Evelyn hanya seorang gadis desa yang pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Beruntung sekali karena dia mendapat pekerjaan di Mansion Revelton, keluarga kaya nomor satu di Spanyol.
Namun siapa sangka ternyata kedatangannya malah membawa petaka untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu
"Perkenalkan dia Evelyn mulai hari ini dia akan bekerja bersama kalian sebagai pelayan pribadiku. Perlakukan dia dengan baik!" Setiap kata yang terucap dari bilah bibir berwarna merah itu terdengar begitu tegas dan tidak menerima bantahan apapun.
Manik hazel gadis bernama Evelyn itu menatap satu persatu orang yang sudah lama bekerja di Mansion ini sedangkan mereka sedang menundukan kepala saat sang Nyonya rumah berbicara. Panggil dia Clara Revelton.
"Madam Ling, tolong kau bawa Eve berkeliling. Seperti biasa lakukan tugasmu untuk membimbing setiap pelayan baru di Mansion ini. Dan kau Eve perkenalkan dia adalah Madam Ling kepala pelayan disini."
"Sekarang ikuti dia dan pelajari dengan baik apa yang dia ajarkan padamu."
Eve yang sedang menunduk langsung menganggukan kepalanya tanda mengerti, "Baik Nyonya."
Madam Ling juga terlihat membungkukan badannya, "Baik Nyonya, kalau begitu mari Eve ikuti aku." ucapnya dengan sopan lalu pamit undur diri diikuti oleh Eve yang juga melakukan hal yang sama.
"Aku akan menunjukan kamarmu dulu." Eve menatap sebuah bangunan lain yang berada di halaman belakang mansion. Itu adalah rumah khusus pelayan.
"Karena kau bekerja sebagai pelayan pribadi Nyonya jadi kau tidak perlu mengurus pekerjaan lain."
"Meskipun begitu kau tidak perlu sungkan jika membutuhkan bantuanku."
Sampai langkah mereka berhenti di depan sebuah ruangan, "Ini kamarmu. Sekarang simpan tasmu ke dalam karena aku akan membawamu mengelilingi mansion."
"Baik, Madam."
"Tidak perlu tegang seperti itu. Apa ini pertama kalinya kau bekerja?"
Lagi-lagi Madam Ling hanya mendapatkan jawaban dengan isyarat kepala yang dianggukan.
"Jangan bilang kau bisu, Nak."
"Ti-tidak, Madam." bantah Eve dengan cepat.
Madam Ling tersenyum kecil, entah kemana raut wajah yang selalu terlihat tegas dan keras itu. Madam Ling merasakan sesuatu yang berbeda bersama Eve. Dia jadi mengingat putrinya yang berada di desa.
"Mari kita mulai dari dasar, pemilik mansion ini adalah Tuan Keineer Revelton dan Nyonya Clara Revelton."
"Perlu kau tahu Tuan Kein memiliki watak yang keras maka dari itu jika nanti kau berhadapan dengannya jangan seperti ini, jika dia berbicara padamu kau harus menjawab jangan diam saja. Kau mengerti?"
"S-saya mengerti, Madam."
Madam Ling mencoba memaklumi sikap Eve yang terlihat pendiam, mungkin dia belum terbiasa. Wanita paru baya itu benar-benar membawa Eve menyusuri semua sudut mansion dan membuat Eve mengingatnya satu persatu.
Setelah selesai, Madam Ling membawa Eve kembali ke rumah khusus dan memberikan seragam pelayan yang akan dipakai oleh Eve nantinya.
"Ini pakaianmu, cepat kau ganti pakaiannya. Setelah itu ikut aku ke meja makan karena sebentar lagi waktunya Tuan dan Nyonya makan malam."
Eve langsung patuh, gadis itu buru-buru mengganti baju karena Madam Ling sedang menunggunya. Sebelum keluar Eve terlihat mengatur nafas beberapa kali, "Semoga aku tidak melakukan kesalahan." gumamnya.
Madam Ling tersenyum saat melihat Eve yang begitu telaten melayani sang Nyonya. Dengan satu kali diajari ternyata Eve mudah mengerti.
Gadis itu mengambilkan beberapa menu kesukaan sang Nyonya karena sebelumnya Madam Ling sudah menjelaskannya.
"Aku suka dengan pekerjaanmu. Hari pertama yang cukup mengesankan." puji Clara.
"Jangan terlalu memujinya, nanti dia besar kepala."
Mendengar suara berat itu, Eve membungkukan badan dan langsung bergabung dengan yang lain. Dia yakin suara itu milik Keiner Revelton yang baru saja datang ke meja makan. Untuk sekilas Eve mencuri pandang karena ingin melihat rupa tuannya.
Deg.
Manik hazel Eve bertemu dengan tatapan setajam elang yang sedang memperhatikannya, buru-buru Eve menundukan pandangannya karena merasa takut. Pria itu tampak tidak menyukainya.
---
Semilir angin malam menerpa wajah tampannya. Tampak Keineer hanya memasang wajah datar. Tatapan tajamnya memandang lurus rumah khusus pelayan dari balkon kamarnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" sepasang tangan putih melingkar di perut Keineer.
Membuat sang pemilik badan menoleh dan mendapati sang istri yang sedang tersenyum manis padanya.
"Untuk apa kau menambah pelayan lagi, Clara? Apalagi dia terlalu muda untuk dipekerjakan."
Clara sedikit memberengut, "Aku tahu kau pasti marah."
"Tapi apa kau tahu, Kein? Siang tadi aku hampir saja tertabrak sebuah mobil jika saja Eve tidak menolongku di waktu yang tepat."
"Saat aku bertanya ternyata dia baru saja sampai di kota dan sedang mencari pekerjaan. Kupikir akan lebih baik jika ku pekerjakan dia disini sebagai balas budi."
Mendengar itu Keineer langsung memeluk istrinya, "Apa ada yang terluka?" tanyanya khawatir.
"Tidak ada, Kein. Semua ini karena Eve. Jadi kumohon biarkan dia bekerja disini."
Keineer tampak menghela nafasnya, "Tapi Clara kau tahu betul peraturan mempekerjakan pelayan disini."
"Kumohon Kein."
Ada apa dengan Clara? Keineer tahu jika istrinya ini memiliki hati yang baik. Tapi kenapa wanita itu sampai memohon-mohon hanya demi seorang pelayan?
"Akan ku pertimbangkan."
"Kau memang suamiku yang terbaik!"
---
Keesokan harinya Eve diminta datang ke kamar utama.
"Apa kau suka bekerja disini?" tanya Clara.
"Tentu saja Nyonya. Terima kasih." jawab Eve yang sedang menggosok punggung Clara. Sebagai sesama wanita Eve merasa insecure melihat kemolekan tubuh Clara yang sempurna tanpa ada cela.
"Jangan canggung begitu, aku tidak akan memakanmu."
Eve tersenyum mendengar ucapan Clara. Saat ini Clara sedang berendam di dalam bathup. Dia sengaja meminta Eve melayaninya ketika mandi karena sejak kecil Clara memang sudah terbiasa dilayani.
"Sekarang kau boleh keluar, aku akan menyelesaikan mandiku."
Eve menutup pintu kamar mandi dengan pelan, tapi betapa terkejutnya dia saat mendapat tatapan tajam tuannya yang sedang duduk bersantai di atas ranjang.
Eve membungkuk sopan lalu bergegas pergi dengan kepala yang menunduk. Entah kenapa dia merasa Keineer menatapnya dengan tatapan lain. Terkesan misterius.
Tapi meskipun begitu perlu Eve akui bahwa Tuannya itu sangatlah tampan.
---
Dua minggu terlewati, Eve sangat beruntung karena dia bisa bekerja dengan mudah tanpa merasa kesulitan. Dia hanya perlu melayani Clara sebelum dan sesudah Clara pergi ke butik yang dikelolanya.
"Besok aku harus pergi ke Dubai, mungkin tiga atau empat hari. Selama itu kau bebas tugas Eve."
"Jika perlu kau boleh pergi berlibur." tawar Clara.
Eve menggeleng pelan,"Tidak Nyonya, saya akan tetap berada di mansion sampai Nyonya kembali."
Clara tersenyum tipis, "Sepertinya kau tipe orang yang setia ya."
"Saya berhutang budi pada Nyonya, jadi apapun yang terjadi saya akan selalu setia pada Nyonya."
"Terima kasih, Eve." ucap Clara tulus. Clara seperti mendapat teman baru padahal orang itu adalah seorang pelayan.
"Sekarang bantu aku berkemas!"
"Baik Nyonya." patuh Eve.
Clara membawa Eve masuk ke ruangan walk in closet. Sejenak Eve terpana melihat banyaknya lemari dan rak-rak yang berjejer dengan rapi berisi barang-barang yang super mewah.
"Ambilkan kopernya disana!" tunjuk Clara pada salah satu lemari yang terletak di paling pojok.
Eve mengangguk dan lagi-lagi dia dibuat menganga karena di dalam lemari itu tersimpan banyak koper-koper mewah mulai dari yang terbesar sampai ke yang terkecil.
"Ambil yang ukurannya sedang saja!"
Eve mengemas semua pakaian Clara dengan telaten, menata satu persatu barang yang dibutuhkan oleh Nyonya-nya saat di Dubai nanti.
Sementara Keineer pulang lebih awal dari biasanya, pria itu masuk ke dalam kamar tapi tidak mendapati keberadaan sang istri. Sayup-sayup Keineer mendengar suara dari ruangan lain.
"Sepertinya Clara ada di dalam."
Keineer membuka pintu dengan senyum lebarnya tapi sedetik kemudian senyumannya berubah datar. Selalu saja ada pelayan kecil itu di dalam kamarnya. Keineer melayangkan tatapan tajam yang membuat nyali Eve menciut.
"Nyonya, saya pamit keluar dulu. Panggil saya jika Nyonya membutuhkan bantuan yang lain." pamitnya.
Clara yang memang ingin bicara berdua dengan suaminya, mengijinkan Eve keluar dari kamarnya.
"Ada apa?" tanya Clara karena raut wajah Keineer terlihat masam.
"Sejak ada dia aku merasa kesulitan beraktivitas di rumahku sendiri. Kemana-mana dia selalu mengikutimu."
Clara memainkan telunjuknya di atas dada bidang suaminya, "Dia hanya pelayan dan kau adalah tuan rumahnya. Kau bebas melakukan apapun meskipun ada dia." balas Clara dengan kekehan.
"Maksudmu aku bebas seperti ini?" Keineer menarik tubuh istrinya dan meremas bokong sintal itu dengan penuh nafsu.
"Kein!" protes Clara.
"Kenapa? Bukankah kau bilang aku bebas melakukan apapun?"
Clara tersenyum manis, dia menangkup wajah suaminya dengan kedua tangannya.
"Aku harus pergi ke Dubai besok."
"Pergilah!"
Inilah yang Clara sukai dari seorang Keineer. Pria itu tidak pernah membatasi dirinya. Apapun yang Clara inginkan maka Keineer akan berusaha untuk menurutinya selagi itu membuat sang istri bahagia.
"Sebagai ucapan terima kasih aku akan memberimu hadiah."
Clara mencium suaminya dengan begitu agresif dan Keineer suka itu.
"Kita pindah ke ranjang." bisik Keineer dengan nada sensual.
kok tamat sihh ??
harap Carol membantu Eve mengumpul harta untuk masa depannya,jika Eve di buang, dia tidak terlunta lantung, kerana Kiener yang merusakkan masa depan Eve
gak niat banget nulis cerita, kalau emng punya kesibukan mending kasih catatan bilangya Hiatus dulu..jangan asal selesai aja padahal ceritanya gak selesai🙄