[Peringatan!! Judul Novel Tidak Sesuai Dengan Isi Ceritanya]
Tumbuhnya Tujuh Buah Surgawi sejak sekian lama berhasil menggemparkan dunia persilatan.
Tujuh Buah Surgawi bukanlah buah biasa, siapapun yang memakan walau hanya salah satu dari ketujuhnya maka dia akan menjadi pendekar yang tak tertandingi.
Sehingga tidak mengherankan jika buah itu tumbuh banyak pendekar yang menginginkannya, perebutan hingga saling membunuh dan membantai bukanlah sesuatu yang asing.
Zhou Yuan adalah salah satu pemakan Buah Surgawi kedelapan yang tidak dicatat dalam sejarah, buah kedelapan itu dinamai buah kematian, sesaat ia hendak memakannya banyak orang yang menginginkannya hingga suatu ketika Zhou Yuan harus di kepung oleh banyak pendekar yang membuatnya terbunuh.
Sebelum kematiannya, Zhou Yuan memakan Buah Kematian, buah itu membuat Zhou Yuan berengkarnasi setelah seratus tahun kematiannya. Zhou Yuan berniat membalaskan dendam kematiannya di kehidupan pertamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 26 — Perpisahan
Menurut Xiao Fan ada dua ciri kenapa seorang pendekar merasa biasa saja setelah mereka membunuh, ciri pertama karena ia sudah terbiasa akan pembunuhan dan ciri lainnya karena orang itu menikmati pembunuhan itu sendiri.
Ciri pertama umumnya terdapat pada seorang pendekar yang berada di kelompok pembunuh, dimana pembunuhan adalah pekerjaan mereka sehari-hari sehingga membuatnya terbiasa sementara ciri kedua biasanya terdapat pada orang gila di dunia para kriminal, dimana orang gila ini harus membunuh hanya untuk menikmati hidup.
Sayangnya Xiao Fan tidak melihat dua ciri itu pada diri Zhou Yuan, bahkan ditilik lebih jauh anak kecil tersebut bukanlah seorang kriminal.
Xiao Fan berharap Zhou Yuan tetap berada di jalan kebenaran ketika dewasa nanti, ia bisa merasakan jika kondisinya memungkinkan, Zhou Yuan akan menjadi sosok yang berpengaruh di Kekaisaran Bulan atau bahkan di benua ini.
Usai penghormatan dan rasa terimakasihnya pada Zhou Yuan, Xiao Fan kemudian menceritakan pada Zhou Bing serta yang lain tentang kelompok Kelelawar Malam lebih jauh.
Alasan Xiao Fan kembali lagi setelah ia meninggalkan kota Riva adalah karena di perjalanannya ia sempat bertemu dengan anggota klannya yang memberitahu tentang rencana Xiao Sha.
Anggota yang melapor itu merupakan mata-mata dari Xiao Fan, ketika mendengar kabar cucunya dalam bahaya dan diincar oleh sekelompok pembunuh, tanpa mendengarkan laporan itu lebih jauh Xiao Fan segera berbalik dan kembali ke kota Riva.
Xiao Fan jelas tidak menduga ketika dirinya tiba Keluarga Zhou sudah di serang oleh kelompok pembunuh tersebut padahal dirinya berpikir Kelompok pembunuh itu hanya akan mengincar cucunya saja secara diam-diam.
Tanpa menunggu lebih lama, Xiao Fan langsung ke sana dan kedatangannya bertepatan dengan Zhou Bing yang sedang dalam kondisi parah. Saat itulah ia muncul dan membantu Zhou Bing.
Xiao Fan meminta maaf karena bisa dibilang, penyerangan tersebut disebabkan karena dirinya sendiri.
"Kau tidak perlu meminta maaf, Fan, ini bukan kesalahanmu dan sebenarnya masalahnya tidak sesederhana itu..." Zhou Bing melambaikan tangan.
"Bing, ini jelas adalah kesalahanku! Andai aku tidak kesini beberapa waktu kemarin, keluargamu mungkin tidak akan diserang seperti sekarang."
Zhou Bing tersenyum tipis melihat reaksi sahabat lamanya, ia kemudian menceritakan tentang masa lalu antara dirinya dengan Ling Yun yang dipenuhi saling benci dan dendam.
"Bisa dibilang tanpa ada kaitannya denganmu sekalipun cepat atau lambat penyerangan Ling Yun memang pasti akan terjadi. Aku hanya tidak menduga malam ini dia datang membawa kelompoknya dan menyerang seluruh kediaman keluargaku."
Zhou Bing jelas tidak pernah berpikir balas dendam antara ia dan Ling Yun akan melibatkan seluruh keluarganya, ia menyesal di waktu dulu tidak langsung membunuh Ling Yun saat ada kesempatan.
Zhou Bing kemudian menutup rapat darurat tersebut, ia mengatakan pada salah satu Tetua untuk mengirim surat pada pemerintah Kekaisaran atas penyerangan yang terjadi pada keluarganya.
Penyerangan Kelelawar Malam ini juga menandakan bahwa para kriminal kini sudah mulai berani bertindak semena-mena dan melawan pemerintah.
Ini menunjukkan bagaimana situasi dunia persilatan semakin memanas setiap tahunnya, ada gejolak yang tak terlihat dan siap meletus kapan saja antara pihak pemerintah dan pihak para kriminal.
Malam harinya, Xiao Fan mengatakan pada Zhou Bing dan anggota keluarga Zhou yang lain bahwa ia dan cucunya akan kembali ke klan Xiao besok hari.
Ada banyak yang harus Xiao Fan lakukan di klannya sebagai Tetua Tertinggi terutama tentang kasus Xiao Sha, Xiao Fan pastikan saat dirinya kembali Xiao Sha akan mendapatkan hukuman berat.
Disisi lain Xiao Rou tampak sedih ketika menyadari akan berpisah dengan Zhou Yuan, dia memang senang bisa ke klannya kembali namun hatinya merasakan ada sesuatu yang hilang.
"Nona Xiao, ayunan tendanganmu kurang cepat dan lugas, fokuskan ayunannya pada titik-titik bagian vital lawan!" Zhou Yuan memberitahu ketika keduanya berlatih di malam terakhir sebelum Xiao Rou pergi.
Sebelumnya, Xiao Rou memang meminta Zhou Yuan untuk kembali melatihnya walau sebenarnya gadis itu cuma beralasan agar ingin bersama Zhou Yuan lebih lama.
Zhou Yuan tentu saja mengerti perasaan gadis itu apalagi saat mereka berlatih Xiao Rou tampak tidak berkonsentrasi dengan teknik Tendangan Penguasa Langit yang ia ajarkan.
"Guru, apakah kita akan bertemu lagi?" Xiao Rou bertanya sambil mengayunkan tendangan lainnya.
Zhou Yuan mengerutkan dahi sebelum tersenyum tipis, ia mengerti ke arah mana gadis itu berbicara. "Apa Nona Xiao tidak senang bisa kembali ke rumah lagi?"
"Guru, aku tentu senang tetapi disini..." Xiao Rou menghembuskan nafas berat dan tidak bisa melanjutkan ucapannya.
"Bukankah sudah aku katakan sebelumnya," Zhou Yuan tersenyum lembut. "Selama Nona Xiao atau aku hidup, kita mempunyai peluang untuk bertemu kembali, jarak bukan sebuah alasan pertemuan tidak bisa terjadi..."
"Guru, aku tidak yakin dengan itu."
Setelah Xiao Rou kembali, menurut kakeknya ia akan pergi belajar di Akademi untuk melatih tingkat beladirinya lebih jauh.
Xiao Rou tentu sangat ingin pergi ke sana bahkan bisa dibilang cita-citanya sejak kecil tetapi kalau dia belajar di Akademi, butuh watu bertahun-tahun untuk dirinya bisa pulang dan menemui orang terdekatnya.
Hal itulah yang menjadi beban pikirannya sejak tadi, gadis yang memiliki rambut merah tersebut bahkan sempat berpikir mengajak Zhou Yuan juga namun itu terasa tidak mungkin.
"Kalau Nona Xiao tidak bisa bertemu maka aku yang akan mencarimu, mungkin kelak jika usiaku sudah mencukupi, aku bisa pergi ke sana."
Mata Xiao Rou melebar, mendadak menghentikan gerakan tendangannya, "Sungguh kah Guru?"
Zhou Yuan mengangguk, tersenyum. Tentu saja ia berkata demikian untuk menghibur gadis itu tetapi ia juga tidak berniat berbohong kalau memang ada kesempatan.
Xiao Rou kini merasa hatinya sedikit tenang, setidaknya ia mempunyai peluang untuk bertemu Zhou Yuan kembali.
Xiao Rou tiba-tiba melepaskan salah satu anting di telinganya dan memberikannya pada Zhou Yuan. Anting itu berwarna biru muda, sedangkan anting satunya lagi yang ada di telinga Xiao Rou berwarna merah.
"Guru, ambillah benda ini, dia adalah anting pemberian ayah dan ibuku saat aku lahir."
Zhou Yuan batuk pelan. "Rou'er, ini terlalu berharga, aku tak bisa menerimanya. Kau tidak harus memberikan apapun padaku."
Zhou Yuan menggaruk kepalanya, ia kini mengerti perasaan gadis itu lebih dalam, bukan hanya Xiao Rou tidak mau berpisah dengannya tetapi Xiao Rou sudah sangat jatuh hati padanya.
Masalahnya di pandangan Zhou Yuan, Xiao Rou tidak lebih dari seorang gadis kecil yang berumur 13 tahun.
"Rou'er, apa kau yakin dengan pemberian ini?" Zhou Yuan bertanya memastikan kembali setelah gadis itu memaksanya untuk menerima anting tersebut.
Xiao Rou mengangguk, tidak ada keraguan dalam keputusannya. "Kata Kakek, ini adalah milikku maka aku bebas melakukan apapun termasuk memberikannya pada orang lain, dan sekarang aku memberikan ini padamu, Guru."
Zhou Yuan tersenyum lalu berterimakasih dan menyimpan anting berwarna biru itu dibalik jubahnya.
Keesokan harinya Xiao Rou dan Xiao Fan pergi, Anggota Keluarga Zhou yang lain mengantarkan mereka berdua sampai ujung gerbang perbatasan.
Zhou Yuan melihat sepasang cucu dan kakek itu mulai menghilang di kejauhan, ia menatap anting yang diberikan Xiao Rou sesaat sebelum berbalik dan masuk ke kediamannya, Zhou Yuan berniat berlatih kembali.