Kehamilan merupakan sebuah impian besar bagi semua wanita yang sudah berumah tangga. Begitu pun dengan Arumi. Wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter bedah di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Ia memiliki impian agar bisa hamil. Namun, apa daya selama 5 tahun pernikahan, Tuhan belum juga memberikan amanah padanya.
Hanya karena belum hamil, Mahesa dan kedua mertua Arumi mendukung sang anak untuk berselingkuh.
Di saat kisruh rumah tangga semakin memanas, Arumi harus menerima perlakuan kasar dari rekan sejawatnya, bernama Rayyan. Akibat sering bertemu, tumbuh cinta di antara mereka.
Akankah Arumi mempertahankan rumah tangganya bersama Mahesa atau malah memilih Rayyan untuk dijadikan pelabuhan terakhir?
Kisah ini menguras emosi tetapi juga mengandung kebucinan yang hakiki. Ikuti terus kisahnya di dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Ada Mama Mei Ling
Tiba di dalam ruang baca, Rayyan dan Raihan duduk bersebelahan. Di hadapan mereka ada Firdaus yang sedang duduk di kursi empuk, menatap kedua putranya secara bergantian.
"Coba jelaskan pada Papa apa yang telah terjadi?" tanya Firdaus seakan menuntut untuk segera dijawab.
"Memang apa yang ingin Papa dengar? Bukankah Papa sudah tahu alasannya kenapa aku dan dia bertengkar." Rayyan menatap sinis pria yang sedang duduk di sampingnya.
Raihan balas menatap sinis ke arah Rayyan. "Dia sudah menghina Mama, Pa. Aku, sebagai anak tidak terima jika orang tuaku sendiri di hina orang lain!"
"Hinaan itu memang pantas diterima oleh ja*ang seperti Mamamu!" bentak Rayyan. Sorot mata pria itu bagaikan seekor naga yang siap menyemburkan api.
Firdaus bangkit dari kursi lalu menggebrak meja. "Rayyan, jaga bicaramu!" seru pria paruh baya itu. "Lena adalah Mamamu juga. Kamu harus menghormatinya."
"Sampai kapan pun, wanita itu tidak akan pernah menjadi Mamaku. Mamaku adalah Mei Ling bukan yang lain."
Firdaus tampak frustasi melihat sikap Rayyan yang keras kepala. Perangai pria muda itu mengingatkan dirinya sewaktu masih muda. Sehingga membuat dia harus bersabar dan memperbanyak istighfar sebab menghadapi anak seperti Rayyan sangat sulit jika dibalas dengan kekerasan.
"Nak, Papa tahu Lena memang bukan ibu kandungmu tetapi dia sudah menikah dengan Papa. Artinya wanita itu adalah Mamamu. Tolong hormati dia." Firdaus menurunkan nada bicaranya.
Rayyan terkekeh di tempat duduknya. "Sampai mulut Papa berbusa pun, aku tidak akan pernah menganggap Tante Lena sebagai Mamaku."
Pria itu kembali melirik Raihan. Kali ini tatapannya lebih dalam seolah ingin membunuh adik tirinya itu saat ini juga. "Tampaknya Papa lupa. Gara-gara wanita itu, Mamaku meninggal dunia tepat di hari aku akan melangsungkan turnamen taekwondo tingkat nasional."
"Papa lupa atau memang sengaja melupakan kejadian itu?" timpalnya dengan sinis.
Firdaus hanya bisa menghela napas kasar. Lagi-lagi, Rayyan mengungkit kejadian di masa silam padahal pria itu sudah berusaha untuk mengubur dalam-dalam kenangan pahit yang merenggut nyawa istri tercinta. Namun, putra sulungnya itu membuka kembali luka lama yang membuatnya semakin bersalah.
"Ray, kejadian itu sudah berlangsung lama. Sebaiknya kamu melupakannya dan berdamailah dengan masa lalu." Firdaus mencoba menasihati putra sulungnya itu.
Pria berusia setengah abad itu begitu frustasi. Entah dengan cara apa lagi dia menasihati Rayyan agar melupakan kejadian di masa lalu.
Sejujurnya, Firdaus pun masih merasa bersalah jika mengingat kejadian di masa lalu. Dia selalu dihantui rasa bersalah karena tidak bisa menjaga Mei Ling dengan baik. Bukan hanya menjaganya dari orang jahat tetapi juga menjaga perasaannya sebagai seorang istri yang sudah memberikan keturunan padanya.
Mendengar ucapan sang Papa, Rayyan berdecak. Pria yang baru saja menjabat sebagai wakil direktur rumah sakit di usia yang masih sangat muda itu terkejut, dia tidak menyangka Firdaus memintanya melupakan kejadian di masa lalu. Kejadian yang sudah membuatnya menjadi seorang piatu di usia belia.
"Papa boleh saja melupakan kejadian itu, tetapi aku tidak akan pernah lupa," ucap Rayyan dengan sorot mata penuh kekecewaan. Lalu dia bangkit dari kursi dan berjalan ke luar ruangan.
Ketika Rayyan hendak menaiki tangga, dia berpapasan dengan Lena yang saat itu akan ke dapur menyiapkan minuman untuk Firdaus. "Meskipun kamu sudah menggantikan posisi Mama Mei Ling di hati Papa, tetapi di hatiku tidak akan pernah ada nama Lena Setiawati. Encamkan itu!" bisik pria itu sambil berlalu tanpa menoleh ke belakang.
Lena hanya bisa mengelus dada. "Semoga kelak kamu bisa memaafkan kesalahan Mama, Ray," gumam wanita itu.
Bersambung.
.
.
.
Hai-hai ... otor remahan kembali update nih. Jangan lupa likenya ya kak sebab klik like itu gratis! 🤭
Episode selanjutkan akan update nanti siang. Terima kasih. 🙏
😢😭