NovelToon NovelToon
My Posesif Brother

My Posesif Brother

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Trauma masa lalu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Asmawi97

"Aletha jangan pulang terlambat!"

"Aletha jangan berteman dengan dia, dia tidak baik!"


"ALETHA!"


"KAKAK! Tolong berhenti mengatur hidupku, hidupku ya hidupku. Tolong jangan terus mengaturnya seolah kau pemilik hidup ku. Aku lelah."

Naraya Aletha, si adik yang sudah lelah dengan sikap berlebihan kakak tiri nya.

Galang Dwi Ravindra, sang kakak yang begitu membutuhkan adiknya. Dan tidak ingin sang adik berpaling darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmawi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

"Papa akan tetap pergi?" Galang, remaja empat belas tahun itu memandang sedih ayah nya yang sedang mengemas pakaian nya.

Tuan Angga Ravindra- sang ayah, memandang sedih putranya "Kami sudah memutuskan untuk berpisah Galang..."

Galang menggelengkan kepalanya. "Tidak! Papa tidak boleh pergi!"

Tuan Angga mengusap rambut putranya. "Maaf. Tapi Mama mu tidak akan suka bila Ayah tetap tinggal. Sehat selalu Galang. Papa minta maaf..."

Angga tidak sanggup lagi melihat kesedihan dimata putranya. Pengadilan sudah memutuskan dia dan Hera berpisah, juga sudah memutuskan hak asuh Galang dimiliki Hera. Yang harus dia lakukan sekarang hanyalah pergi. Meskipun berat harus meninggalkan putranya itu.

Galang memandang sedih kepergian ayahnya. Sejak kecil memang sudah biasa dengan pertengkaran ayah dan ibunya. Namun Galang tidak pernah menyangka bahwa puncak nya mereka berdua akan berpisah dan sang ayah meninggalkan nya.

"Papa... Kenapa harus meninggalkan ku?"

.

.

.

Tuan Angga menghela napasnya. Melihat sekali lagi rumah yang sudah lima belas tahun dia tempati bersama keluarga kecil nya. Namun masalah nyatanya terus menerus menerpa keluarga kecil nya itu. Sampai membuat istrinya Hera Sanaya, berakhir menggugat cerai dirinya. Hera dan dirinya memang menikah karena perjodohan. Awalnya tidak ada cinta antara mereka. Namun kehadiran Galang sejenak merubah kehidupan pernikahan mereka. Tapi lagi lagi masalah itu kembali menghampiri, Hera yang tempramen serta keras kepala. Tetap memutuskan perpisahan diantara keduanya bahkan tanpa memikirkan perasaan Galang.

"Galang....Ayah minta maaf..."

.

.

.

Sementara itu, di Rumah besar keluarga Adikara yang berada di Pulau Bali.

"Mama ... Kenapa berkemas?"

Hana, ibu cantik itu menghela napasnya. Memandang putri kecil nya. Saat ini tengah malam, tentu putrinya begitu heran tiba-tiba di bangunkan, serta seluruh pakaian nya sudah berada di dalam koper milik nya. Hana mengusap lembut pipi putrinya itu.

"Kita harus pergi Raya..." ucap Hana pada Naraya.

"Pergi? Pergi kemana Mama, ini kan rumah kita." Naraya, gadis kecil itu hanya mengerjap polos tidak mengerti dengan ucapan ibunya.

Hana semakin sedih melihat wajah polos putrinya. Namun dia sudah meneguhkan tekad nya. Belum lagi ibu mertua nya yang terus menekan dirinya untuk pergi. Serta dirinya yang sudah menandatangani surat perceraian nya dengan sang suami. Dan lagi, suaminya sudah memiliki istri baru sejak setahun yang lalu. Mana mungkin dia terus bertahan di tempat yang hanya membuat nya sesak saja.

"Pergi, pergi yang jauh dari rumah besar ini. Rumah ini tidak cocok untuk kita."

"Kenapa?" Raya kembali bertanya.

Hana menangis. "Kamu tidak lihat sayang? Ayah mu, nenek mu, mereka tidak menginginkan kita untuk tetap disini. Kita harus pergi ya?"

Naraya ikut sedih melihat ibunya menangis. Meskipun masih kecil, Naraya bisa merasakan bahwa nenek dan Ayah nya memang tidak begitu menyukai nya. Entah karena apa.

"Mereka benci kita ya Mama ?"

Hana menggeleng. Semua barang nya dan juga Naraya sudah terkumpul. Tinggal pergi dari rumah besar yang sudah ditinggali nya selama tujuh tahun ini. Hana punya sedikit simpanan. Jadi setelah ini, dia akan berjuang sendiri untuk putri kecil nya. Tanpa harus berada di dalam keluarga terpandang ini lagi.

"Sudahlah, semua barang Raya sudah masuk. Sekarang kita pergi yah?"

Naraya yang bahkan masih memakai piama nya itu menganggukkan kepalanya patuh. Hana tersenyum lalu memakaikan jaket tebal untuk putrinya dan keluar dari rumah itu.

Selamat tinggal Adikara. Maaf, aku tidak bisa terus bertahan di keluarga besar ini. Kau sendiripun telah terlarut dengan kesalah pahaman yang ibumu buat, kau juga menginginkan kepergian ku... Selamat berbahagia dengan wanita pilihan ibu mu itu...Juan Adikara, terima kasih untuk tujuh tahun bersama ku... 

"Ayo Raya. Kita pergi."

Raya mengangguk. Melihat lagi rumah besar yang sejak bayi sudah di tempati nya ini.

Selamat tinggal Ayah, Nenek... Dan Kakak... Raya pasti bakal kangen sama kalian... 

.

.

.

"Pengkhianat! Aku tidak suka Pengkhianat!"

"Aku membenci mu Angga ! Aku membenci mu yang tidak pernah benar-benar mencintai ku!!"

Hera memecahkan semua figura foto nya bersama sang mantan suami. Pernikahan nya yang memang sejak awal sudah tidak sehat kini berakhir. Hera sejujur nya sudah memiliki setitik rasa untuk Angga sejak memiliki Galang. Namun dia merasa, Angga  tidak pernah mencintai nya. Dan akhirnya dia memutuskan untuk berpisah. Tidak ingin terus terjebak dalam pernikahan tidak sehat nya.

"Aku membenci mu Angga. Sangat membenci mu!!" Hana terus berteriak marah sambil memecahkan barang barang di kamarnya.

"Mama ..." Galang menghampiri Mama nya yang sejak di tinggal sang Papa terus berteriak marah sambil memecahkan banyak barang. Namun Hera langsung memandang tajam putranya. Putra yang memiliki wajah serupa ayah nya.

"Kau, Galang... Aku juga membenci mu! Membenci mu yang memiliki wajah serupa ayah muuu!!"

PLAK

Hera langsung menampar wajah Galang. Membuat putranya itu membulatkan kedua bola matanya. Kaget dengan perlakuan ibunya ini. Hera tersenyum licik memandang Galang dan kembali melampiaskan amarah nya. Kali ini pada Galang. Dia terus memukuli putranya sampai merasa puas. Meskipun Galang menghindar. Hera tetap berusaha untuk memukul putranya itu. Ada perasaan puas saat melihat wajah serupa Angga  itu berteriak meminta ampun agar dirinya berhenti.

"Mama ... Sakit Mama ~" Galang sudah tidak melawan lagi. Hanya meringkuk di sudut kamar dengan sang Mama  yang berdiri menjulang di depan nya.

"Aku membenci mu. Sangat membenci mu!"

Galang terduduk pasrah saat sang ibu kembali memukul nya. Kali ini dengan sebuah payung panjang yang sudah berada di tangan Mama  nya. Dan Galang hanya bisa pasrah. Karena tidak ada yang bisa menolong nya.

Papa... Kau tega meninggalkan ku dengan Mama ... 

.

.

.

Hana memeluk tubuh putrinya yang sudah kembali terlelap saat menaiki kereta menuju tempat baru yang akan menjadi tempat tinggal nya. Memandang wajah polos putri kecil nya. Kembali menangis saat mengingat jalan hidupnya. Penuh drama dan lika liku kehidupan. Terlahir dari keluarga miskin, lalu menikah dengan seorang pria kaya. Namun pernikahan nya tidak berjalan dengan mulus. Perbedaan kasta nya selalu di perdebatkan oleh keluarga Kaya itu. Dan Hana sudah tidak sanggup untuk menahan semuanya. Apalagi mereka juga nampak tidak menyukai putri kecil nya yang polos.

"Semoga, kehidupan baru kita lebih baik. Semoga, kita tidak mendapatkan kebencian di tempat baru. Raya sayang, mari hidup bahagia nak. Mama menyayangi mu..."

"Sangat menyayangi mu.."

.

.

.

.

.

.

.

.

1 Tahun Kemudian...

"Hana, bersediakah kau jika menjadi istri ku?"

Hana membulatkan kedua bola matanya mendengar penuturan seorang pria yang beberapa bulan ini sering mengunjungi kedai mie nya. Angga Ravindra. Hana benar-benar menjalani kehidupan baru nya di tempat baru. Dengan uang simpanan nya Hana membuka sebuah kedai mie. Juga mendapatkan beberapa teman baru, termasuk Angga  yang selalu mengunjungi kedai mie nya hampir setiap hari.

"Angga, bukankah ini terlalu cepat? Kita bahkan baru beberapa bulan ini dekat. Kau sudah yakin padaku Angga?"

Hana jelas merasa ragu meskipun Angga  terlihat begitu baik. Apalagi kenangan buruk nya tentang pernikahan membuat nya takut untuk kembali memulai hidup baru bersama seorang pria. Hana tidak ingin membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

"Em. Aku sangat yakin Hana. Jadilah istri ku eoh? Dan aku, akan menjadi Papa untuk putri kecil mu itu." Angga  berusaha untuk meyakinkan wanita cantik yang sejak awal sudah menarik perhatian nya itu.

"Papa?" Hana dan Angga langsung membulatkan kedua bola matanya dan terkejut melihat seorang bocah tujuh tahun dengan seragam nya. Menghampiri kedua orang dewasa itu.

"Mama . Apa benar Om Angga akan jadi Papa nya Raya? Benar Mama?" mata bulat itu nampak berbinar saat bertanya pada ibunya. Begitu senang jika sosok paman baik itu akan menjadi ayahnya.

Hana nampak bingung. Namun Naraya  memeluk sang Mama dan memperlihatkan mata puppy nya. "Mama , Raya suka Om Angga..."

Angga tersenyum melihat hal itu. Sepertinya sudah mendapatkan restu dari calon putri kecil nya.

"Naraya. Apa maksud mu sayang?" Hana bertanya sambil berjongkok. Mensejajarkan tubuhnya dengan sang putri.

Naraya memandang om Angga yang selalu baik padanya.

"Raya mau punya Papa! Dan om Angga yang akan jadi Papa nya Raya yah..."

"Anak kecil tahu apa sih..." Hana mencubit pipi tembam putrinya gemas.

"Hana. Anak kecil ini tahu, bahwa aku cocok menjadi Papa nya. Iya kan Raya.?"

"Emm... Itu benar!"

"Ya ampun.."

"Hana. Aku butuh jawaban nya."

Hana memandang putrinya lalu memandang Angga . Menghela napasnya dan akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Hmm. Aku bersedia Angga. "

"Yeeay... Punya Papa baruuu!"

.

.

.

"Galang Ravindra!!"

Galang tersentak kaget saat mendengar teriakan serta gebrakan pintu kamarnya. Ibunya yang sudah berdandan dengan make up tebal nya itu menghampiri meja belajar nya.

"Kau bodoh atau apa ha?! Sudah ku bilang, setiap malam minggu kau harus berada di luar rumah!!"

Galang menghela napasnya saat ibunya tiba-tiba mendatangi kamar nya sambil berteriak marah. Dan entah mengapa sampai sekarang Galang belum bisa terbiasa. Karena sikap Mama nya itu, Galang bahkan menjadi seseorang yang pendiam. Di sekolah pun tidak punya teman karena Galang menjadi seseorang yang tertutup. Galang tidak punya siapapun. Ayahnya pun meninggalkan nya dengan sang Mama yang Galang pikir sudah gila. "Ta-pi Mama ..."

Hera mendengus jengkel dan menyeret lengan putranya. "Keluar sekarang juga! Bocah sial!"

Hera menghela napasnya. "Ya ampun kenapa juga pengadilan harus memberikan hak asuh mu padaku sih! Menyusahkan!"

Galang mengepalkan kedua tangannya erat mendengar ucapan sang ibu. Menghela napasnya keras dan menuruti kemauan ibunya untuk pergi keluar rumah. Walaupun di luar nampak hujan, namun sepertinya sang ibu tetap bersikukuh agar dia pergi. Setiap malam minggu, ibunya memang akan membawa seorang pria ke rumah dan menyuruh Galang untuk pergi keluar. Ibunya  bilang dia akan mengganggu. Dan itu menjadi satu dari banyak alasan yang membuat Galang membenci Ibu nya.

"Aku membenci wanita yang ku sebut ibu itu. Papa, kau tega sekali meninggalkan ku..."

1
nyonya
kaka gila ini mah
Mamimi Samejima
Penasaran banget sama kelanjutannya, update please! 😍
Shishio Makoto
Tidak sabar untuk kelanjutannya!
Asmawi97: Makasih dah jd komentar pertama ku.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!