Di hari pertunangan, Emily mendapatkan kenyataan yang pahit di mana Adik Tirinya yang bernama Bertha mengatakan kalau tunangannya yang bernama Louis lebih mencintai Bertha dari pada Emily.
Untuk membuktikannya Bertha dengan sengaja mendorong Emily ke kolam renang kemudian Bertha ikut menyemburkan diri ke kolam renang.
Ternyata tunangannya lebih memilih menolong Bertha dari pada memilih Emily. Di saat krisis seorang pria tampan menolong dirinya dan membawanya ke rumah sakit.
Di saat itu pula Emily memutuskan pertunangannya dan ingin membalaskan dendam ke keluarganya serta mantan tunangannya. Di mana Emily menikah dengan pria penolongnya.
Apakah balas dendam Emily berhasil? Bagaimana dengan pernikahan Emily dengan pria penolongnya, apakah bahagia atau berakhir dengan perceraian? Ada rahasia tersembunyi di antara mereka, apakah rahasia itu? Silahkan ikuti novelku.
Tolong jangan boom like / lompat baca / nabung bab. Diusahakan baca setiap kali update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Kasandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa yang kalian lakukan?
'Suamiku, segera pergi dan jangan kembali ke rumah. Aku hanya meminta untuk segera melapor ke polisi.' Ucap Emily.
Plak
"Dasar wanita si alan! Beraninya kamu menipuku!" Bentak pria pertama kemudian menampar pipi Emily dengan kekuatan penuh.
"Lebih baik kita pergi dari sini." ucap pria pertama sambil berdiri.
"Tapi Bos, bagaimana dengan gadis ini?" Tanya pria kedua.
"Untuk sementara lepaskan Dia dulu dan kita lihat nanti." Jawab pria pertama yang tidak punya pilihan lain.
Kemudian ke empat pria tersebut pergi meninggalkan tempat tersebut. Sepuluh menit kemudian Richardo berlari memasuki pintu utama dengan wajah kuatir karena pintu utama terbuka dengan lebar.
Richardo menghentikan langkahnya ketika melihat Emily berada di ruang keluarga dengan kondisi duduk di lantai dengan kedua tangannya di ikat.
Richardo langsung berjalan ke arah Emily kemudian membuka ikatan tali. Richardo melihat dua pipi Emily kanan dan kiri memerah dan terlihat jelas telapak tangan seorang pria.
"Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Richardo sambil menyentuh perlahan pipi Emily.
Emily hanya terdiam sambil menangis membuat Richardo memeluk Emily agar tenang karena tubuh Emily bergetar.
"Aku tidak akan mengampuni orang yang sudah berani menyakitimu, orang itu harus mati." Ucap Richardo sambil menahan amarah yang teramat sangat.
Setelah beberapa saat Richardo melepaskan pelukannya kemudian menggendong Emily ke arah ranjang.
Setelah Emily berbaring di ranjang, Richardo langsung menghubungi Daddy Richard dan menceritakan apa yang sudah terjadi.
Setelah selesai menghubungi Daddy Richard, Richardo menghubungi kedua saudara kembarnya untuk datang ke rumah menemani Emily.
Hingga dua puluh lima menit kemudian Daddy Richard, Mommy Kasandra, Oliver dan Olivia datang.
"Richardo dan Oliver, ikut Daddy." Ucap Daddy Richard dengan wajah serius.
"Baik, Dad." Jawab kedua anaknya dengan serempak.
"Mommy akan mengompres wajah Emily." Ucap Mommy Kasandra yang tidak tega melihat ke dua pipi Emily bengkak dan memerah akibat di tampar.
"Richardo sudah mengompres nya dan sudah di kasih salep." Ucap Richardo sambil berjalan mengikuti langkah Daddy Richard.
"Baguslah. Semoga saja bekasnya sudah hilang." Ucap Mommy Kasandra sambil memegang ke dua tangan Emily tapi Emily langsung mendesis.
"Ke dua tanganmu di ikat sama mereka?" Tanya Mommy Kasandra sambil menahan amarahnya.
"Iya, Mom." Jawab Emily.
"Maafkan sudah merepotkan Mommy, Daddy, Oliver dan Olivia." sambung Emily.
"Tidak perlu berterima kasih karena kamu sudah Mommy anggap sebagai putriku." Ucap Mommy Kasandra.
"Aku juga menganggap Kakak Ipar sebagai Kakakku karena Aku tidak punya Kakak perempuan." Ucap Olivia.
Kasandra tersenyum bahagia karena keluarga suaminya sangat baik dan tulus menyayangi dirinya.
Sedangkan di tempat yang sama hanya beda ruangan di mana ketiga pria tampan duduk di ruang keluarga.
"Daddy sudah menangkap ke empat pria yang sudah berani melukai Emily dan kini mereka berada di gudang kosong di pinggir kota." Ucap Daddy Richard.
Ketika Daddy Richard selesai menerima telepon dari putra sulungnya, Daddy Richard langsung meretas cctv untuk mengetahui siapa yang berani menyiksa Emily.
Setelah mengetahui wajah pelaku, Daddy Richard langsung menghubungi anak buahnya untuk menangkap ke empat pria tersebut.
Setelah selesai Daddy Richard dan Mommy Kasandra langsung pergi menemui Richardo dan Emily.
"Kalau begitu Richardo akan pergi ke sana." Ucap Richardo sambil berdiri.
"Aku juga ikut, Kak." Ucap Oliver sambil menahan amarahnya.
Oliver yang mendengar cerita Kakaknya langsung meretas dan dirinya sangat marah ketika mengetahui Kakak Ipar di tampar oleh pria tersebut.
Daddy Richard, Mommy Kasandra, Richardo, Oliver dan Olivia semakin menyayangi Emily. Hal itu dikarenakan di rekaman cctv, Emily tidak mengatakan keberadaan Richardo tanpa mempedulikan nyawanya terancam.
"Kalau begitu kalian berdua pergi dengan ditemani anak buah sedangkan Daddy dan Mommy akan berjaga di sini." Ucap Daddy Richard.
"Baik." Jawab Richardo dengan singkat.
Kemudian Richardo dan Oliver pergi meninggalkan Daddy Richard menuju ke arah gudang kosong di pinggir kota.
Skip
Kini mereka sudah sampai di gudang kosong di pinggir kota di mana ke empat pria sudah babak belur di pukul oleh anak buah Daddy Richard.
Ternyata Daddy Richard selain menyuruhnya menangkap ke empat pria tersebut, Daddy Richard juga menyuruhnya untuk memukulnya hingga babak belur.
Richard berjalan ke arah pria pertama kemudian menampar lalu memukul wajah pria tersebut karena sudah berani menampar pipi Emily sebanyak dua kali.
"Tuan Muda Richardo, tolong lepaskan Aku. Aku akan mengatakan semuanya." Mohon pria pertama yang mengenal siapa Richardo dan keluarganya Richardo.
"Aku tidak perlu mendengarkan apa yang akan kamu katakan." Ucap Richardo sambil menarik dasinya.
Kemudian dasi tersebut di balut di tangan Richardo membuat tubuh pria pertama gemetar karena dirinya tahu betapa kejamnya Richardo.
"Oliver, tolong suruh orang untuk menutup mulutnya!" Perintah Richardo dengan nada dingin.
Tanpa menjawab Oliver memberikan kode ke salah satu anak buahnya. Anak buahnya yang mengerti langsung mengambil lakban warna hitam.
Kemudian anak buahnya berjalan ke arah pria pertama lalu melakban mulutnya membuat pria pertama berusaha memberontak namun sia-sia karena ke dua tangan dan kedua kakinya di ikat.
Richardo memukul berulang kali dengan sekuat tenaganya ke arah wajah pria pertama hingga lakbannya sebagian terlepas.
Richardo melihat ke dua sudut bibir pria pertama mengeluarkan darah segar dan ke dua pipinya lebam-lebam namun Richardo tidak peduli akan hal itu.
"Katakan padaku, siapa yang menyuruhmu?" Tanya Richardo dengan nada dingin.
"Orang yang menyuruhnya adalah Ayahnya Emily." Jawab pria pertama.
"Huh ... Ternyata Dia pelakunya." Ucap Richardo sambil menahan amarahnya begitu pula dengan Oliver.
"Harimau saja tidak akan mungkin memakan anaknya." Desis Oliver sambil menggenggam erat ke dua tangannya untuk mengurangi amarahnya.
"Apa yang Dia inginkan?" Tanya Richardo penasaran.
"Dia menyuruhku untuk memukul suaminya Emily dan juga memukul Emily hingga babak belur." Jawab pria pertama.
"Baik. Sekarang Aku akan memberitahu kamu kalau Emily adalah istriku. Jika kamu mengganggu istriku maka itu sama saja dengan mengangguku." Ucap Richardo dengan nada dingin.
"Sekarang Aku berikan tugas untuk membalas perbuatan mereka." Sambung Richardo.
"Aku tidak akan mungkin berani untuk melakukan hal itu." Ucap pria pertama.
"Jika seandainya Aku diberikan keberanian seratus kali lipat, Aku tetap tidak akan berani." Sambung pria pertama.
"Aku sama sekali tidak peduli. Kamu harus berani dan kamu harus menggandakan apa yang sudah kamu lakukan pada istriku." Ucap Richardo.
"Sekarang kamu dan ketiga anak buahmu kembali ke mansion Ayahnya Emily lalu lakukan ke mereka bertiga seperti yang kalian lakukan pada istriku. Apa kamu mengerti?" Tanya Richardo.
"Mengerti ... Aku mengerti." Ucap Pria pertama.
Richardo kemudian memberikan kode ke anak buahnya untu membebaskan ke empat pria tersebut.
Setelah itu mereka berempat pergi meninggalkan tempat tersebut diikuti satu mobil berwarna hitam yang berisi enam orang sambil membawa pistol.
Ke empat pria tersebut tidak mempunyai pilihan lain untuk tidak menolaknya karena jika menolaknya maka nyawa mereka berempat akan melayang.
Kini ke empat pria tersebut sudah sampai di tempat kediaman Ayah Tio di mana Ayah Tio bersama istrinya sudah tidur begitu pula dengan Bertha.
Mereka berempat masuk ke dalam gerbang di mana para penjaga tidak berkutik ketika salah satu anak buah Richardo mengeluarkan pistol ke arah mereka.
Kemudian ke empat pria tersebut berjalan ke arah ruang keluarga sambil masing-masing membawa tongkat bisbol dan tali tambang.
Tongkat bisbol dan tali tambang sengaja diberikan oleh anak buahnya Richardo sebelum mereka keluar dari gudang kosong di pinggir kota.
"Hancurkan semuanya!" Perintah pria pertama.
Ketiga anak buahnya dengan patuh melakukan perintah bosnya. Ada yang memukul meja yang ada kacanya, ada yang memukul lemari kaca dan ada juga memecahkan vas keramik.
Suara pecahan kaca dan keramik membuat Ayah Tio dan Ibu Veni terpaksa bangun dan berlari ke arah sumber suara.
"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Ayah Tio dengan wajah terkejut karena orang suruhannya merusak rumahnya.
Qsqq I just got ss
Sqq sqsqss I will be there s I will be there in a few minutes if you want to come sssqsqssqsqqqqqqq me and I will be there in a few minutes if you want to come over and grab it and grab sqq and grab it and grab the kids and sqqq