Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Saat sampai di rumah dan turun dari taksi, Andini langsung terburu-buru membuka pintu gerbang yang terkunci.
Karena masih merasa panik, Andini sampai kesusahan membuka gembok yang ada di pintu gerbang. Sampai kunci yang dia pakai pun terjatuh berkali-kali.
Dari arah kejauhan, Indra yang tiba-tiba saja datang langsung menghampiri Andini sambil berlari dan sedikit teriak.
"Andini!"
Indra kini sudah ada di depan Andini.
"Indra?"
Tanpa ragu dan ingin menenangkan hatinya, Andini langsung memeluk Indra dengan erat saat melihat Indra ada di depannya.
Indra pun merasa heran ada apa dengan Andini. Karena kini tangan Andini sedikit gemetar sambil memeluk Indra. Nafas Andini juga sangat cepat sekali seperti orang yang sudah berlari.
"Din, kamu kenapa sayang? Hei."
Indra bertanya sambil mengusap punggung Andini.
"Aku takut Dra aku takut!"
Andini berbicara dengan nada bergetar.
"Takut kenapa? Ada apa sebenarnya?"
Indra mencoba melepaskan pelukan Andini dan kini menatap wajahnya yang terlihat sangat pucat sekali.
"Apa yang terjadi?"
Tanya Indra sambil memegang kedua pundak Andini.
"Aku takut. Aku sudah nggak mau tinggal di sini. Aku benci kota ini aku benci!"
Indra semakin kebingungan dengan jawaban Andini karena tiba-tiba saja Andini merasa sangat ketakutan seperti ini.
"Hmm. Yaudah sekarang kamu masuk dulu ya! Nanti cerita di dalam saja. Kamu butuh tenang dulu sepertinya."
"Em iya Dra."
Indra pun membukakan pintu gerbang kemudian langsung mengajak Andini masuk ke dalam rumahnya.
Di sini Andini terus memegang baju Indra karena saking merasa ketakutan.
Andini duduk si sofa, kemudian Indra membawakan segelas air putih untuk Andini.
"Nih minum dulu ya!"
Andini kemudian meminum segelas air putih lalu menaruhnya di atas meja. Indra juga kini duduk menghadap ke arah Andini.
"Kamu habis darimana sih Din? Aku dari tadi sangat khawatir, aku susul ke warung Bude katanya kamu sudah pulang dari tadi sore. Aku dari tadi menunggumu."
Indra bertanya sambil mengusap jemari Andini.
"Aku tadi izin sama Bude, karena ada keperluan bertemu dengan temanku yang waktu itu. Di jalan aku di goda sama laki-laki yang sudah tua. Aku di anggap perempuan gampangan bahkan dia menawariku dengan sejumlah uang, aku takut Dra, kenapa sih banyak sekali lelaki yang menganggap ku seperti itu. Aku benci sama hidupku ini aku benci!"
Andini tiba-tiba saja marah sambil menangis karena saking kesalnya.
"Dimana orang tua itu Din? Biar aku menghampirinya biar aku habisi manusia seperti itu."
Indra sangat marah karena tidak terima kekasihnya dianggap seperti itu.
"Aku nggak tahu dia sekarang dimana. Tolong Dra ajak aku pergi dari sini! Aku benar-benar sudah nggak kuat hidup di kota ini."
"Dari dulu kan aku sudah mengajakmu, tapi kamu yang selalu menolak dan membutuhkan waktu, karena kamu belum siap jujur dengan orang tuamu. Aku mau kok ajak kamu pergi dari sini."
"Tapi kali ini aku mau kok, aku sepertinya sudah siap jujur sama orang tuaku. Aku ingin sesegera pergi dari sini. Bahkan aku sudah nggak mau bekerja lagi di tempat Bude, aku sudah trauma bertemu dengan laki-laki lain selain kamu."
"Hmm ya sudah, mulai besok kamu nggak perlu kerja lagi ya, biar aku yang bilang sama Bude. Tapi beri aku waktu dua hari, aku mau membereskan semua berkas kepindahanku dari sini. Setelah selesai, kita berangkat ke Bandung, aku mau mengenalkan kamu dengan orang tuaku, setelah itu kita pergi ke kampung kamu kita menikah di sana."
Indra berbicara dengan wajah yang sangat serius sambil memegang kedua pundak Andini.
"Iya aku mau, aku ingin selamanya Dra sama kamu. Cuma kamu yang bisa membuat hati aku tenang dan merasa ada yang melindungi aku."
Jawab Andini sambil mengangguk.
"Iya sayang. Kamu sabar ya, tak akan ada lagi lelaki yang merendahkan mu dimana pun itu. Aku akan selalu menganggap kamu wanita yang spesial, kamu sangat berarti Andini buat aku. Aku mencintaimu sungguh sangat tulus dari hati."
"Aku juga mencintaimu Dra."
Indra pun memeluk Andini bahkan air matanya sempat menetes. Indra sangat tidak rela bila ada lelaki yang merendahkan kekasihnya itu. Karena Indra tahu bahwa Andini ini perempuan yang sangat baik di matanya. Andini sangat berharga sekali untuk Indra saat ini.
Setelah memeluk Andini, Indra pun berbicara sambil membelai rambut Andini.
"Maafin aku ya Din aku belum bisa sepenuhnya menjagamu. Tapi aku janji setelah kita menikah nanti, aku tak akan membiarkan kamu menangis lagi sedikitpun. Aku mau kamu terus bahagia hidup bersamaku. Dimana pun kita berada nanti."
"Iya Dra aku percaya ko sama kamu. Tapi janji ya setelah dua hari nanti, kita langsung berangkat dan pergi dari sini."
"Iya sayang dua hari, tapi selama dua hari ini kamu jangan keluar rumah ya diam saja di sini. Biar aku besok sekalian bicara sama Bude Rini, dia pasti mengerti ko."
"Iya Dra makasih ya, kalau bukan karena kamu aku nggak tahu bakalan bernasib seperti apa Di sini. Aku pasti sudah jadi perempuan gila di sini."
"Udah jangan bicara seperti itu yah! Mungkin ini sudah takdir dan cara tuhan mempertemukan kita. Jika kamu sedang di sampingku, aku ingin melihat kamu selalu tersenyum, aku sungguh nggak rela Din melihat kamu sedih dan menangis seperti ini."
"Iya Dra maafin aku. Mulai hari ini aku mau janji ko kalau tiap deket kamu, aku mau senyum nggak akan sedih-sedih lagi."
"Janji ya bener?"
"Iya janji sayang."
Andini pun berjanji sambil tersenyum cantik dan sudah tak terlihat air mata lagi di pipinya.
Indra kembali memeluk dan menenangkan Andini. Andini merasa hanya Indra yang bisa membuat hatinya dari yang sangat panik dan sedih menjadi tenang dan sejuk.
"Ya sudah, ini kan sudah malam, kamu istirahat ya! Aku harus pulang biar aku mulai mempersiapkan semuanya malam ini."
Indra pamit karena waktu juga sudah sangat malam dan ingin mempersiapkan beberapa dokumen yang harus dia urus esok hari.
"Tapi aku masih takut Dra."
Ucap Andini sambil menggenggam baju Indra.
"Nggak usah takut, nanti aku temani lewat telfon deh sampai kamu tidur. Bila perlu video call."
"Hmm padahal kamu nginep aja di sini."
"Nggak bisa sayang, katanya sudah nggak sabar ingin pergi. Banyak dokumen yang harus aku siapkan soalnya di rumah."
"Ah, yaudah deh. Tapi besok sebelum berangkat kamu mampir dulu ya ke sini."
"Iya gampang. Sekarang kamu istirahat saja ya. Aku mau pulang sekarang."
"Eh bentar bentar, tungguin di sini aku mau ke kamar mandi dulu, aku takut soalnya."
"Hmm dasar. Yaudah cepetan! Aku tunggu di sini."
"Oke sayang. Sebentar ya!"
"Iya cepetan!"