IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 (Semoga tetap waras)
Resepsi di lakukan sore hari, Senja tampak cantik dengan memakai gaun berwarna putih, bak terlihat seperti seorang princess. Lagi-lagi Elang tercengang melihatnya, Istrinya terlihat sangat cantik dengan gaun tersebut. Ia sendiri terlihat lebih tampan dengan memakai setelan tuxedo yang berwarna kontras dengan gaun yang di kenakan Senja. Mereka terlihat sangat serasi.
Pesta resepsi sengaja di lakukan bertema outdoor, tanpa ada pelaminan karena Elang paling tida suka jika harus berdiri lama-lama di atas pelaminan dan menjadi pusat perhatian banyak orang. Ia lebih suka berbaur dengan para tamu undangan dan tidak terlihat mencolok. Sehingga Amel menyiapkan resepsi sesuai keinginan Elang, pesta outdoor namun dengan konsep yang mewah tentunya.
Semua mata tertuju pada pasangan pengantin baru yang baru saja tiba di acara resepsi tersebut. Senja menggandeng mesra lengan Elang dengan membawa buket bunga di tangannya. Membuat mereka yang hadir iri melihat pasangan suami istri tersebut.
"Ya ampun, serasi sekali," puji para tamu.
Sarah yang berdiri di antara tamu-tamu mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.
"Cantik!" gumam Sarah. Ya, diantara teman-temannya, hanya Sarah dan beberapa temannya datang ke acara pernikahan Senja. Ia sengaja tidak mengundang semuanya karena lokasi yang jauh dan hari pernikahan mereka bukanlah hari libur. Niko dan Mitha ia undang, tapi mereka tidak datang. Mitha melarang Niko menghadiri acara tersebut. Ia tak ingin melihat kebahagiaan Senja dengan suami yang lebih dari Niko.
Senja juga tersenyum ke arah Sarah sambil terus berjalan.
Anes menyambut Senja dan Elang dengan hangat. Mengajak mereka duduk bersama sebelum acara inti di mulai.
Gisell sedari tadi tampak celingukan mencari keberadaan Rega namun tak kelihatan.
"Ma, kenapa Abang belum datang juga?" tanya Gisell kepada Amel. Ia sudah tidak sabar ingin memperlihatkan kecantikannya yang memakai dress berwarna putih tersebut.
"Mungkin masih di jalan, sebentar lagi juga sampai," jawan Amel.
Tanpa Gisell sadari, sejak tadi ada sepasang mata yang terus memperhatikannya. Mengagumi kecantikan gadis berlesung pipit tersebut. Tapi orang itu hanya bisa memendam kekaguman dan rasa sukanya selama ini tanpa berani mengutarakannya. Ya, laki-laki itu adalah Kendra. Sudah sejak lama orang kepercayaan sekaligus sahabat Elang tersebut memendam perasaannya untuk Gisell.
Kendra terus berjalan sambil terus memperhatikan Gisel dan tiba-tiba...Bruk Kendra menabrak Sarah.
"Maaf-maaf," ucap Kendra.
"Kalau jalan pakai mata dong, nabrak kan jadinya!" kesal Sarah.
"Saya jalan pakai kaki, situ jalan pakai mata? Coba praktekin!" tantang Kendra.
"Astaga dasar, udah salah nyolot lagi!" umpat Sarah.
"Kamu yang ngeselin, orang nggak sengaja, udah minta maaf juga, apa nunggu lebaran baru maaf-maafan?" ucap Kendra.
"Ih ngarep ketemu lagi, ogah!" Sarah menghentakkan kakinya lalu pergi ke toilet.
"Itu perempuan bar bar sekali. Nona Senja kenapa bisa punya teman seperti itu," gumam Kendra. Fokusnya kembali ke Gisel yang masih celingukan.
"Nah tuh abangmu datang," Amel menunjuk ke arah Rega yang baru saja tiba. Ia terlihat tampan memakai jas berwarna hitam membuat hati Gisell semakin tak karuan.
"Abang!" Seru Gisell berlari kecil ke arah Rega dan bergelayut manja di lengan laki-laki yang berprofesi sebagai dokter tersebut.
Rega hanya tersenyum menanggapi gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya tersebut. Ia tak menyangka gadis kecilnya itu sekarang sudah beranjak dewasa dan cantik.
"Kenapa abang baru datang sih? Enggak ikut menyaksikan kakak ijab qabul tadi?" tanya Gisell sambil mengikuti langkah Rega yang mendekat ke arah Elang dan Senja dengan tetap menggandeng tangannya posesif.
"Abang tadi ada operasi penting dek, makanya telat datang. Yang penting lancar kan akadnya," jawabnya tersenyum.
"Ga, baru datang?" tanya Elang.
"Iya, sorry banget El, tadi ada jadwal operasi dulu, jadi nggak ikut lihat kamu ucapin qabul," sahut Rega.
"Nggak masalah, keselamatan pasien lebih penting," ucap Elang.
"Gimana-gimana? Lancar kan ijab qabulnya? Nggak salah sebut nama kan?" tanya Rega.
"Enggak dong, emangnya papi, dulu salah sebut nama mami waktu nikah," celetuk Leon yang diam-diam mendengar obrolan Elang dan Rega.
"Leon, jangan buka kartu!" seru Bryan. Dari mana coba anaknya tahu cerita itu, kalau tidak dari para sahabat gesreknya ya pasti istrinya yang cerita.
"Apa? bukan aku yang ngasih tahu," ucap istri Bryan saat Bryan menatanya minta penjelasan.
"Uncle Baim yang cerita," ucap Leon. Sayang sekali Baim tidak hadir di acara tersebut. Kalau hadir sudah habis dia sama Bryan.
🌼🌼🌼
Pesta berjalan dengan lancar, di dukung dengan cuaca yang sangat cerah, menambah indahnya pemandangan berlatar pegunungan tersebut.
Di sela-sela acara, Alex dan Anes menghampiri para sahabatnya. Mereka baru berkesempatan mengobrol dengan para sahabat mereka tersebut karena sejak tadi sibuk menjamu para tamu.
"Lex, meskipun kita tak jadi besan, tapi kita tetao bersahabat kan. Maafkan anak kami yang keras kepala dan egois," Juna meminta maaf atas kesalahan putri mereka.
"Sudahlah Jun, gimanapun semua sudah takdir. Kalau tidak berjodoh kita bisa apa. Dan tentu saja, selamanya kita sahabat, saudara. Itu tidak akan berubah," ucap Alex dengan bijak. Karena sejujurnya ia senang Bianca tidak jadi menantunya.
"Tenang pi, kan masih ada aku, nanti aku bisa jadi menantu om dan tante, iya nggak Sell?" ucap Sean, adik laki-laki Bianca.
"Apaan sih, siapa juga yang mau sama kamu. Aku maunya sama abang!" Cebik Gisell.
"Emang abangnya mau?" kode keras dari Gavin.
"Kuliah yang benar dek, jangan mikirin cinta terus. Lagian kamu itu adik abang, mana bisa kita nikah," ucap Rega.
"Dengar kan Sell?" cibir Gavin.
"Bodo, selama belum ada segel kepemilikan, aku masih usaha," ucap Gisell meskipun sebenarnya dalam hatinya sakit mendengar penuturan Rega. Gadis itu memang berwatak ambisius, apa yang ia inginkan pasti ia usahakan untuk dapatkan.
Sementara itu di sisi lain, Bianca mendekati Elang dan Senja yang sedang mengobrol dengan Leon.
"Kak, selamat ya. Akhirnya kakak menemukan jodoh kakak, tepat di saat kakak sudah ingin menikah. Baru dua bulan udah langsung dapat pengganti Bie," ucap Bianca tanpa terlihat sebuah penyesalan ataupun kecewa melihat Elang bersanding dengan wanita lain. Ia memeluk Elang,
"Sekali lagi selamat ya, Bie ikut senang dan bahagia," ucapnya. Elang hanya terdiam tak merespon. Kedua tangannya mengepal menahan rasa sakit di hatinya.
"Makasih," ucap Elang kemudian dengan nada bergetar.
Bagaimana bisa Bianca selancar itu mengucapkan selamat, apa selama ini Elang begitu tak berartinya buat dia? Apa artinya hubungan mereka selama ini? Sungguh Elang tak habis pikir dengan ini semua. Lelucon macam apa ini, apa gadis yang baru saja mengucapkan selamat dan memeluknya itu tidak tahu, Semua ini! pernikahan ini terjadi karena DIA, ya dia! Sepolos itukah dia? Atau hanya pura-pura sok tegar? Mengingat dia yang seorang aktris. Pikiran Elang kacau, benar benar kacau! Namun Elang tak mampu merutuki mantan wanitanya itu, ia begitu menyayangi Bianca selama ini, hingga lupa cara untuk membencinya.
Senja yang melihat gelagat aneh Elang langsung mengambil inisiatif mengajak Elang untuk menemui teman-temannya.
"Baiklah kita ke sana," sahut Elang ketika Senja mengajaknya pergi dari Bianca, ia tahu istrinya itu sedang berusaha menyelamatkan kewarasannya, menyelamatkan akal sehatnya. Senja memeluk posesif lengan Elang.
"Aku temani istriku dulu menemui sahabatnya," ucap Elang kepada Bianca tanpa melihat wajah gadis itu.
"Baiklah, Kakak ipar, selamat ya sekali lagi," Bianca tersenyum kepada Senja. Ia tahu, Senja sengaja melakukannya.
"Terima kasih, kami ke sana dulu. Nikmatilah pestanya," ucap Senja ramah.
Bianca menghela napasnya dalam ketika Elang dan Senja pergi dari sana.
"Baik-baik saja?" Rega memastikan. Ia menghampiri Bianca dengan membawa segelas minuman di tangannya.
"Aku baik-baik aja Ga, aku yang memilih jalan ini dan aku harus terima, Dia berhak memilih yang lain," ucapnya kepada Rega.
"Aku harap kamu bisa benar-benar melepaskan El. Biarkan dia hidup bahagia meskipun tidak dengan kamu," ucap Rega. Ia berharap Bianca benar-benar ukus mengucapkan hal itu dan kedepannya, semua sahabatnya bisa bahagia tanpa saling menyakiti.
🌼🌼🌼
💠💠Selamat membaca para kesayangan author... jangan lupa Like komen, tip dan votenya.. serta pencet ❤️ nya buat author..terima kasih🙏🙏
salam hangat author 🤗❤️❤️
IG : @embunpagi544
note: untuk visual kemungkinan akan lebih banyak di up di igeh...💠💠