Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas.
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Basket
Lisya melotot mendengar pembagian itu. Sungguh, berdekatan dengan laki-laki itu membuat Lisya muak sendiri mungkin karena kesan pertemuan pertama mereka yang kurang mengenakan di mata dan hati.
"Gue minta tukar, boleh?" tanya Lisya
"Gak boleh" jawab gadis itu. Mungkin 2 cewek ini juga malas berdekatan dengan Jewar
"Jewar itu hebat main basket jadi gue rasa dia yang pas ajarin lo. Lakuin yang terbaik karena ini demi nilai kita" ujar gadis satunya lagi
Lisya hanya dapat mengangguk pasrah dan pergi kelaparan outdoor
Mereka memulai latihan. Karena lapangan basket indoor sudah sangat ramai jadi mereka memilih lapangan basket outdoor. Itu lah sekolah mewah ini, semua lengkap.
Lisya tentu gengsi meminta tolong Jewar jadi ia hanya berusaha memasukkan bola basket itu sendiri. Dia juga mencoba mendribble bola itu tapi cukup sulit untuk menahan lama.
Sudah sekian kali ia memasukkan bola pada ring tapi gagal. Ada sih yang berhasil sekali tapi karena pantulan di pinggir ring.
Bugh
Gagal lagi!
"Ih capek gagal mulu mana bolanya berat lagi. Walau voli mainnya pukul pukul tapi gak sesusah ini deh. Apa gue emang gak berbakat main basket" Lisya misuh misuh sendiri kemudian membuang bola itu ke sembarang arah dan berjongkok menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan.
"Ayo gue ajarin" ujar laki-laki yaitu Jewar
Lisya mendongak dengan ekspresi cemberut nya. Sedikit terkejut karena Jewar menawari bantuan setelah sekian kegagalannya.
"Udah lah gue gak bakal bisa" ujar Lisya memelas
"Coba lagi dari tadi cara lo aja udah salah" ujar Jewar menjulurkan tangannya tanpa sadar
Ia hendak menarik tangan nya yang tiba-tiba menjulur tapi tak disangka Lisya menggenggam tangan itu. Jewar menarik Lisya berdiri. Lalu melepaskan genggaman mereka
Jewar mengambil bola itu dan menyerahkan pada Lisya. "Masukin lagi" ujar Jewar
"Katanya mau ngajarin kenapa nyuruh gue masukin sendiri?" tanya Lisya dengan sebal
"Iya, coba pegang dulu dan arahin"
Lisya patuh dan memegang bola itu searah dengan ring. Jewar mendengus melihat pegangan tangan Lisya pada Bola
"Megang bolanya jangan ogah-ogahan"
"Berat anjir bukan ogah"
"Pernah olahraga gak sih lo?" tanya Jewar kemudian mendekat dan memperbaiki posisi tangan Lisya
"Gue bisa main voli"
"Sama aja itu"
"Sama dari Hongkong"
Jewar yang bodoh disini, jika memang sama dengan voli mungkin Lisya sudah mencetak golnya berulang kali persis saat ia bermain voli
"Sekarang lempar?" tanya Lisya tak sabaran
"Lemparnya jangan sembarang" ujar Jewar
Jewar berjalan kebelakang tubuh Lisya. Lisya merasakan belakang tubuhnya mentok lalu ada sepasang tangan yang ikut memegang bola, bukan! Lebih tepatnya memegang tangan nya.
"Pegang yang bener dulu terus arahin tepat ke ring. Lambungin nya harus sesuai dengan posisi Lo" jelas Jewar kemudian beralih pada pucuk kepala di depannya. Ia tersenyum tipis saat menyadari jika Lisya hanya setinggi bibirnya.
Jewar menormalkan pikiran nya kemudian mengajari kembali dan mendorong bola itu dan melambung kannya.
Bugh
Lisya melotot terkejut. Masuk! Bolanya masuk dengan mulus. Ia tersenyum senang tanpa sadar Jewar masih di belakangnya dengan posisi dekat dan tangan Jewar yang masih memegang tangannya
Lisya berbalik lalu mundur sedikit karena ternyata mereka terlalu dekat. "Gue mau coba sendiri" ujar nya dengan antusias
Jewar hanya mengangguk datar
Lisya berlari pelan dan mengambil bola itu. Kembali ke tempat semula ia latihan, dengan perlahan ia mengarahkan bola itu dan melemparnya
Bugh
Loh gak masuk? Apa mungkin Jewar harus stand by di belakang nya seperti tadi?. Dia kembali cemberut dan mendribble bola itu kasar.
"Jewar, gak masuk" keluh nya
"Lo lambungin nya salah" jawab Jewar yang tak jauh dari sana
Lisya memegang bola itu lagi kemudian mengingat kembali cara yang diajarkan Jewar. Sekilas bayang bayang Jewar mengajarinya terlintas. Ia memposisikan bola itu seperti saat Jewar menggenggam nya dan melambungkan bola itu persis saat Jewar menolong nya tadi
Bola itu sudah sampai di tanah kemudian tawa bahagia Lisya mengudara. Ia berlari mengambil bola itu dan mencoba nya lagi dan masuk lagi. Demi apa!
"Jewar udah bisa" pekik nya dengan girang
Fiks bakatnya Lisya nambah
...****************...
"Hebat banget lo sya" pekik kagum Ara yang sekarang mereka berada di kantin
Lisya hanya tersenyum senang menanggapi pujian. Kelompok nya mendapatkan nilai paling tinggi. Dari 5 kali kesempatan, Dua cewek tadi mencetak 2 poin, satu cowok mencetak 3 poin, satunya lagi 4 poin, Lisya 3 poin dan Jewar 5 poin sempurna.
"Tapi Jewar juga hebat mainnya" puji Sasya
"Iya bahkan nilai tim Jewar lebih tinggi daripada tim Revan" ujar Ara
"Tim Revan cewek nya gak ada yang bisa main kecuali Revan nya " ujar Seira
Ara mengangguk setuju "iya juga sih mana pas disuruh latihan, Revan gak ngajarin cewek itu. Setia banget cowok Seira" ujar Ara
Seira hanya tersenyum malu walau sadar entah itu benar atau tidak tapi setidaknya ia senang jika Revan tak mau didekati gadis lain
"Revan duduk sama kami disini " pekik Seira pada rombongan Revan yang baru memasuki pintu kantin
Revan mendengus hendak mencari meja lain kemudian ia melirik pada Lisya yang duduk di sebelah Ara. Makan dengan tenang dan pipinya yang menggembung mungkin karena suapan yang besar.
Ia berjalan ke arah meja Seira membuat Seira melebarkan senyumnya.
"Sya, Lo hebat banget mainnya" ujar Alan
"Iya kan!" Bukan Lisya yang menjawab melainkan Ara
"Nyaut aja lo bocah pitik"
Kalvin menjitak kepala Alan. Bisa pusing Kalvin kalau nanti Ara mengeluh karena sakit hati pada Alan
"Yayang emang bisa main basket?" tanya Aren
"Emm tadi diajarin sama tim" jawab Lisya seadanya. Masih gengsi kalau bilang Jewar yang nolongin
"Oo sayang banget kita gak satu tim" ujar Aren lalu dengan wajah tanpa dosa mengambil suapan Lisya
"Ih jangan gangguin Lisya makan" ujar Ara
Aren hanya merotasikan matanya malas. Gadis cerewet satu ini selalu membalas ucapan nya. Kalau bukan karena kesayangan Kalvin mungkin ia sudah mencaci maki gadis itu di depan umum kemudian menyiram jus ke wajahnya. Hei! Kenapa Aren kepikiran berbuat alay seperti itu.
Usai jam istirahat, mereka semua memasuki kelas masing-masing. Lisya melihat ke arah samping tepatnya bangku Kalvin. Kalvin tak sendiri melainkan ada Ara di depannya yang berceloteh.
"Lisya" panggil Sasya dari bangku depan
Lisya menoleh saat namanya dipanggil "ya?"
"Lo satu kelompok sama Jewar kan tadi?" tanya Sasya dan dibalas anggukan oleh Lisya
"Jewar gimana tadi? Tadi dia ada deketan sama cewek yang setim gak?" tanya Sasya lagi
Lisya menaikkan alisnya "dia cuek cuek aja tadi dan gak ada tuh cewek yang deketan sama dia"
Sasya hanya ber-oh ria tapi Lisya dapat melihat kelegaan dari diri Sasya
"Kenapa lo nanyain dia?" tanya Lisya penasaran
"Gakpapa sih cuma nanya doang"
Lisya tentu tak percaya dengan kata gakpapa. Dari raut cara dia bertanya dan lega semuanya seperti tersirat sesuatu
Sasya menyukai Jewar?
...****************...
mau pilih Lisya Jewar atau Lisya Revan