar bahwa Ana pasti akan menolak kalau di bawa ke rumah sakit.
" Aku tahu kalian masih pengantin baru, tapi kau juga tahu kalau Ana sedang hamil kan? Jangan terlalu bersemangat, coba pikirkan juga bayi kalian. "
Jordan terdiam sebentar, lalu mengangguk paham setelahnya.
" Ya sudah, kau ambil saja untuk sarapan kalian berdua. Tolong bantu merawat Ana ya? Dia itu agak manja, sakit sedikit saja biasanya akan merintih dan menangis terus. " Ucap Kendra.
" Baik. " Segera Jordan mengambilkan makanan Ana. Karena tidak tahu apa saja yang di sukai Ana, dia hanya bisa megambil sembarang saja yang penting adalah makanan.
Soraya, wanita itu benar-benar sangat kecewa dengan Jordan kali ini. Di dalam hati dia tengah menerka-nerka, apakah Jordan sudah melakukan itu dengan Ana? Kenapa bisa? Bukankah Jordan sudah berjanji akan setia padanya dan tidak akan menyentuh Ana apalagi sampai melakukan itu? Soraya memegang kuat sendok dan garpu dengan segala dugaan yang membuat pikirannya tak tenang.
" Makanlah sayang, aku sudah mau selesai nih. " Ucap Kendra meningkatkan Soraya.
" Iya. " Soraya tersenyum, lalu sebisa mungkin berakting sebaik mungkin agar tak terlihat aneh.
Jordan kembali ke kamar dengan makanan dan minuman di nampan untuk Ana.
" Makanlah, aku tidak tahu apa yang kau sukai, jadi aku asal ambil saja. "
Ana terdiam sebentar melihat nasi dengan sayur dan ayam goreng di bagian dada seperti yang Ana sukai.
" Aku mengambilkan seleraku, jadi kalau tidak sesuai dengan selera makan mu, aku akan mengambilnya untukmu lagi. " Ucap Jordan.
Ana tersenyum tipis, di mengambil alih nampan itu dari Jordan, lalu perlahan mulai memakan makanannya. Setelah dua suapan dia baru sadar kalau Jordan pasti juga bum sarapan kan? Semalam juga tidak makan malam, jadi Ana menyuapkan makanan juga untuk Jordan.
" Ini makan! "
Jordan menjauhkan suapan itu darinya.
" Kau saja yang makan, aku sedang tidak ingin makan. "
Ana menghela nafas sebalnya.
" Makanlah, aku tidak mungkin menghabiskan makanan sebanyak ini juga sendirian. "
Jordan terdiam sebentar, lalu pada akhirnya dia menerima saja makanan dari Ana yang di sodorkan padanya, terus mereka bergantian makan dengan satu sendok hingga makanan di piring habis tak tersisa.
" Egh! " Jordan dan Ana kompak bersendawa hingga membuat mereka berdua merasa malu sendiri.
" Kira-kira apa yang kau butuhkan? Katakan padaku agar aku bisa menyiapkannya untukmu sebelum aku berangkat kerja. " Ucap Jordan.
Ana menggeleng dengan cepat.
" Tidak perlu, kau pergi saja bekerja, nanti kalau aku memang membutuhkan sesuatu, aku akan meminta pembantu mengambilnya. "
Jordan mengangguk paham, segera di bangkit untuk bersiap-siap karena hati nini dia juga sangat kesiangan, padahal ada rapat bulanan pagi ini.
Setelah kepergian Jordan tadinya Ana ingin istirahat karena tubuhnya masih terasa pegal dan ada beberapa titik yang terasa sangat perih. Maka dia perlahan merebahkan tubuhnya, menarik selimut tebal sampai ke batas leher.
Tok Tok
Ana kembali membuka mata begitu pintu kamarnya ada yang mengetuk.
" Masuk! " Ucap Ana.
" Maaf mengganggumu, Ana. "
Ana terdiam karena ternyata yang datang adalah Ibu tirinya. Wanita itu terlihat masih tak begitu berani menatap Ana secara langsung, tapi sepertinya ada hal yang penting ingin dibicarakan sampai wanita yang seharusnya merasa malu itu mengabaikan itu dan datang padanya.
" Ada apa, Bu? " Ana sungguh sangat enggan menyebutnya Ibu, tapi dia juga tidak punya pilihan kan?
Soraya berjalan. dan duduk di samping Ana yang masih berbaring.
" Bagaimana keadaanmu, Ana? "
" Baik. "
" Kalau begitu, bolehkah Ibu bicara denganmu sebentar? "
Ana bangkit perlahan dari posisinya, dan dia duduk di samping Soraya.
Soraya, wanita itu melotot kaget melihat tanda merah yang begitu banyak di tubuh Ana.
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget