Fahira Salsabila, seorang wanita yang ditinggal mati suaminya dan mempunyai satu anak perempuan bernama Yumna Arsyila.
Dia yang berstatus janda dinikahi oleh seorang pria yang bekerja sebagai Manager perusahaan ternama yang bernama Arka Ardinatha karena dijodohkan oleh orangtua Arka.
Fahira dinikahi tapi tak pernah disentuh oleh suaminya sampai dua tahun lamanya hanya dengan alasan tidak mencintainya.
Lalu bagaimana dengan perasaan Fahira yang tulus padanya, Apakah Fahira akan tetap terus bertahan dengan siksa batinnya ?
Atau justru dia akan pergi meninggalkan Arka ?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Tak Tersentuh
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 18
Esok harinya, Fahira berusaha untuk tetap biasa saja dihadapan Arka. Namun Arka yang sedang melangkah menuju meja makan merasa sedikit canggung berhadapan dengan Fahira.
Arka menarik kursi meja makan, dan duduk sesekali melirik Fahira yang masih sibuk menyiapkan semuanya. Yumna yang juga sudah lapar hanya menunggu Fahira selesai dengan pekerjaannya.
"Selamat pagi Yumna.."
Yumna yang mendengar Arka mengucapkan selamat pagi dan tersenyum padanya, membuat Yumna membalas senyumannya.
"Selamat pagi juga Papa.."
"Kau berangkat hari ini Ra ?" tanya Arka setelah suasana sedikit hangat.
"Berangkat.."
Fahira hanya menyahutnya singkat tanpa senyuman dan tak mau menatap suaminya itu. Fahira masih kesal dengannya, sudah beberapa kali Fahira mencoba untuk mendekatinya namun Arka masih saja tak mau menyentuhnya, pikirnya.
"Nanti kita berangkat bareng, oke Yumna ?"
Arka yang tadi menatap Fahira kini menatap Yumna untuk meminta persetujuannya.
"Nggak usah, aku berangkat sama teman Guru.." balas Fahira dengan nada ketusnya.
Hal itu membuat Arka langsung mengerutkan keningnya menatap sang istri dengan tatapan keheranan.
"Siapa ? Lelaki atau perempuan ?" tanya Arka penasaran.
"Lelaki.."
Fahira yang sudah duduk di samping Yumna lalu menyuapinya dengan telaten. Saat baru beberapa suap, ada suara klakson mobil di depan rumah membuat Fahira menoleh ke arah pintu.
Dia langsung bangkit dan melangkah menuju pintu lalu membukanya. Dia tersenyum lebar saat melihat teman Gurunya yang datang.
"Sebentar pak, mau masuk ikut sarapan ? Atau menunggu di ruang tamu ?" tawar Fahira dengan senyum ramah.
"Kebetulan saya sudah sarapan tadi, saya menunggu di luar saja.." sahut Wibowo membalas senyuman Fahira.
Arka yang mendengar itu tubuhnya meremang, rasanya ubun-ubun diatas kepalanya mendidih saat melihat Fahira dengan senyum lebar menyambut pria lain kerumahnya.
"Baiklah tunggu dulu ya Pak, saya lanjutkan sarapan dulu sebentar.."
"Ah iya Bu Fahira, lanjutkan saja. Aku akan menunggu.." sahut Wibowo sambil duduk diruang tamu.
Fahira lalu berbalik kembali melangkah menuju meja makan untuk menghabiskan sarapannya. Arka yang melihat itu tak terima, ekspresi wajahnya seakan tegang ingin menerkam Wibowo saat itu juga.
"Siapa dia ?" tanya Arka dengan nada tegasnya.
"Teman Guru, kan aku sudah kasih tahu tadi.."
Nada Fahira masih saja ketus, hingga membuat Arka semakin emosi.
"Biar aku yang mengantarmu.. Suruh dia pergi.."
Fahira langsung menoleh menatap suaminya dengan tatapan tajam. Dirinya sengaja ingin membuat Arka cemburu, agar bisa membuatnya jatuh cinta pada Fahira lebih cepat.
"Kenapa ? Kau cemburu ?" tanya Fahira dengan senyum sinis.
"Aku nggak cemburu, siapa yang cemburu. Aku hanya tidak ingin rumah tangga kita mendapatkan fitnah yang tidak baik.."
Penjelasan Arka membuat Fahira semakin tersenyum sinis. Fahira tak menyangka Arka akan mengatakan itu. Kemana saja dia dari awal pernikahan ?
"Apah ? Fitnah yang tidak baik katamu ? Dari awal kau membawa jalang kerumah ini dan kau bahkan menghabiskan malam manis bersama mereka ? Nggak pernah kamu memikirkan fitnah tetangga ? Kamu pikir aku tidak bisa membawa pria lain kerumah seperti kau membawa jalangmu itu ? Sangat mudah bagiku Arka.."
Braaakkk..
"Cukup Fahira !"
Arka menggebrak meja dan membentak Fahira membuat Yumna yang sedang makan terjungkat kaget turun dari kursi dan memeluk Bundanya. Sedangkan Wibowo yang mendengar dari ruang tamu pun langsung berdiri ingin masuk karena penasaran apa yang sudah terjadi didalam.
"Nggak usah teriak, nggak usah membentak. Kamu pikir dengan sikapmu yang selalu berteriak akan membuatku takut denganmu ? Tentu tidak, sikapmu yang seperti ini justru membuatku semakin muak !"
Fahira menatap tajam Arka dan meraih tangan Yumna dengan erat di pinggangnya. Setelah pelukan Yumna renggang, Fahira lalu menggenggam tangan Yumna untuk mengajaknya pergi.
"Ayo Yumna, kita pergi.."
Fahira menatap sinis Arka lalu berbalik melangkah pergi menuju ruang tamu meninggalkan Arka yang masih berdiri bersama emosinya. Wibowo langsung berdiri saat melihat Fahira keluar dan tersenyum padanya.
"Ah sudah siap Bu ?" tanya Wibowo sedikit sungkan.
"Sudah, ayo Pak.. Nanti telat sampai sekolah.."
Fahira berusaha untuk tetap tersenyum ramah pada Wibowo, dia lalu menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya kasar lalu melangkah menuju mobil untuk berangkat bersama Wibowo.
*
"Semoga dengan cara ini kau mau mulai membuka hati padaku Mas. Ini langkah terakhirku, jika dengan cara ini pun kau tak juga mau menyentuhku, maka maafkan aku.. Aku tidak bisa lagi hidup bersamamu.."
Sepanjang perjalanan menuju sekolah Fahira terus bicara sendiri dalam hatinya. Dia terus melamun, Wibowo yang berkali-kali menoleh ke arahnya membuat dirinya penasaran kemudian bertanya.
"Bu Fahira nggak apa-apa ?"
Pertanyaan Wibowo membuat lamunan Fahira buyar, dia menatap nya sekilas dan membenarkan duduknya lalu menyahut pertanyaan Wibowo.
"Ah aku nggak pa pa Pak, maaf.."
"Kenapa harus minta maaf Bu, jika sedang ada masalah cerita saja denganku. Siapa tahu aku bisa memberikan solusinya.."
Penjelasan Wibowo membuat Fahira sedikit tersenyum masam. Pertengkarannya yang tadi pasti Wibowo sangat mendengarnya. Namun Fahira tak mau gegabah, dia memikirkan lebih dulu apa langkahnya benar atau salah.
Tak terasa perjalanan mereka sudah sampai di Sekolah. Fahira turun dari mobil Wibowo membuat para Guru disana membicarakannya bisik-bisik.
Fahira yang tahu tak memperdulikan itu, dia berusaha untuk tetap biasa saja menghadapi mereka. Toh nyatanya dengan Wibowo tak ada hubungan apa-apa.
"Selamat pagi Bu.." Fahira menyapa semuanya dengan senyuman.
Dia lalu masuk ke kantor dan duduk di meja kerjanya diikuti Yumna. Fahira tak pernah melepaskan tangannya dari tangan sang Putri. Dia selalu siaga dalam menjaga Putrinya.
Saat bel masuk, Fahira menyiapkan buku yang harus dibawa ke dalam kelasnya. Kemudian dengan langkah tegas, Fahira menggandeng Yumna berjalan menuju kelasnya.
"Selamat pagi anak-anak.."
"Pagi Buuu..." sahut semuanya serentak.
Fahira meletakkan bukunya di atas meja dan mendudukkan Yumna di atas kursinya. Fahira lalu berdiri maju beberapa langkah untuk memberikan sedikit materi.
"Kemarin ada tugas ?" tanya Fahira sambil memukul pelan telapak tangannya dengan pulpen.
"Ada Bu.."
"Baiklah, keluarkan buku kalian.. Kita akan membahas materi tentang Dunia Sosial secara modern.. Ada yang tahu ?"
"Saya Bu.."
Fahira langsung memberikan materi pembelajaran dikelasnya. Dia juga bermain tebak-tebakan dan yang berhasil menjawabnya akan mendapatkan satu buah coklat darinya.
Semua murid merasa senang dan semangat setelah kehadiran Fahira dikelasnya. Fahira yang begitu lembut namun tegas, membuat semua murid merasa kagum padanya termasuk murid lelaki.
Beberapa jam kemudian, bel berbunyi. Itu tandanya waktu istirahat sudah tiba. Fahira lalu berhenti memberikan materi dan membiarkan muridnya keluar.
"Bu, ini dari saya.. Dibaca ya Bu.."
Fahira melihat sebuah kertas berwarna pink diberikan padanya dari Yoga. Entah apa isi nya Fahira tidak tahu, yang pasti dia merasa sedikit heran dengan muridnya yang satu itu.
"Apa ini ?" tanya Fahira menatap Yoga dan kertas itu secara bergantian.
"Em jangan baca disini.. Bacanya nanti dirumah ajah.."
Setelah mengatakan itu Yoga pergi keluar meninggalkan Fahira yang masih duduk dimeja nya bersama Yumna.
Mendapat perlakuan seperti itu Fahira hanya tersenyum menggelengkan kepalanya. Anak remaja jaman sekarang, lebih suka dengan wanita yang lebih dewasa.
"Ada-ada saja.. Ayo Sayang, kita makan di kantin.. Yumna sudah lapar kan ?"
Hal itu langsung diangguki Yumna. Keduanya berjalan bergandengan menuju kantin. Dengan riang Yumna berjalan sambil melompat kaki satu langkah demi langkah. Fahira yang melihat tingkah anaknya tersenyum senang.
...----------------...
Bersambung...