Menikahi Pria Tidak Berguna

Saat ini Felix dan Revina sedang makan malam di sebuah restoran. Sesekali Felix memandang wajah Revina. Melihat bagaimana suasana hati wanita itu saat ini.

"Ada yang ingin kau tanyakan ?" Revina sadar jika sejak tadi Felix memperhatikannya.

"Apa kau sudah mendapatkan informasi dari teman mu ?" tanya Felix menyelidiki.

Revina menggeleng sebagai jawaban jika sampai saat ini ia belum mendapatkan berita apa pun dari teman kantornya.

"Lalu bagaimana rencana mu selanjutnya ?" tanya Felix lagi yang merasa kasihan kepada istrinya.

"Tunggu saja beberapa hari lagi." jawab Revina pasrah menunggu kabar dari temannya itu.

Felix merasa kesal sendiri melihat Revina yang begitu sabar menunggu. Bagi Felix, ia sudah terbiasa mendapatkan informasi dengan instan. Jadi menunggu beberapa hari saja itu sudah sangat lama baginya.

Felix ingin mengatakan kepada Revina tentang apa yang sudah ia ketahui. Tapi nanti Revina pasti akan curiga kepadanya. Akhirnya Felix memilih diam saja. Cukup hanya dia yang tau akan hal ini.

"Sekarang kau ingin ke mana ?" tanya Felix ketika mereka masuk ke dalam mobil setelah selesai makan.

"Kita pergi ke swalayan. Aku ingin membeli beberapa barang." jawab Revina.

Felix mulai menjalankan mobilnya mencari swalayan yang berada di sekitar sana. Setelah berkendara selama sepuluh menit, Felix menghentikan mobil di depan sebuah swalayan yang cukup besar. Felix mengikuti Revina masuk kedalam dan menolong istrinya mendorong troli. Sedangkan Revina mulai memilih bahan makanan.

"Kau bisa masak ?" tanya Felix saat melihat Revina memilih ikan-ikan segar yang ada di sana.

"Tentu saja." jawab Revina tanpa mengalihkan pandangannya.

Selama menikah dengan Revina, sekali pun Felix tidak pernah melihat istrinya itu masuk ke dapur. Apa lagi memasak makanan.

Setelah memilih ikan, daging dan sayuran. Revina melanjutkan langkahnya menuju ke rak-rak sabun dan produk pembersih tubuh lainnya. Felix dengan setia mendorong troli di sampingnya.

Revina berjalan perlahan sambil melihat-lihat. Langkah kakinya terhenti ketika melihat sepasang suami istri yang sedang membeli produk susu untuk ibu hamil. Perut sang istri tampak sedikit membuncit menandakan jika wanita itu sedang hamil.

Entah apa yang dipikirkan oleh Revina saat ini. Begitu juga dengan Felix yang melihat apa yang di lihat oleh Revina. Felix dan Revina larut dalam pikirannya masing-masing. Sehingga mereka tidak sadar jika ada seseorang yang menghampiri mereka.

"Apa kau sedang hamil nak ?" seorang wanita tiba-tiba bertanya dengan nada lembut kepada Revina.

Felix terkesiap ketika mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Wajahnya seketika mengeras melihat sosok di samping Revina. Mommy !

"Ah, tidak nyonya. Aku hanya melihat-lihat saja." jawab Revina tersenyum sopan kepada wanita yang tidak dikenalinya.

"Jika belum hamil, kau bisa juga mengkonsumsi susu khusus untuk merancang kehamilan. Agar tubuh dan rahim mu sehat sehingga memudahkan mu untuk hamil." ucap wanita itu sambil tersenyum kepada Revina.

"Terima kasih atas saran yang anda berikan, nyonya." balas Revina masih dengan senyum diwajahnya.

"Sama-sama, nak. Dan kau.." wanita itu beralih melihat ke arah Felix membuat pria itu menelan ludahnya ketika mendapat tatapan mengancam dari wanita yang tidak lain adalah mommy nya.

"Sebagai suami berusaha lebih keras lagi untuk membuat istri mu hamil. Tapi jangan sampai membuatnya terlalu capek juga." lanjutnya lagi.

Wajah Revina bersemu malau mendengar perkataan wanita yang baru saja ia temui. Sedangkan Felix yang awalnya takut jika mommy Mery akan memarahinya berubah tersenyum saat Mommy nya itu menyuruh untuk membuat istrinya hamil.

"Baiklah, mo.., eh nyonya." Felix hampir saja keceplosan memanggil mommy dan ketika tersadar ia segera merubah panggilannya menjadi nyonya.

"Bagus." Mommy Merry menepuk lengan Felix karena patuh mendengarkan perkataannya seperti biasa.

"Baiklah nyonya. Kami permisi dulu." ucap Revina yang ingin cepat-cepat pergi dari sana karena masih merasa malu kepada Felix.

"Bisakah aku memeluk mu sebentar ?" pinta Mommy Merry kepada Revina.

"Tentu saja, nyonya." Revina merentangkan tangannya untuk memeluk wanita yang ternyata adalah ibu mertuanya sendiri, yang tidak ia kenal.

Wanita itu memeluk Revina dengan penuh kasih sayang. Revina pun merasa bahagia mendapatkan pelukan hangat dari seorang wanita. Selama ini mamanya tidak pernah memeluknya seperti ini.

"Terimakasih, nak." ucap wanita itu setelah melepaskan pelukannya.

"Sama-sama, nyonya. Kami permisi." ucap Revina kemudian berlalu di ikuti Felix di belakangnya.

Setelah berjalan beberapa langkah ke depan, Felix menolehkan pandangannya kebelakang. Ia mengedipkan sebelah matanya melihat mommy Mery yang masih tersenyum menatap ke arah mereka. Felix merasa lega karena mommy Mery tidak berbicara yang bukan-bukan di hadapan Revina.

Saat tadi Felix dan Revina sedang berbelanja, Mery yang kebetulan melewati jalan itu juga singgah di swalayan yang sama untuk membeli beberapa barang keperluannya. Tak sengaja Mery melihat putranya bersama sang istri sedang berdiri di stan produk susu kehamilan. Mery pikir menantunya itu sedang hamil. Ia pun mendekati keduanya untuk menanyakan langsung kepada Revina. Sayangnya jawaban yang di berikan oleh Revina tidak seperti dugaannya. Tapi Mery tidak kecewa. Setidaknya ia bisa memeluk wanita yang sudah menjadi istri dari anaknya itu. Ini kali pertama pertemuan antara Mery dan Revina.