Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 16
"Aku cuma bersikap yang seharusnya saja, Bu. Bukan membela siapapun. Salwa yang jadi korban keegoisan kalian, jadi berhentilah bersikap yang membuat nasib seorang anak akan lebih menderita." Sahut Yayuk yang menghembuskan nafasnya dalam, menatap tajam ke arah ibu dan Irma.
"Tau lah, ibu pokoknya gak suka sama Ningsih. Urusan Salwa biar jadi urusan Wandi." Balas Bu Patmi yang langsung berdiri dan pergi meninggalkan ruang tamu. Hatinya sudah kesal mendengar kalimat demi kalimat yang dilontarkan anak perempuannya.
Yayuk menatap nanar punggung sang ibu, lalu mengalihkan pandangannya pada Irma yang sudah memasang wajah masam.
"Kamu tau, kan. Kalau aku orang pertama yang tidak menyukai kamu. Karena sebagai perempuan aku juga bisa merasakan sakitnya dikhianati oleh suami. Meskipun sudah berkali-kali mengingatkan Wandi, tetap saja dia bebal dan semakin menggila, sampai tega meninggalkan anak istrinya demi kamu. Tapi, aku tidak akan diam saja, kalau sampai kamu bersikap melebihi batasan kamu terhadap Salwa, paham kamu?" Sambung Yayuk dengan menatap tajam ke arah Irma.
"Kenapa sih, mbak. Kamu selalu saja menyudutkan aku?
Seolah aku yang salah sendirian, adik mbak juga yang harusnya mbak marahin, dia yang mau dan dia juga yang milih aku daripada si Ningsih yang buruk rupa itu." Balas Irma penuh emosi, dia tidak terima terus terusan di maki oleh Yayuk.
"Jaga mulut kamu!
Ningsih itu cantik, sayang saja dia tidak bisa merawat wajahnya lagi. Karena dia sudah sibuk mencari uang untuk anaknya. Tidak kayak kamu, murahan, gatal dan serakah. Dandan dan rajin ke salon saja wajahmu masih biasa biasa saja, ngaca dan introspeksi dirimu. Dasar perempuan gila!" Bentak Yayuk penuh amarah, entah kenapa Yayuk selalu saja kesal dan benci tiap kali berhadapan dengan Irma.
"Apa?
Kamu bilang aku murahan, mbak?
Jaga omongan kamu, mbak. Jangan mentang mentang kamu kakak suamiku lalu seenaknya menghinaku. Aku bukan Ningsih yang bodoh itu, aku Irma yang tidak akan tinggal diam kalau ada yang mengusikku. Sekali lagi kalau kamu masih bicara buruk padaku, aku tidak segan segan untuk membalas kamu, mbak." Teriak Irma emosi, dadanya naik turun dengan wajah yang sudah merah padam.
"Halah, aku gak bakal takut sama ancaman kamu. Wandi itu sangat menghormati ku dan sayang sama keluarganya. Kamu berani menyentuhku, Wandi pasti akan menghajar kamu. Kita buktikan, kalau kamu tidak percaya." Yayuk menanggapi ancaman Irma dengan santai. Bibirnya tersenyum miring dengan wajah merendahkan.
"Dan mbak Yayuk juga harus tau, kalau mas Wandi sangat mencintaiku. Aku yakin, dia akan lebih memilih dan membelaku." Sahut Irma yang tak mau kalah. Percaya dirinya membuat Yayuk tertawa keras.
"Cinta?
Cinta kok masih bingung ngurusin mantan istrinya. Wandi itu masih suka sama Ningsih, karena aku yakin. Wandi bisa bedain mana perempuan terhormat dan mana perempuan murahan. Kamu cuma jadi pelarian saja, sih. Kasihan!" Sahut Yayuk sambil tersenyum tipis dengan memicingkan matanya.
"Kurang ajar kamu ya, mbak. Uuuurgh!" Irma tiba tiba menyerang Yayuk dengan bringas. Tapi tiba tiba Wandi muncul dan melihat istrinya tengah menjambak kakaknya. Amarah Wandi pun langsung meledak melihat pemandangan di depan matanya.
"Irma, apa apaan kamu. Lepaskan kakakku!" Bentak Wandi yang langsung menyeret tubuh Irma menjauh dari kakaknya. Sedangkan Yayuk sudah acak acakan rambutnya, karena Irma sudah berhasil menjambak rambut panjangnya.
"Kurang ajar! Dasar perempuan murahan dan gila!" Geram Yayuk yang langsung berdiri dan menampar Irma yang tengah dipegangi sama Wandi.
"Didik dan bawa pergi perempuan ****** ini dari hadapanku sekarang juga. Laki laki bodoh, nyari perempuan kok kelakuannya minus dan gak ada otak." Maki Yayuk yang melotot pada Wandi.
"Apa yang sudah kamu lakukan pada kakakku, Irma?
Lancang kamu, perempuan gak punya otak!" Maki Wandi yang langsung menatap nyalang ke arah Irma yang mengaga. Tak menyangka jika Wandi justru lebih membela kakaknya.
"Apa, mas?
Kamu lebih bela mbak Yayuk dari pada aku, istrimu?
Dia sudah menghina dan merendahkan aku. Wajar dong kalau aku gak terima dan kasih pelajaran ke dia. Agar mulutnya tidak terus terusan bicara kasar padaku." Irma membela diri dan tidak terima karena Wandi ikut ikutan menyalahkannya.
"Ada apa ini, kenapa ribut ribut?
Dan kenapa sama rambut kamu, yuk?
Kenapa bisa semrawut begini penampilan kamu?" Bu Patmi yang mendengar ribut ribut langsung keluar dari kamarnya.
"Tanya tuh, sama mantu kesayangannya ibu. Perempuan gila dan gak ada otak." Sahut Yayuk yang langsung pergi menuju ke kamarnya, lalu menutupnya dengan kasar.
"Kamu apakan, Yayuk?
Kenapa dia bisa semarah itu, Irma?" Tanya Bu Patmi menatap Irma dengan penuh selidik.
"Aku hanya membela diri, Bu. Mbak Yayuk sudah menghina dan merendahkan aku. Dia membandingkan aku dengan Ningsih. Aku tidak terima dan ingin memberinya pelajaran." Balas Irma tanpa merasa takut sama sekali. Dadanya naik turun karena rasa kesal belum hilang dari hatinya.
"Harusnya kamu itu bisa ngalah, dia itu lebih tua darimu. Hormati dan hargai kakak suami kamu. Lain kali, jangan bikin ribut di rumahku." Balas Bu Patmi yang langsung kembali masuk ke dalam kamarnya.
"Awas saja kamu, jangan ulangi sikapmu ini. Karena aku bisa menghajar mu sampai babak belur. Hormati keluargaku." Sambung Wandi dengan memasang wajah kesal pada Irma.
"Kamu kok justru marah ke aku, mas?
Aku ini istrimu loh, harusnya kamu lebih bela aku yang sudah direndahkan sama kakakmu itu." Balas Irma dengan mata melotot.
"Bukannya benar yang dikatakan kakakku, kamu itu murahan." Balas Wandi yang tidak perduli dengan perasaan Irma.
"Apa, mas?" Sahut Irma dengan mulut terbuka, kakinya mundur berlahan mendengar ucapan suaminya yang begitu jelas menghina dirinya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Dendam terpendam seorang istri
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tamat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️