Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Aula pesta yang awalnya meriah kini berubah menjadi kacau. Beberapa orang tengah berkelahi tanpa menggunakan mana maupun senjata membuat para bangsawan dan keluarga kerajaan menatap mereka dengan ngeri.
Sekumpulan remaja melawan para pembunuh bayaran yang membawa senjata dengan tangan kosong. Bahkan beberapa perempuan juga ikut baku hantam tanpa mengenal takut dan mengabaikan penampilan mereka.
Kurang dari lima menit, pembunuh bayaran yang berjumlah lima puluh orang kini terlihat babak belur dan tergeletak tak berdaya. Mereka berhasil dikalahkan dengan sekelompok remaja yang berjumlah dua puluh lima orang.
'Duakh'
'Brakh'
Leona menendang seorang pembunuh bayaran hingga terlempar cukup jauh dan menabrak dinding hingga jebol membuat beberapa orang bergidik ngeri menyaksikan hal itu.
"Astaga, apakah kemapuan mereka hanya segini?" Cibir Leona sambil menguap lebar membuat para prajurit dan bangsawan bergidik ngeri.
"Entahlah. Mereka lebih buruk dari prajurit pemula." Sahut Kiara sambil menghindari serangan dan melempar tubuh pembunuh bayaran itu ke sembarangan.
Prajurit yang mendengar perkataan dua gadis itu hanya bisa cengo. Mereka saja kesulitan berhadapan dengan pembunuh bayaran itu dan kedua gadis itu hanya bilang lebih buruk dari pemula? Astaga, harga diri mereka tercoreng.
Para bangsawan menatap mereka dengan tidak percaya. Murid-murid dari akademi buangan berhasil mengalahkan sekelompok pembunuh bayaran yang paling di takuti dengan mudah hanya dengan tangan kosong. Seketika mereka merasa tidak percaya diri
"Maaf atas kekacauan ini, Yang Mulia Kaisar." Ucap raja Grambiel penuh rasa bersalah.
"Hoho~ Pertunjukan yang menarik, Raja Grambiel. Mereka benar-benar penuh semangat." Sahut Kaisar sambil tersenyum menyeringai.
"Mereka kandidat yang hebat. Apalagi dua gadis itu yang terlihat paling menonjol. Yang berambut pink pudar dengan bakat istimewa dan yang berambut hitam memiliki lidah tajam yang berbisa. Begitu pula dengan siswa lainnya yang memiliki fisik di atas rata-rata. Akademi Moon Shadow tahun ini menghasilkan siswa berbakat." Batin Kaisar bangga.
Permaisuri menatap mereka dengan kesal. Lagi-lagi rencana untuk menjatuhkan ratu gagal. Diam-diam dia mengepalkan tangannya di balik gaun mewahnya meluapkan emosi yang membuncah.
Seorang pria berusaha bangkit dengan tertatih-tatih lalu mengambil belati yang disembunyikan dari balik jubahnya dan menyandera salah satu tamu membuat beberapa bangsawan memekik histeris.
"Jangan bergerak atau aku akan membunuh–" Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya, pria itu tergeletak bersimba darah dengan sebuah shuriken tertancap indah di kepalanya.
"Astaga, berisik sekali." Ucap Leona sambil mengorek telinganya yang terasa gatal dan menatap beberapa pembunuh bayaran yang kini menatapnya dengan marah.
"Oh, kalian mau lagi?" Ucap Leona sambil tersenyum mengejek membuat mereka saling tatap dan langsung bangkit menyerang Leona.
'Krak'
Suara retakan patah tulang terdengar menggema di aula yang hening membuat orang-orang bergidik ngeri. Leona dengan santai melempar tubuh tak bernyawa itu ke arah Iris yang kini meringkuk ketakutan melihat kekacauan itu.
"Kyaaa!!" Iris menjerit histeris saat melihat mayat pria yang mendarat indah di bawah kakinya. Tubuhnya gemetar ketakutan.
Leona dengan membabi buta menghabisi kelompok pembunuh itu dengan menggunakan pecahan gelas wine yang didapat entah dari mana membuat semua orang bergidik ngeri.
Jim yang melihat aksi Leona hanya bisa menghela nafas, begitu pula dengan Kazuma dan Kei. Jika gadis itu sudah turun langsung, jangan harap bisa berhenti sebelum puas menghajar orang yang mengganggunya.
Tubuh-tubuh itu terlempar ke sembarangan arah. Ada yang mendarat di pangkuan seorang bangsawan maupun keluarga kerajaan yang membuat aula di penuhi suara jeritan.
Sementara siswa akademi Moon Shadow menatap Leona dengan tatapan tak percaya. Gadis yang malas latihan ternyata sekuat ini? Apakah dia benar-benar Leona yang terlihat lemah saat latihan itu?
"Dia benar-benar gila."
"Jangan pernah menyinggung nya atau kau bernasib buruk."
Begitulah bisik-bisik yang terdengar di aula itu saat melihat Leona tersenyum manis sambil membantai pembunuh bayaran itu.
💠💠💠💠
Setelah membereskan kekacauan, kini acara di hentikan dan mereka di pulangkan lebih awal dari jadwal seharusnya.
Leona berjalan sempoyongan dan mendekati Jim lalu segera melompat menaiki punggung pria itu.
"Om, gendong Om." Ucap Leona dan bersandar nyaman di punggung Jim.
"Astaga, kau payah sekali." Cibir Jim kesal.
"Aku lelah dan kesulitan dengan pakaian ini." Sahut Leona.
Interaksi mereka menjadi pusat perhatian, khususnya dari keluarga Castallio.
"Leona." Panggil Calvian lirih membuat Jim menghentikan langkahnya dan berbalik. Dia melihat Calvian bersama Emillio yang berusaha menenangkan Iris yang masih terguncang.
"Lama tidak berjumpa, Tuan Duke." Sapa Leona hormat membuat Calvian tertegun.
"Apa yang kau katakan, Leona? Dia itu ayahmu!" Bentak Emillio.
"Oh, ya? Sejak kapan aku punya ayah? Yang ku tau ayahku tidak pernah peduli dan menyayangiku sejak ibuku meninggal." Sahutnya enteng membuat Emillio terdiam dan Calvian tertampar mendengar perkataan Leona.
"Bukankah putri kesayangan kalian itu adalah Iris? Kenapa memanggilku?" Sinis Leona membuat mereka tak bisa berkata-kata.
"Tapi Iris juga saudara mu." Sahut Emillio.
"Aku tidak ingat jika ibu melahirkan saudara untukku. Bahkan rambutnya tidak sama dengan milik ibu." Sahut Leona membuat mereka terdiam.
"Paman, kita pulang. Aku ngantuk." Rengek Leona manja.
"Kau salah makan? Aku jadi merinding." Ejek Jim saat mendengar rengekan manja Leona.
"Berhenti mencari gara-gara denganku, pria tua." Tukas Leona kesal.
"Aku tidak tua, asal kau tau." Sungut Jim.
"Ya, ya, ya karena kau belum memakai tongkat dan rambutmu belum memutih. Apa perlu aku membantu mu agar kau cepat tua?" Sengit Leona membuat Jim menghela nafas.
"Ah, maaf ketidaksopanan kami, Tuan Duke, Tuan Muda. Kalau tidak ada hal penting, kami permisi." Pamit Leona.
"Paman, ayo jalan. Mendadak udara terasa panas dan tiba-tiba aku ingin berendam air es." Rengek Leona manja.
"Kami permisi." Lalu Jim segera meninggalkan keluarga Castallio yang menatap kepergian mereka dengan sorot mata penyesalan.
Orang-orang yang melihat drama itu berbisik-bisik yang membuat mereka semakin malu.
"Anak pungut yang bertingkah seperti anak kandung, ya. Benar-benar tidak tau diri."
"Aku pikir Leona itu seperti yang di rumorkan, ternyata dia di fitnah."
"Jika aku jadi dia, mungkin aku sudah mengakhiri hidupku. Leona benar-benar kuat, ya."
"Dia dijauhi karena tidak memiliki mana. Siapa sangka kekuatannya fisiknya begitu mengerikan."
Segera keluarga Castallio pergi dari sana dengan segudang penyesalan. Iris hanya bisa menundukkan kepalanya menahan marah.
Teman-teman Leona yang menyaksikan hal itu mendekati keluarga Castallio dan perkataan nya seakan menampar mereka.
"Kami tidak tau apa permasalahan kalian pada Leona. Dia itu gadis yang baik. Berkat dia, kami bisa menjadi kuat meskipun di cap siswa pembuat onar."
"Mungkin rakyat jelata seperti kami tidak pantas berbicara dengan bangsawan tinggi seperti kalian. Jika kalian merasa Leona terlalu menggurui, cobalah perhatikan sekeliling Anda. Bukan hanya Anda saja yang merasa kehilangan."
"Kami permisi." Ucap mereka bersamaan lalu segera pergi dari sana meninggalkan keluarga Castallio yang masih tertegun.
💠💠💠💠
Calvian menatap langit-langit kamarnya dengan kosong. Dia merasa menjadi sosok ayah yang gagal dalam masalah rumah tangganya. Meskipun dia di kenal sebagai pria berdarah dingin yang membantai musuh tanpa ampun, namun dalam membimbing anak-anaknya dia merasa gagal.
"Sampai kapan aku harus menjadi anjing di neraka ini." Lirih Calvian. Air mata mengalir dari sudut matanya.
Calvian menangis. Dia merindukan Miria dan rengekan Leona yang membuatnya bertahan dari tekanan raja yang lemah itu.
"Maafkan aku, Miria. Aku tidak bisa menjaga anak kita. Aku malah membawa anak luar dan mengabaikan Leona." Lirih Calvian.
"Leona, maafkan ayah. Jika saja ada cara untuk melepaskan diri dari kekangan raja, aku pasti akan membawamu pulang." Lalu tangis putus asa terdengar dari kamar Calvian.
Emillio yang mendengar tangisan Calvian tertegun. Pertama kalinya dia mendengar tangisan putus asa dan gumaman penyesalan dari kamar ayahnya.
Pemuda itu segera pergi ke kamarnya, sejak kepergian Leona, dia merasa semuanya berubah. Tidak ada lagi yang mengganggunya, tidak lagi terdengar keributan maupun rengekan dari Leona yang meminta perhatiannya.
Sementara Iris masih terguncang dengan kejadian tadi. Kekacauan yang penuh darah serta lemparan tubuh tak bernyawa mash terngiang-ngiang di kepalanya. Dia menggertakkan giginya lalu membanting barang hingga pecah.
"Leona sialan! Aku akan membunuhmu!!" Raung Iris histeris yang terdengar dari luar.
Emillio yang sedang melintasi kamar Iris terhenyak dan memasuki kamar gadis itu diam-diam. Dia ingin mendengar dengan jelas melalui telinganya sendiri.
"Seharusnya kau tidak muncul, Leona! Seharusnya aku membuatmu terbunuh di tangan keluargamu sendiri!!"
'PLAAKK!'
Sebuah tamparan cukup keras mendarat tiba-tiba di pipinya hingga tertoleh. Iris mengambil sebuah benda dan hendak menyerang orang yang telah berani menamparnya. Namun seketika tubuhnya mendadak kaku saat melihat seorang pemuda yang menatapnya dengan tatapan membunuh.
"DASAR TIDAK TAU MALU! SUDAH UNTUNG AYAH KAMI MAU MENAMPUNG DAN MENYAYANGI ORANG SEPERTIMU!! APA TIDAK CUKUP DENGAN APA YANG KAMI BERIKAN?! DASAR TIDAK TAU BALAS BUDI!!" Raung Emillio yang sukses membuat Iris terdiam. Selama ini dia hanya bisa diam melihat kelakuan Iris yang manja dan menyebalkan.
"Kau sudah menjatuhkan nama Castallio dengan rumor buatanmu itu. Apa begitu caramu membalas kebaikan kami? Apa kau belum puas dengan apa yang kami berikan melebihi putri asli kediaman ini?" Desis Emillio membuat Iris menatapnya tak percaya.
"Kakak, a-aku.."
"Aku bukan kakakmu." Tukas Emillio dingin membuat Iris terhenyak. Pertama kali dia bertatapan langsung dengan Emillio, terlihat raut benci, kecewa dan kesedihan menjadi satu membuatnya merasa bersalah.
"Kau selalu menyalahkan Leona atas semua perbuatanmu. Leona sekarang tidak disini, dia tidak pernah kembali lagi ke rumah nya sendiri karena mu. Dia adalah putri kandung duke yang digantikan oleh orang yang tidak tau diri seperti mu. Aku menyesal telah membelamu, Iris."
Emillio segera pergi meninggalkan Iris. Dia sudah muak mengikuti keinginan gadis itu, bahkan selama ini dia selalu memperhatikan sikap Iris yang ternyata sangat bertolak belakang dengan raut wajahnya.
"Leona, maafkan aku."