NovelToon NovelToon
OJO NGONO MAS'E

OJO NGONO MAS'E

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Perjodohan / Cintamanis / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Bennuarty

Dewi Sri, seorang gadis 23 tahun yang memimpikan kerja di kantoran. Gadis dengan penampilan biasa saja dengan logat Jawa yang medok. Dijodohkan dengan seorang pria yang lebih dewasa darinya. Yang seharusnya berjodoh dengan kakak tertuanya.

Lucky Albronze terpaksa menerima perjodohan dari orang tuanya karena balas budi berhutang nyawa. Padahal dia sudah punya kekasih hati yang di impikan menjadi pendampingnya kelak.

Dan mereka berdua menjadi punya kesepakatan dalam pernikahan, yang hanya untuk membuat orang tua masing-masing merasa bahagia.

ikuti kisah selanjutnya yuk!

🥰🙏 dukung author ya. makasih ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia tertawa

Setelah mandi dan berpakaian rapi, Sri pergi ke dapur untuk mempersiapkan sarapan. Sementara Lucky masih mandi. Amira hanya duduk memberengut di sofa. Begitu melihat Sri keluar dari kamar, Amira menatapnya sinis. Tampak sangat geram pada sri. Tapi Sri tak memperdulikannya.

Berpapasan dengan Beni yang sedang duduk di ruang tengah dan sibuk dengan laptopnya. Beni langsung bergerak berdiri begitu melihat Sri datang.

"Selamat pagi nona Sri" Beni mengangguk hormat.

"Selamat pagi mas" jawab Sri sambil berlalu.

Di dapur, seorang pelayan sudah ada disana. Sri mengerutkan keningnya. Entah kapan pelayan itu datang. Tahu-tahu sudah sibuk menyiapkan sarapan.

"bune" panggil Sri.

wanita yang kira-kira berumur empat puluhan itu berbalik. Begitu melihat Sri, dia langsung sedikit membungkuk hormat pada Sri.

"Nona"

Sri merasa canggung dengan sikapnya. Segera Sri menghampiri dan menepuk pundaknya.

"Sudah bune. Jangan formal begitu toh. Aku Sri. Bune siapa namanya?" Sri memperkenalkan diri.

"Saya Nuri, nona" jawabnya mengangguk hormat dan tersenyum canggung.

"Bune masak opo?"

"Eh, ini nona. Saya buat omelet saja. Tuan Lucky suka" Jawab Nuri seraya melanjutkan pekerjaannya.

"omelet? Opo toh iku?"

Sri melongokkan kepalanya. Memeriksa masakan Nuri di teplon.

"Owalaahh.. telur dadar toh. Halaahh bune Iki. Keren Yo.. namanya omelet. Hihihiii.."

Sri terkikik geli. Dia kira omelet itu apa? padahal hanya telur dadar saja. Nuri juga tersenyum geli melihat tingkah nona mudanya. Istri tuan Lucky ternyata sangat ramah. Nuri menjadi merasa nyaman dan aman. Walau dia tidak mengerti seluruhnya apa yang di katakan Sri.

Sri duduk di dekat Bu Nuri. Memperhatikan wanita itu memasak. Lalu menghidangkan sarapan itu di meja. Ada empat porsi yang tersedia. Sri memperhatikan saja. Merasa takjub dengan masakan Bu Nuri. Memang hanya sekedar telur dadar. Tapi jika melihat tampilannya, sepertinya itu makanan yang sangat menyehatkan.

"Cantik banget tampilannya. Apa namanya bune?" tanya Sri.

"Ini omelet sayur keju, nona"

"Oohh..." Sri manggut-manggut. "Saya boleh cicip bune?"

"Silahkan nona"

Sri langsung saja mencicipi. Dan Sri tersenyum senang menatap Bu Nuri. Merasa puas dengan cita rasa masakannya.

"Wahh.. enak bune" Sri mengacungkan jempol. Bu Nuri tersenyum senang melihat Sri tampak bersemangat mencoba masakannya.

Menu omelet yang satu ini komplit banget. Kaya gizi dan nutrisinya. Sudah lengkap ada sayur seperti bunga kol, brokoli, dan wortel serta keju parut yang memberi cita rasa gurih. Pantas saja Bu Nuri bilang ini kesukaan Lucky.

Lucky dan Amira datang. Sri dan Bu Nuri menoleh menatap mereka. Sri agak tertegun melihat Lucky. Pria itu sangat tampan dengan setelan jas lengkap warna hitam, dan dasi merah maroon dengan kemeja putih. Sangat terlihat serasi di tubuh tegap Lucky.

Pandangan mereka bertemu. Sri tampak sedikit gugup menyadari dia menatap Lucky terkesima. Dan begitu melirik gadis di samping Lucky, segera Sri sadar dari keterpukauannya pada pria itu. Amira berdecih melihat ekspresi wajah Sri menatap Lucky. Cepat-cepat Sri menundukkan kepalanya lagi.

Lucky duduk bergabung di meja makan, tepat di depan Sri. Amira menyusul duduk di sebelah Lucky sambil menatap Sri dengan rasa tak suka yang sangat kentara. Bu Nuri berdiri sambil melirik Sri. Ada rasa tak enak hati di wajahnya melihat Amira dengan sikap sombongnya duduk di samping Lucky.

Sri cuek saja. seperti tidak merasakan kehadiran mereka berdua. Hanya fokus pada sarapan lezat di depannya, yang tiba-tiba rasanya menjadi hambar. Bu Nuri segera mengambil piring sarapan Beni. Membawanya ke tempat Beni.

Mereka bertiga sarapan dalam diam. Sesekali Lucky melirik Sri yang hanya menunduk melihat sarapan di depannya. Suasana canggung tercipta dengan jelas. Seperti ada angin sejuk yang membekukan seisi ruang itu.

"Sayang" panggil Amira pada Lucky.

"Hm?" Lucky menoleh pada Amira di sampingnya.

"Nanti siang, kamu ada acara?" tanya Amira sambil menyuapkan omelet ke mulutnya dengan sikap tubuh yang anggun.

"Aku kira nanti akan sangat sibuk. Kenapa Mir?"

Tampak raut wajah kecewa di wajah Amira. Tapi dia cepat menguasai diri.

"Aku mau makan siang sama kamu, sayang" rengek Amira manja.

"Hmm.." Lucky melirik Sri. Ada rasa tak nyaman dengan kemanjaan Amira yang di tunjukkan terang-terangan.

"Nanti aku usahakan" jawab Lucky agar Amira tidak melanjutkan lagi.

"Sayang, ini"

Amira menyodorkan omelet ke depan Lucky. Bermaksud menyuapi Lucky di depan Sri. Lucky masih diam. Melirik Sri yang juga menatapnya.

"Ayo Luck. Ini aku suapi" Amira sedikit memaksa.

Sri tahu apa maksud Amira berbuat begitu. Agar dirinya kepanasan. Bukannya cemburu, Sri malah merasa muak melihat itu. Sebelum Lucky membuka mulutnya menerima suapan Amira, Segera Sri bangkit dari duduknya. Membawa piring sarapannya dan beranjak pergi.

Sri bergabung bersama Beni dan Bu Nuri. Melihat Sri datang, Beni lagi-lagi berdiri. Bersikap hormat.

"Nona Sri"

Sri diam saja. Langsung duduk di depan Beni. Kembali menikmati sarapan paginya.

"Nona Sri, kenapa kesini?" tanya Bu Nuri.

"Di sana panas bune" jawab Sri asal saja.

"Hah? panas?" Bu Nuri merasa heran dengan jawaban Sri yang menurutnya tak masuk akal. Bukannya ada AC? kenapa panas?

Sri tidak menghiraukan Bu Nuri yang menatapnya heran. Hanya Beni yang mengerti apa maksud ucapan Sri.

"Ayo mas. Sini sarapan"

Beni masih berdiri saja. Tidak berani makan satu meja dengan istri bosnya.

"Mas Beni. Sini" Sri memaksa.

Beni menurut. kembali duduk di depan Sri. Menyantap sarapan dengan rasa canggung.

"Mas Beni sudah lama kerja sama mas lucky?"

"Lumayan lama nona. Tapi, kalau bisa.. panggil nama saya saja, nona" jawab Beni.

"Lahh.. Mas Beni kan lebih tua dari aku toh? Yo bioso lah" Sri mengibaskan tangannya.

"Tapi, nona.."

"Wes mas. biasa aja lah. Ayo ayo.. lanjut lagi makannya mas"

Sri memutuskan percakapan itu. Tidak mau Beni memintanya lagi. Sri mengalihkan pembicaraan ke topik lain. Merasa mendapat teman baru, Sri merasa nyaman dengan mereka berdua. Ngobrol bebas dengan selipan candaan sesekali.

❤️

❤️

❤️

Lucky agak kesal menatap Amira. Tapi tak urung dia menerima suapan itu. Amira tersenyum menang. Mengira Sri kepanasan melihat sikap manjanya pada Lucky.

"Sayang, bersikaplah dewasa" ujar Lucky lirih seraya meneguk air putih.

"Maksudnya?" Amira merasa tersinggung.

"Jangan menggodanya terus mir"

"Siapa yang menggodanya? apa aku salah besikap manja pada ke kasih ku?"

"Tidak salah sayang. Tapi tidak di depannya juga kan?"

Amira menatap Lucky dengan marah. Merasa Lucky membela Sri.

"Kenapa sih kamu? biasanya kamu baik-baik saja aku begitu" Amira memicingkan matanya.

"Amira, aku biasa saja. Kamu yang tidak biasa. Kamu berlebihan" jawab Lucky dingin.

Amira sangat kesal dengan jawaban Lucky. Menghempaskan sendok ke piring dengan keras. Hatinya sangat sakit. Lucky mulai berubah. Tak percaya Lucky bisa mengatakan itu padanya.

"Kamu berubah Luck" Lirih suara Amira.

Lucky menghela napas berat. Sangat lelah dengan semua ini. Amira jadi lebih posesif dari biasanya.

"Sayang, tolong menger..."

"Hihihiiii.."

Lucky berhenti bicara seketika. Merasa terganggu dengan suara tawa cekikikan dari ruangan lain. Ia tahu itu suara Sri. Terdengar mereka mengobrol dan tertawa.

"Apa Luck?" tanya Amira melenjutkan.

Lucky berusah tidak mendengarkan suara riuh dari ruang tengah. Ia fokus pada Amira.

"Sayang, maksud ku.."

"Hahaha.."

Kembali kata-kata Lucky menggantung. Terpotong dengan suara tawa Sri dan Beni di ruang tengah.

"Apasih yang mereka bicarakan?" gumam Lucky jengkel kerena merasa terganggu.

"Kamu dengar kan istri kampungan mu itu tertawa? norak! tau gak sih?" sungut Amira.

Mendengar ocehan Amira, hati lucky merasa terbakar. Ia merasa terganggu dengan tawa lepas Sri yang sedang mengobrol dengan Beni.

"Lepas sekali tawa itu" gumam Lucky kesal

Segera Lucky beranjak menuju ke ruang tengah. Berdiri memandangi Sri yang sedang terpingkal mendengar cerita Bu Nuri. Lucky melipat tangannya di dada. Menatap tajam kearah ketiga orang itu. Tapi sepertinya mereka belum menyadari kehadiran Lucky.

"Iya nona Sri. Tuan Lucky jadi marah sama pak Beni. Hahaha..." Bu Nuri terbahak.

Tapi seketika tawanya berhenti mendadak. Mendelik melihat ke depan. Wajahnya pias melihat Lucky menatapnya tajam. Sri dan Beni menyadari gelagat Bu Nuri, langsung menoleh kesamping.

"Tuan Lucky"

Beni langsung berdiri dengan gugup. Wajahnya juga pucat pasi. Merasa bersalah sudah duduk dengan istri tuannya dan mengobrol.

Sementara Sri bersikap biasa saja. Hanya menatap Lucky sejenak lalu memalingkan wajahnya lagi melihat beni dan Bu Nuri yang sudah gemetar takut.

"Kalian membicarakan aku?" tanya Lucky dingin.

"T-tidak... t-tuan" jawab Bu Nuri menunduk sambil menggeleng.

"Bu Nuri cerita tentang saya tuan" sahut Beni takut-takut.

"Hem" Lucky hanya berdehem. Menatap Sri tajam. Tapi gadis itu tidak melihatnya. Membuat Lucky jengkel setengah mati. Sri tidak takut padanya.

"Beni, antar nona Sri pulang" ujar Lucky dingin.

"Baik tuan" Beni membungkuk hormat.

Mendengar perintah Lucky, Sri tidak berkata apapun. Langsung berdiri dan beranjak ke kamar, Lucky hanya memandanginya dengan dingin. Lalu menatap Beni dan Bu Nuri.

"Kalian di sini untuk bekerja. Bukan mengobrol"

Bu Nuri semakin mengkeret takut. Sementara beni diam seribu bahasa. Beni tahu kenapa Lucky marah. Tidak suka miliknya tertawa bukan karenanya.

Sri mengambil ponsel dan tastangannya di kamar. Tanpa basa-basi lagi, Sri langsung menuju ke pintu di ikuti Beni di belakangnya. Pergi tanpa permisi pada Lucky. Hatinya sakit dan tersinggung. Merasa di usir dari apartemen Lucky.

1
Intan Arista
Luar biasa
Intan Arista
Lumayan
Andaru Obix Farfum
warna otak udang tuh kaya apa ya kak
Dahlia Kartono
bagus ceritanya
Sri Wulan
pahit, nggak bisa berkiti kiti aku sama ryan😁
Mimie Lilis
takut bacanya
Mimie Lilis
geting sh ng lucky
Mimie Lilis
pinter koe sri😁😁😁
Mimie Lilis
goool juga
Nurina Ningrum
Luar biasa
Anonymous
kaya ijad d Upin Ipin hobby nya pingsan/Grin/
Meiriyana
modus yg halal, lanjutlah
Meiriyana
Luar biasa
Suyatno Galih
wkwkwkwkk ana ana Bae ramane mobile di dol bijone moreng dikon pending disit, ok la othor lanjut
Intan Risma Wandy
seneng sih critane diatas tpi endinge nagung bget thor mosok rong lahiran wes barrrr 😥😥
Ilham Rochman
seru bangeeet... alu ceritanya menghanyutkan naik turun seperti rollcoaster
Ilham Rochman
huahahahahaaa.... modyar kowe Agned
Ilham Rochman
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Ilham Rochman
hahahaa... seruuu thoor..lanjuut
Intan Risma Wandy
kapok kowe ditingal sri mingat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!