Simon adalah remaja berusia 16 tahun yang mempunyai pacar bernama Maria.
mereka sudah pacaran selama 3 tahun. ya, sejak SMP sampai saat ini. seluruh murid sekolah Bina Bangsa sudah tidak asing lagi dengan pasangan ini. bukan pasangan yang romantis sebenarnya namun mereka berdua sama sama berprestasi.
Simon yang pandai dalam berorganisasi dan calon ketua osis, sedangkan Maria yang berprestasi di bidang olimpiade sains.
Mari kita ikuti kisah cinta mereka disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemilihan Ketua OSIS
Pamflet dan baliho dengan nama calon ketua OSIS bertebaran di SMA Islamic Boarding school Bandung, semua siswa dan siswi sangat antusias dalam pemilihan ketua OSIS ini. Simon dengan gagahnya memakai jas almamater sekolah berwarna burgundi dan berdiri di atas podium untuk menyampaikan orasinya.
"Assalamualaikum temen temen, gimana kabar kalian?"
"waalaikumsalam.. Baik!!"
"Alhamdulillah, nama saya Simon Saya dari kelas 11 1 unggulan kelas paling kayak di sekolah ini hahaha bercanda..."
"huuuuu" sorak semua siswa/i.
"lanjut ya seperti yang sudah kalian ketahui bahwa kelas kami selama dua kali berturut-turut selalu menjadi kelas unggulan. dan siapakah ketua kelasnya? saya!!"
"gantengg bangett uuuu melelehhh"
"kak Simon! kak Simon! kak Simon!"
"Mashaallah itu wajah bening banget kaya artis korea"
"katanya ga pernah lepas wudhu. Makanya ga pernah pegang tangan lawan jenis"
"aaakkkk .. Calon imam kuuu"
"kak Simon! kak Simon!"
"pacarin boleh kali yaa.."
Begitulah anak anak kelas 10 meneriaki Simon. Semenjak MOS mereka memang sudah ngefans sama Simon.
"jadi, saya mohon dukungannya. Terimakasih sekian dari saya wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Prokprokprok.
gemuruh riuh tepuk tangan dan juga teriakan dukungan terus menggema di aula sekolah itu.
"baik, semuanya tenang dulu, selanjutnya kita akan mendengarkan orasi dari calon ketua osis kita selanjutnya. Silahkan Raffi!!!"
Prokprokprok..
"kak Rafiiiii semangatt!!!"
"Rafi! Rafi! semangat!!!"
****************
"hello brother!!"
Ucap seorang laki laki berpenampilan acak acakan menghampiri Simon dan merangkulnya.
Simon membalas rangkulannya
"kak Darren!! Ada apa tumben?"
"wuihhhh... Tau aja gue ada maksud"
"gue ada satu cewe inceran. Katanya dia kelas aksel, masuk angkatan lo. Jadi gue mau minta data kelas aksel. Biasa mau ambil nomor HP nya" Darren menaik turunkan alisnya.
Darren memang terkenal playboy, setiap mendengar ada cewek cantik di sekolahnya Dia pasti langsung mengincar cewek itu untuk dijadikan selingkuhannya ya hanya jadi selingkuhan karena pacar yang harus selalu diakui adalah Tisa. mereka sudah dijodohkan dari kecil.
"kak udah deh jangan berhenti main-main kasihan kak tisa."
"mumpung masih muda, lagian sejauh apapun gue deket sama cewek lain gue juga balik lagi sama Tisa kan"
"tapi nanti cewek itu yang bakal kena masalah. lupa apa kejadian waktu sama Cintya?"
"tenang aja kali ini Tissa nggak akan berani macam-macam"
"Oke nanti gue kirim sekarang lo baru keluar."
"ngusir lo ya!"
"udah sana keluar ah, gue lagi konsen nih!" Simon melanjutkan pekerjaannya dilaptop. Ia sedang membuat darft pogram kerja jika ia terpilih nanti.
"tenang aja, semua angkatan gue milih lo kok!"
"gue tau" jawab Simon pede. Ya bagaimana tidak, saingannya cuma Rafi, yang seluruh sekolah juga tau bahwa Rafi hanya bayang bayang Simon.
****************
Hari pemilihan OSIS pun tiba.
Semua siswa/i antusias untuk melakukan pemilihan ketua OSIS.
Secara bergantian perkelas, mereka memberikan suaranya.
Maria mengkondisikan teman temannya yang memang kurang tau dimana lokasi pemilihan ketua OSIS.
"Semuanya udah siap?"
"jangan lupa pilih kak Mon ya teman teman" Lucky kembali mengingatkan yang hanya dijawab anggukan oleh yang lain.
"Mar, lo pilih kak Mon kan?"
Maria mengangguk.
"iya iya bawell banget sihh"
"yakali aja lo milih kak Rafi karena gue liat lo lebih akrab sama dia."
"Mar abis ini jamkos?"
"Engga, enak aja kelas aksel jamkos. Kita ada pelajaran Biologi abis ini."
"yahh kok gitu sih, padahal kelas lain jamkos lohh.."
"suruh siapa masuk kelas aksel.."
"cape tau belajar terus" Clara mencebikan bibirnya.
"eh ini ke sebelah mana Mar?"
tanya Ayu ketika mereka sampai di pertigaan. Lokasi pemilihan dengan kelas mereka memang cukup jauh.
"sini, ikutin gue" jawab Lucky.
"abis ini gue izin ya Mar, gue kan timses jadi harus ngikutin penghitungan suara"
"hm.. " balas Maria mengangguk
Sesampainya mereka ditempat pemungutan suara, mereka langsung melakukan registrasi. Disana ada Tissa sebagai MPK yang ada di meja pendaftaran.
"nih TTD disini!"
"galak banget sih kak," goda Lucky.
"eh berani lo ya godain gue!" ucapnya lagi galak.
"itu bukannya yang kemarin ke ke kelas marah marah sama Maria ya?" Bisik Ayu
Tiara mengagguk.
"apa lo bisik bisik?"
"jangan marah marah gitu kak. Nanti cepat tua" Sandy, si cowo paling pendiam menyahut.
"ini kelas mana sih? Ga sopan banget sama kakak kelas?!" Tissa semakin marah, lalu ia meliahat diantara mereka ada Maria.
"ohhh pantesan, kelas si cewe centil itu ternyata!"
Tunjuk Tissa pada Maria.
"guys, kalian tanda tangan aja jangan bayak komentar. Abis itu langsung balik ke kelas. Lo Lucky, jangan genit mulu bisa kan?" tunjuk Maria ke Lucky.
"apa sih Mar, cemburu yaaa... Hemmm" Lucky balik menggoda Maria.
"Luckyy!!!!" ucap Maria geram
"iya iya sorry sorry!" Lucky mengatupkan tangannya.
Maria hanya menghentakkan sebelah kakinya kesal. Selalu saja begini, Lucky emang type cowo yang pecicilan suka menggoda cewe cewe dan tidak tahu situasi.
"ada apa sih ini? Sa, kenapa antirnannya panjang? Liat tuh kelas XI unggulan udah dateng"
"tau nih, anak kelas akselerasi belagu semua"
"eh maksud lo apa kak?" kini Clara tidak terima
Tissa berdiri,
"iya, emang kelas aksel ga tau diri ga sopan belagu! Apa lo? ga terima?"
Tissa sengaja mengeraskan suaranya agar semua orang mendengar,
"Clar, udah. Lo udah Tanda tangan kan?"
Maria memegang bahu Clara.
tiba tiba Tissa mendorong bahu Maria.
"ga usah sok kalem lo! lo kira gue ga tau sifat asli lo?"
"udah yuk, ga usah diladeni."
"wah seru tuh! Ada pertengkaran!!" ucap salah seorang siswa kelas XI-1 unggulan.
Cintia dan Simon yang mendengar itu langsung kedepan mencari tau, dan betapa kagetny Simon melihat Tissa sedang menunjuk nunjuk Maria.
"Lo ketua kelasnya? Pantes aja siswa nya ga berakhlak, ketua kelasnya aja kayak gini!"
"perasaan dari tadi yang marah marah lo deh kak. Kenapa sekarang lo malah marahin Maria, pake nunjuk nunjuk segala, lo kira itu akhlak yang baik? Udah kelas 12 kok masih kay gitu kelakuannya!" balas Lucky tidak terima. Ga boleh ada yang menginjak-nginjak kelas mereka.
"Semuanya udah bereskan? Ky sekarang ke arah mana?"
Maria tidak menanggapi lagi. Ia rasa tidak penting berdrama dengan oranglain. Masih banyak hal lain yang lebih penting.
"Semuanya, yuk... Gausah diladenin lagi kalo ga mau ada masalah lebih gede"
"gabisa gitu mar, gue ga terima ya nenek lampir ini nunjuk nunjuk lo dan ngejelekin kelas kita!" Kini Clara yang membela.
"Sand, lo urus Clara, Ky ayo tunjukin kita kemana selanjutnya."
"bent..."
"Lucky!!!" Maria menatap Lucky penuh ancaman
"iya iya, ayo,,"
"heh! Mau kemana lo kita belum selesai. Awas ya lo" Tissa hendak mengejar Maria, namun terhenti ketika seseorang mengatakan,
"kak Tissa bisa profesional?"
"eh?!"
"hahaha rasain lo nenek Lampirrr!!"
"udah Clar, ayo nanti kita ketinggalan." Sandy mendorong bahu Clara mngikuti teman kelasnya.
"wah, salut sih gue, Maria ga terpancing.."'
"siapa tuh tadi yang ditunjuk tunjuk sama kak Tissa?"
"wahh.. Jadi inget waktu Cintia juga dilabrak deh"
"Maria deh kalo ga salah. Itu loo yang katanya anak IMO itu, "
"oh iyaaa,, emang cantik sih, modis juga gaya nya. Pantes aja kak Tissa ga suka,."
"cantik, pinter, berprestasi. Siapa yang ga sirik? Gue aja cowo iri."
"maksud lo, lo pengen cantik juga kayak dia?"
"hahahaha" semua tertawa mendengar candaan anak kelas XI unggulan.
"yang tertib ya gaes ya." ucap Cintia
"iyaa buuu.." jawab mereka serempak.
mereka pun secara bergantian mengisi daftar hadir.
"kalian berdua ga bakal berantem kalo salah satu dari kalian kalah kan?"
Kini Cintia bertanya pada Simon dan Raffi.
"haha santay, gue udah siap kalah kok. "
"kalian gapapa kok ga milih gue guys, gue sadar diri"
"jangan gitu, gue ga mau menang mudah. Dukung Raffi guys, kasian kalo nanti suaranya nol! Hahaha"
Raffi mencebik kesal.
"awas ya lo, gue aduin Om Brian!!"
"aduin aja gue ga takut ble" Simon menjulurkan lidahnya lalau tertawa dan merangkul Raffi.
"ah ga seru kalian, kok malah akut gitu sih."
"cukup lo yang berdrama, kita mah engga iyakan?"
"yoi.."
"udah cepetan, tuh kelas Akselerasi udah pada keluar, sekarang giliran kalian." seru Tissa galak.
Setelah selesai pemungutan suara, selanjutnya dilanjutkan dengan jeda.
Namun karena ada pengarahan dari Pak Guntur, semua siswa dikumpulkan di aula tersebut.
"yayyy akhirnya jamkos!!"
Seru Clara yang saat ini sedang dilorong menuju aula.
"bentar lagi kalian bakal dipanggil kedepan sma pak Guntur untuk dikenalkan sebagai tim OSN sekolah."
"kita? lo juga kali Mar!"
"engga gue ga masuk. Gue masuk tim pembuat soal, jadi gaboleh ikut OSN"
"lah terus lo ngapain dong?"
"gue diem aja nontonin kalian wkwkwk"
"lo kok gtu sih Mar? Kalo mau melesat tuh ya ajak ajak dong!"
"dari kemarin kemana aja? Dikasih soal aja ngeluh mulu"
"iya iya sorry next lebih rajin deh biar kayak lo"
"tapi gue kira lo OSN Matematikaa Mar?" kini Lucky yang bertanya.
"gila lo ya ga bisa lah. Nih ya gue jelasin," Maria menjelaskan sambil sesekali menoleh kebelakang agar semua teman temannya tau.
"gue udah OSN dari SD kelas 5. terus di SMP kelas 1 gue dapet gold medal, nah pas tahun berikutnya gue ga boleh ikutan OSN matematika lagi di SMP. Makanya gue ikutan yang jenjang SMA. Dan Alhamdulillah dapet gold juga. Makanya tahun depannya ga boleh ikut lagi yang SMA tapi langsung seleksi buat yang internasional. Terus lolos nih, gue dapet gold medal lagi. Jadi gue diminta jadi tim pembuatan soal. Nah karena itu juga sekolah kita ga bisa ikutan OSN matematika."
"sekarang gue lagi ngejar IChO. mudah mudahan bisa sih tapi paling tahun depan"
"woahhh keren banget sih lo!!"
"pantes aja kemarin lo sombong nya minta ampun"
"iyalah gue punya hal buat disombongkan. Lah kalian?"
"candaaa..."
mereka semua tertawa bersama. Memang semenjak mereka berpelukan tempo hari, kelas mereka menjadi semakin dekat dan kompak.
****************
seperti yang sudah Maria ceritakan di perjalanan menuju aula. Mereka memang diperkenalkan oleh pak Guntur sebagai Tim OSN.
"jadi kekurangan orangnya akan diadakan seleksi lagi setelah kepengurusan OSIS yang baru terbentuk. Nantinya ada yang secara mandiri sukarela mengikuti seleksi, ada juga yang direkomendasikan oleh guru mata pelajaran nya. Jadi saya harap semuanya siap siap"
"cih, laganya aja olimpiade internasional, tapi ga masuk tim sekolahnya sendiri."
"siapa?"
"tuhh si cewek centil, Maria.'
"loh lo ga tau ya?"
"dia kan pembimbingnya"
"pembimbing guru kan bisa, masa harus dia?"
"tanya aja sama pacar lo, Darren tau kok."
"apa bawa bawaa gue?" kini Darren yang berbicara
"Maria"
"ohh calon gue.. Aww... Sakit Sa"
"barusan lo bilang apa?"
"hahaha.. Iya iya engga kok. Jangaan dilabrak lagi ya kasian."
"jadi dia beneran pembimbing OSN?" Tissa melongo ketika melihat Maria kedepan dipanggi oleh Pak Guntur.
"gue mau ikut seleksi kalo yang nyeleksinya dia hihi" Darren cekikikan ketika Maria menjelaskan teknis seleksinya.
"Darren!!!" Tissa menjewer telinga Darren.
Darren hanya tertawa.
Setelah pengarahan selesai, penghitungan suara OSIS dilanjutkan dan mereka yang diaula diminta untuk menyaksikan.
Hasilnya, tentu saja Simon yang menang telak.
" harusnya emang lansung dilantik aja ga perlu pemilihan kayak gini, ngabisin waktu dan anggaran aja"
Darren berkomentar.
"Lo sendiri ga mau calon tunggal kan?" kini Farrel yang menjawab.
"yaudah yok langsung sertijab aja. Lo udah beres semua kan?"
"iya,"
"gimana udah siap semua?" kini Pak Guntur Menghampiri.
"iya pak, ini berkasnya.. "
"Nissa tolong bawa teks pelantikannya."
"anggota OSISnya udah kumpul semua?"
"udah.."
"pak, untuk kelas akselerasi?"
"engga. Mereka ga ada yang boleh jadi anggota OSIS."
"tapi Timsesnya Simon Lucky anak aksel pak"
"itu resiko dia. Sudah ayo mulai.."
"alhamdulillah, pelantikan ketua dan anggota OSIS angkatan tahun 2024/2025 sudah dilaksanakan, sekarang saatnya kita sama sama mendengar sambutan dari ketua OSIS kita.. Berikan sambutan yang Meriah untuk Simon Prataya Ahmad"
prak prok prok
"wuuuuuu kak Mon.."
sorak sorai semua siswa yang menyambut Simon.
"ekhm.. Oke thanks, Bismilah.. Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.."
"waaikumsalam wr.wb"
Simon dengan sangat berkharisma menyampaikan pidato kemenangnagnnya.
"tidak akan ada yang berubah dari diri saya selain lebih dewasa dan lebih tampan"
"huuuuuu" semuanya bersorak..
Mereka sangat menikmati ketika Simon berbicara di depan karena dia selalu menyelingi pembicaraannya dengan canda tawa.
"tapi sebenarnya ada yang akan bikin kalian sedikit kesal dikepengurusan saya."
semuanya langsung terdiam.
"apatuuu" teriak seorang laki laki yakni Lucky.
"kepengurusan dewan disiplin, yang sebelumnya adalah anak anak MPK, maka untuk tahun ini akan saya ambil alih menjadi anak OSIS dan jumlahnya akan ditambah. Sehingga, untuk kalian yang masih bolos ketika pembiasaan mengaji akan mendapatkan konsekuensi secara langsung. Jadi, jangan bolos lagi pas ngaji ya! Terimaksih sekian dari syya, Wassalamualaikum wr. Wb."
"yaahhhhhh" ucap semuanya kecewa.
"kemarin aja seketat itu apalagi sekarang ya.. " komentar salah satu siswa
"good speak broher! Belajar dimana?" Darren dan Farrel menghampiri Simon dan menjabat tangannya.
"nice bro, gue bener bener pensiun dengan tenang" kini Farrel menepuk bahu Simon.
"thank kak. Gue masih butuh bimbingan dari lo dan yang lain. Semoga lo ga keberatan kalo nanti gue banyak nanya."
Farrel mengangguk.
"pasti! Jangan lupa abis ini ada wawancara dari tim jurnalis Sekolah. Lo siapin diri dan jangan sampai blunder. Terutama masalah pacaran."
"lo tau kan disekolah ini ga bboleh pacaran?"
Kini Farrel bertanya serius
"iya kah? Itu kak darren sama Tissa?"
"mereka yang punya sekolah jadi bebas" balas Farrel
"lo ga tau gue sama kak Darren sepuuan? Berarti gue juga boleh dong."
"ha? Serius lo?"
Simon mengangguk. Sedangkan Farrel menggaruk kepalanya.
"ya maksud gue, bukan nyuruh lo putus juga sih, cuma ya disembunyikan aja. Takutnya ya masa iya lo ngebentuk dewan disiplin tapi lo sendiri malah ga disiplin?"
Simon merenung.
"iya juga. Thanks kak. Tapi gue lebih baik backstreet daripda putus."
"lo lebih berhak menentukan." balas Farrel lagi.