seorang anak yang memiliki kelebihan bisa mendengarkan bisikan-bisikan dari alam dan hewan-hewan, hingga dia dianggap gila oleh warga desa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hambali balon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 : Kemenangan Alam
Beberapa hari kemudian Desa sudah damai, Kepala desa mengakui kesalahannya, karena dia telah menerima uang dari pengusaha itu,
“sudah kamu sudah meminta maaf kepada seluruh warga” abizar menasehati kepala desa
“terimakasih Pak, tetapi pengusaha itu minta kembalikan uangnya pak, ada beberapa uang yang sudah saya bag kepada warga dan sudah ada yang terpakai dengan saya”
“huhuhu, kepala desa gak becus” salah satu gara berbicara, karena kesal
“sudah-sudah” abizar menenangkan para warga “sudah masalah itu biar saya yang menggantinya”
“terimakasih Pak.”
Abizar mengganti beberapa uang yang sudah di pakai kepala desa dan yang sudah dibagi oleh warga, dan Abizar bermohon kepada para pejabat pemerintahan agar bukit tidak dieksploitasi, karena bukit adalah tempat sakral yang dilindungi oleh para warga untuk menjaga adat istiadat dan leluhur yang ada.
alam dan para leluhur berbisik ‘terimakasih Danu, kau dan para warga berjuang untuk tetap menjaga kami, dari tangan orang-orang yang serakah dan tidak bertanggung jawab’
‘hmmm, kalian tidak perlu berterima kasih dengan ku. kita hidup berdampingan kita tetap selalu saling menghormati dan menjaga’
para warga kembali ke rumahnya masing-masing dengan hati yang gembira, karena kemenangan mereka menghadang pengusaha itu, sedangkan anak-anak didik danu dan sari masih mengikuti danu berada di lokasi.
“kalian tidak pulang dengan orang tua kalian?”
salah satu anak menjawab “gak Kak danu, kami masih mau ikut kak danu. Entar sore saja kami pulang kak.”
“ya sudah kita ke rumah kak sari aja ya hari ini”
“oke kak.”
Abizar, bima, sari, danu dan para anak-anak didik mereka menuju rumah sari.
“Danu, om pulang ke kota dengan om Bima, sekalian mau mengurus masalah ini di pemerintahan pusat agar bukit ini menjadi cagar alam agar tidak disentuh oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab”
“baik om, hati-hati di jalan ya om”
“iya Dan, om titip sari dan desa ini sama kamu”
“iya om”
“sekalian pesan om, agar didik anak-anak ini untuk lebih mencintai alam”
“iya om, danu pesan om pasti Danu laksanakan”
“terimakasih, sari jaga diri kamu ya, sering beri kabar keadaan desa. Assalamualaikum”
“iya pah, titip salam buat ibu sama sarah ya pah.”
“iya Sari. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam” sahut mereka yang berada di rumah sari
Abizar pulang ke kota bersama Bima “syukur lah Zar, masalah ini selesai, kalau tidak aku merasa malu sekali dengan Mamat, mau aku letak dimana muka ku nanti kalau sudah menghadapnya” bima berbicara saat di mobil
“iya Bim, kita juga harus menyelesaikan sampai tuntas permasalahan ini di pemerintahan pusat, agar desa tidak di usik lagi”
“iya Zar, aku sangat setuju, ngomong-ngomong kapan kamu nikahkan Sari dengan Danu, aku lihat mereka sudah sangat dekat”
“yah, kalau masalah itu aku tinggal si sarinya saja. Aku juga tidak bisa memaksakan mereka untuk cepat-cepat”
“iya juga sih”
“ya sudahlah, yang penting kita fokus menyelesaikan ini dulu Bim”
“oke kalau itu aku siap bantu kamu.”
kembali ke desa, Danu, sari dan anak-anak didik masih bersantai di rumah Sari.
“Kak danu selanjutnya kita ngapain”
“yah, kita tunggu saja keputusan papa nya kak sari, gimana urusan papanya kak sari di kota. mudah-mudahan semuanya lancar, jadi desa kita tidak lagi di usik dengan orang-orang yang tidak bertanggung jawab”
“cemilan datang” sari membawa cemilan dari dapur
“asik. induk harimau bawa makanan, eh becanda kak sari, maaf”
“hmmm, tuh kan danu gara-gara kamu anak-anak jadi kebiasaan kalau bercandanya manggilnya induk harimau.” sari sedikit kesal
“iya maaf, tuh kalau bercanda jangan kuat-kuat nanti kedengeran”
“iya Kak” danu berbisik
“kalian pikir kakak gak dengar. kalau kalian berbisik berdua. Danu…..”
“Iya-iya, sudah-sudah nanti saja, kita lanjut”
“apa yang di lanjut danu”
“lanjut cerita nya lo Sar !!!”
“ya sudah makan ini cemilannya”
“iya kak.”
kegembiraan sudah terpancar dari wajah anak-anak didik danu dan sari, mereka sudah mulai mau bercanda lagi.
“besok kalian sehabis pulang sekolah dan sudah makan, kita kumpul di pohon beringin seperti biasa”
“ok kak Danu”
salah satu anak memberi pertanyaan kepada danu “kita mau cerita kisah apa Kak?”
“besok kita cerita kisah leluhur bukit”
“asik, jadi gak sabar ini”
“ya sudah kalian pulang, sudah sore ini”
“iya Kak.”
anak-anak pada pulang kerumah masing-masing, sedangkan danu dan sari masih berbicara berdua, “Dan, apa yang kita lakukan untuk kedepannya?”
“hmmm, aku punya saran sih, kita menanam pohon di pinggir hutan. gimana menurut kamu?”
“bagus sih”
“tapi aku gak tau cari bibit pohon”
“kalau itu gampang, Sari minta tolong saja sama papa, gimana?”
“hmmm, jangan ngerepotin papa mu terus. gak enak kita nanti”
“terus gimana hayo?”
“aku juga gak tau sih, kalau gak kita bicarakan ini dengan pak soleh”
“bagus sih, yah ujung-ujung nya juga pak soleh minta bantu sama om bima sama papa”
“iya juga, ya sudahlah terserah kamu aja Sar, yang penting bagus deh.”
“oke, besok aku telpon papa. oh iya kamu gak pulang”
“sekalian malam saja Sar. ngomong-ngomong aku gak boleh lagi di sini?”
“hmmm,” sari berfikir sejenak “hmmm, yah boleh lah, kalau bisa selamanya”
“mau nya dia itu”
“iya lah, emangnya kamu gak mau”
“hmmm, ya mau lah, tapi sabar ya Sayang.”
“iya Sayang”
kebersamaan danu dan sari membuat memperkuat cinta mereka berdua. keesokan harinya mereka berkumpul di pohon beringin seperti perjanjian mereka semalam. danu bercerita tentang leluhur yang ada di desa ini.
para anak-anak dan sari mendengarkan dengan seksama, tidak ada satupun yang berbicara selain danu, setelah danu selesai berbicara. Salah satu anak bertanya kepada danu,
“Kak danu, kakak kok tau semuanya?”
“kakak tau dari bisikan alam dik”
“terus kak, saat ini mereka berbisik apa?”
“hmmm, mereka saat ini senang melihat kita sudah memperjuangkan mereka”
“ohhh, gitu ya kak”
“iya dik”
ketika danu berbicara tentang leluhur, sari melihat danu sedikit aneh ‘aku lihat danu semenjak dari bukit malam itu, dia sedikit aneh’
‘apa aku mempertanyakannya sekarang?’
‘nanti malam saja deh aku tanyakan.’
“oh iya adik-adik, kak danu dan kak sari punya usul. nanti kita mau menanam, pohon di pinggir hutan, kalian mau ikut gak?”
sorak semua anak “ikut Kak”
“ya sudah, nanti kalau sudah ada pohonnya nanti kita kabari kalian”
salah satu anak menjawab “iya Kak”
“oke pertemuan hari ini kita sudahi karena sudah sore, waktunya kita pulang”
“iya kak”
mereka pun pulang kerumah masing-masing, ketika danu mau beranjak berdiri, danu ditahan oleh sari.
“sebentar dan sari mau bicara sebentar”
“iya aku sudah tau, apa yang mau kamu katakan. kita bicara di jalan aja, sudah sore ini”
sari terkejut ‘dia kok tau?’ untuk menyakinkan danu sari bertanya lagi
“emang apa yang mau aku bicarakan?”
“ayo kita ke bale-bale ladang saja bicaranya”
“iya” di perjalanan mau ke bale-bale danu langsung bicara di jalan
“apa yang kamu anehkan dari diri ku sar?”
“kok kamu tau sih”
“jika menurutmu aku aneh setelah aku pulang dari bukit malam itu, kau simpan saja rasa penasaran kamu”
“kenapa seperti itu Dan?”
“belum waktunya aku memberikannya kepada kamu Sar, sabar ya?”
“apa itu sangat rahasia Dan”
“iya Sar, sabar ya, kau percaya kan dengan ku?”
“iya, aku tunggu masa itu”
danu tersenyum dan berkata “iya sabar, aku pasti menceritakannya”
suasana sore yang damai danu dan sari pulang dengan mengendarai motor berdua, pelukan erat dari sari di pinggang danu membuat suasana hati mereka berdua menjadi lebih sempurna.