Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Hari berlalu begitu cepat bagi Lidya, rutinitas nya setiap hari hanya bekerja dan bekerja. Hanya tinggal menunggu waktu wisuda lalu dia bisa melanjutkan pendidikan nya di luar kota serta mengembangkan bisnis nya di sana.
Berbeda dengan Daniel dia merasakan hari-hari nya penuh warna yang indah. Rara adalah alasan nya bersemangat kerja di showroom Bahkan dia rela membeli mobil untuk memudahkan nya berkencan dengan Rara. Di sisi lain istri nya begitu kesepian di rumah...
"Kamu kenapa lembur terus? Kadang aku lihat papa lebih cepat pulang daripada kamu!" sindir Lizda saat suami nya tengah asik menatap ponsel sepulang kerja.
"Adikmu juga sering lembur kan? Sama aku juga sibuk seperti dia," jawab Daniel yang sama sekali tidak menatap istri nya berbicara.
"Lidya punya pekerjaan lain, dia punya resto bersama teman nya. Kalau kamu? Kenapa hampir setiap hari pulang malam?" Lizda masih mencecar Daniel karena suami nya jarang di rumah.
Ucapan Lizda tidak mendapat tanggapan apa-apa dari Daniel, hingga diri nya kesal dan mencoba merebut ponsel dari tangan suami nya. Daniel berusaha menepis nya berkali-kali.
"Ada apa sih sebenarnya di ponsel mu? Sampai aku bicara saja tidak kamu perhatikan!!" bentak Lizda.
Hingg tiba-tiba...
"Aduh perut aku sakit sekali, aaarghhh!" rintih Lizda sembari memegang perut nya.
"Ah manja kamu ini. Sebentar aku panggilkan bi Inah." Daniel beranjak keluar kamar berteriak memanggil bi Inah. Dengan cepat bi Inah menghampiri nya dan alangkah kaget nya saat melihat kondisi Lizda. Air ketuban nya sudah pecah menandakan dia harus segera di bawa ke rumah sakit.
Satu rumah panik Lizda dan Daniel di antar pak Bambang. Sedangkan Lidya satu mobil dengan Vonny dan Marco, bastian yang masih kecil selalu di tinggal dengan bi Inah. Tak lupa mereka memberi kabar ke Hesty.
*
*
Sesampainya di rumah sakit Lizda segera di bawa ke ruang persalinan. Seluruh keluarga menunggu di luar ruangan yang sudah di sediakan tempat duduk.
Melihat menantu nya begitu santai membuat Vonny geram, Daniel hanya sibuk memainkan ponsel nya tanpa ada wajah panik sedikitpun. Di lahap nya dia oleh Vonny seketika itu juga.
"Heh dimana otak mu? Istri mu sedang berjuang bertaruh nyawa bukan nya khawatir malah senyum-senyum bermain ponsel. Minimal kalau tidak sanggup menemani di ruangan kamu itu berdoa bukan malah cengengesan seperti orang gila!" pekik Vonny ke Daniel. Hesty yang baru saja tiba mencoba menenangkan agar tidak terjadi keributan.
Daniel tertunduk tidak melawan Vonny di hadapan banyak orang. Apalagi Marco sudah memandang nya sinis, benar-benar hanya Marco yang dia takuti.
Setelah menunggu beberapa lama akhirnya suster di ruangan memberitahukan bahwa Lizda sudah melahirkan anak laki-laki yang sehat secara normal. Semua keluarga mengucap rasa syukur.
Daniel di minta masuk untuk melihat anak nya, namun tidak ada raut bahagia dari dalam dirinya hanya ekspresi yang tidak bisa di artikan.
*
*
Keesokan hari nya Lizda sudah di perbolehkan pulang atas permintaan Marco karena dia ingin anak nya di rawat di rumah saja.
Marco mencarikan satu perawat untuk membantu Lizda setelah persalinan, agar Lizda bisa fokus ke anak nya. Marco juga menyuruh Daniel untuk libur sepekan menemani Lizda. Anak laki-laki tampan itu di beri nama Aska Syailendra Pratama.
"Lihat deh anak kita ganteng ya," ucap Lizda ke Daniel.
"Iya karena aku ganteng, kalau jelek pasti juga anak kamu jelek," jawab Daniel datar.
Daniel terlihat frustasi mengusap wajah nya dengan kasar dan dirinya nampak gelisah. Baru satu hari tidak bekerja membuat dirinya merindukan Rara.
"Kenapa sih kamu itu, mencurigakan. Ingat ya kamu itu tidak punya apa-apa di sini dan sekarang anak ini sudah lahir. Semua orang sudah tahu jadi kalau memang kamu muak hidup dengan ku kita bercerai saja. Aku juga sudah muak melihat wajah mu," ketus Lizda. Emosi nya memang tidak stabil terkadang dia sangat mempercayai Daniel tapi terkadang tidak sama sekali.
Daniel yang kesal terhadap ucapan Lizda memilih meninggalkan rumah begitu saja, tepat di sore hari dimana waktu nya Rara pulang bekerja. Lizda pun tidak menahan nya sama sekali.
*
*
"Aku sudah di dekat showroom, aku antar kamu pulang," ucap Daniel di telepon ke Rara.
Rara pun segera keluar showroom dan mencari mobil Daniel. Setelah melihat Daniel menunggu di sebrang jalan, Rara tersenyum saat masuk ke dalam mobil.
"Kamu kenapa jemput aku? Istri mu kan baru saja melahirkan. Sehari saja kamu tidak melihat aku membuat mu rindu kah?" goda Rara dengan meletakkan kepala nya di pundak Daniel.
"Bukan cuma aku yang rindu tapi juga ini." Daniel mengarahkan tangan Rara menyentuh pusaka nya.
"Ah bisa saja kamu, Mas." Rara terkekeh dan meremas barang milik Daniel itu.
Hubungan mereka sudah tidak ada rasa canggung lagi, justru Daniel lebih terlihat menyayangi Rara daripada istri nya sendiri. Mereka menghabiskan malam berdua di hotel. Daniel menceritakan kepada Rara niat nya untuk bercerai dari Lizda, karena dia sudah muak. Dan akan memulai kehidupan baru dengan Rara.
"Jangan, Mas. Kamu jangan bercerai sekarang," pekik Rara.
"Lho kenapa? Memang nya kamu tidak ingin hidup dengan ku tanpa gangguan istri sialan ku itu?"
"Kita belum menguasai harta nya, kalau kamu bercerai sekarang bagaimana hidup kita kedepan nya. Kamu juga pasti akan di pecat dari perusahaan mereka. Sabar dulu saja ya, aku justru punya rencana menarik." Rara rupanya secara terang-terangan menginginkan harta Daniel.
Daniel membulatkan mata nya mendekat ke arah Rara untuk bertanya rencana nya seperti apa.
"Aku dan pegawai lainnya berencana datang ke rumah mu lusa. Menyambangi istri mu yang baru saja melahirkan, nah di sana kita bisa bertemu lagi sebelum akhirnya kamu kembali bekerja di kantor. Pokoknya aku akan mengusahakan kita selalu bisa bertemu," ucap Rara.
Daniel menge-cup kening Rara karena setuju dengan rencana yang dia buat. Rara juga menyarankan untuk Daniel pulang dan meminta maaf ke istri nya.
*
*
Meskipun sebenarnya Daniel malas tapi dia tersadar hidup nya bergantung pada Lizda. Keluarga nya sangat kaya hingga mampu menunjang diri nya.
Sesampainya di rumah, Daniel melihat Lizda sedang menyusui anak mereka. Dia seketika merubah wajah nya memelas dan berlutut di hadapan Lizda yang sedang duduk.
"Sayang, maafkan aku. Aku khilaf, aku masih banyak kekurangan sebagai seorang suami." tangis Daniel di depan Lizda.
Lizda menatap nya tajam, bahkan Daniel belum pernah melihat istri nya mengeluarkan ekspresi seperti itu...