Dalam dunia sepak bola yang penuh persaingan, cinta tak terduga mekar. Caka Alvias, bintang tim Warriors FC yang tampan dan populer terjebak dalam perasaan terlarang untuk Bulan Nameera, asisten pelatih nya, yang terkenal tegas dan tangguh. Namun, konflik masa lalu dan juga tekanan karir mengancam untuk menghancurkan cinta mereka. Apakah cinta mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjelyy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Bulan dan Caka berjalan dengan sedikit ragu masuk kembali ke asrama. Karna kedinginan Caka melipat kedua tangannya di dada begitu juga dengan Bulan.
Langkah keduanya terhenti saat tiba di ruang tv, semua temannya yang lain memandang mereka dengan serius, terlebih pada Caka yang tidak memakai baju.
Sedetik kemudian mereka sadar bahwa hoodie Caka sedang melekat di tubuh Bulan. Semua orang melihat mereka secara bergantian. Membuat Bulan dan Caka mematung dan hanya pasrah.
Nino dengan wajah memerah mendekat Caka.
Bugh!!
Satu pukulan mendarat indah di pipi Caka membuat semuanya syok dan mendekat.
"Kamu habis ngapain,bangsat!!" ucap Nino hendak melayangkan pukulan kedua namun di gagalkan Bulan.
Bulan menjauhkan Nino dari Caka, "Jangan berfikiran yang bukan-bukan Nino, kami gak ngapa-ngapain!" Bulan melakukan pembelaan
Nino tidak percaya memegang kedua pipi Bulan kemudian memeriksa nya, "Kamu gak di apa-apain kan, Lan?"
"Nino, apasih." Bulan melepaskan tangan Nino.
Caka berdiri kemudian mengambil alih pembicaraan, "Kalian semua salah paham, aku gak sebrengsek itu. Kalian gak lihat di luar hujan." kemudian Caka mendekati Bulan, menarik sedikit kaos putih yang betulan keluar.
"Lihat, Bulan pakai kaos putih, nembus!" Caka menambahkan
"Jelas Nino?"sebel Bulan
"Udah aku mau tidur" Ucapnya sambil berjalan meninggalkan mereka.
Bulan kembali menoleh kebelakang sambil menunjuk mereka satu persatu "Jangan bergosip. Tidur sekarang! Besok ada latihan." ucapnya.
***
Riko berjalan masuk kedalam kamar, dia rebahan tubuhnya di kasur.
"Sakit Cak?" tanya Riko ke Caka yang berada di kasur atas.
"Biasa aja." jawabnya
Riko mencari posisi nyaman untuk tidur "Nino itu udah anggap Bulan sebagai adik nya, jadi wajar aja dia kaget." kata Riko
"Terserah aku mau tidur dulu."
Mereka terlelap hingga saat tengah malam, Riko terbangun menyadari bahwa Caka menggigil.
Riko melihat kondisi Caka, dia tertidur lelap, suhu badannya juga normal. Riko memilih kembali tidur karna merasa Caka hanya mengigau.
***
Mereka kembali berlatih seperti biasa. Caka berlatih tendangan jarak jauh namun berulang kali gagal. Tidak ada yang memperhatikan gerak gerik Caka kecuali Bulan.
Bulan melihat begitu setiap kali selesai menendang bola Caka seperti kesakitan. Bulan yakin ada yang tidak beres dengannya.
Selesai berlatih Bulan melihat Caka duduk bersama Riko di pinggir lapangan. Dia memilih mendekati mereka membawakan air mineral.
"Makasih, Lan" ucap mereka dan di balas senyum lebar oleh Bulan.
Bulan duduk disana, di antara Caka dan Riko.Mata bulan terus tertuju pada kaki Caka. menyadari hal itu Caka menarik kakinya perlahan dan melipatnya.
Tiba-tiba Nino datang lalu bergabung dengan mereka, dia duduk berhadapan dengan bulan dan di antara Caka dan Riko.
Nino menenggak minum milik Riko kemudian beralih melihat Caka serius, "Besok gak usah main" ucapnya mendadak membuat mereka semua kaget.
Nino memperhatikan mereka kemudian berdengus. "Dia cidera." katanya dengan gelengan kepala menunjuk Caka.
Riko ternganga tidak percaya, "Jadi tadi malam itu bukan ngigau?."
"Ngigau? Maksudnya?" tanya Bulan
Riko membernarkan posisi duduknya, "Caka tadi malam menggigil."
Caka hanya diam tanpa perlawanan, dengan santai dia menenggak minuman nya.
"Udah ku duga!" raut wajah Bulan mendadak menjadi galak. Bulan menarik paksa kaki Caka, dia membuka sepatunya paksa meski berkali-kali di hentikan Caka.
Damp!! Bulan melihat kaki Caka membengkak di balik balutan.
"Goblok! Kalo cidera itu ngomong! gak usah berlagak jago!" ucap Bulan sedikit kasar
Caka sedikit terkejut anehnya Riko dan Nino tidak menunjukkan ekspresi yang sama. Dari situ Caka sadar ada sisi dari Bulan yang tidak dia kenal.
"Gak papa, Lan. Masih bisa main kok."
"Ini cidera parah, Cak!" kata Riko khawatir
Bulan berdiri kemudian mengulurkan tangannya, "Bangkit! Kita periksa sekarang."
Caka bingung memutuskan untuk ikut pergi atau tidak. Dia melirik Riko, Riko memberi kode untuk ikut saja.
"Riko, Nino, kalau Andi nanya bilang aja ke rumah sakit ya!"
"iya" Riko mengangguk sedangkan Nino memilih berbaring di lapangan.
Sepeninggalan Caka dan Bulan, Riko membuka suara. "Kok kamu tau, No?"
Nino memiringkan kepalanya melihat Riko, "Cuma orang bodoh yang gak sadar dia cidera."
"Oh maksudnya kami bodoh?" tanya Riko tidak terima
Nino tertawa, dia kembali menatap langit, "Bukan aku yang bilang ya."