Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Hari berganti minggu. Naina hanya bisa berwajah sebal setiap kali pulang ke rumah. Bukan tanpa alasan, semenjak Arsen mengganti kamar, dia sama sekali tidak pernah membiarkan Naina tidur dengan tenang.
Klek......!
Naina menatap sosok yang baru saja membuka pintu. Iya, siapa lagi jika bukan Arsen. Naina meraih selimutnya. Menariknya hingga batas leher lalu mencoba memejamkan mata. Malas jika harus melayani si gila Arsen itu.
" Kenapa kau bersiap untuk tidur secepat ini? " Tanya Arsen sembari menatap Naina sekilas.
" Mataku ngantuk. " Jawabnya singkat.
" Hanya matamu kan? " Tanya Arsen yang sudah tau arah dan maksut dari suami cabulnya itu.
" Oh, tanganku juga sudah tidak memiliki tenaga. " Naina beralasan.
" Malam ini tidak pakai tangan, istriku. " Naina menatap Arsen dengan tatapan penuh tanya.
" Masa menstruasi mu sudah selesai kan? " Tanya nya lagi sembari tersenyum penuh arti.
Naina menelan salivanya sendiri. Dari mana manusia brengsek itu mengetahuinya? batin Naina kesal.
" Belum. Butuh dua minggu untuk sembuh dari menstruasi. " Naina mengalihkan pandangan dan memiringkan tubuhnya membelakangi Arsen.
Dia sampai secermat ini? dasar kurang ajar!
" Benarkah? bolehkah aku memeriksanya? " Tangan Arsen sudah mulai menarik selimut yang Naina gunakan untuk menutupi tubuhnya. Bukan tanpa alasan, Arsen sudah dua hari melihat pembalut Naina yang tidak berkurang. Jadi itu artinya, tidak ada lagi menstruasi di antara mereka kan?
" Jangan! " Naina menarik kembali selimut dan kembali menutupi tubuhnya.
" Kenapa? " Tangan Arsen menyusup kedalam selimut. Bukan hanya sampai disitu. Tangannya bahkan sudah mendarat di bokong Naina.
Naina tersentak dan langsung membalikkan tubuhnya untuk menatap Arsen. Kesal! itulah yang dirasakan Naina.
" Jangan macam-macam! nanti kalau tanganmu terkena noda darah bagaimana?
Arsen terdiam sembari berpikir. Noda darah? kalau memang dia berdarah, kenapa Naina tidak menggunakan pembalut untuk menampungnya? bukan tanpa alasan tangan Arsen menyentuh bokong Naina. Dia tentu saja sedang memastikan apa yang di perhatikan selama ini benar atau tidaknya.
Arsen tak menjawab. Dia membaringkan tubuh disamping Naina. Dia meraih ponselnya untuk mencari tahu tentang menstruasi. Sementara Naina, dia langsung kembali memunggungi suaminya sebelum suami cabulnya itu memaksa tangan Naina untuk menggantinya. Sama seperti beberapa hari belakangan ini. Sebabnya ya tentu saja karena alasan menstruasi yang tidak berkesudahan.
Arsen melirik ke arah Naina yang hanya nampak belakangnya. Dia menyeringai setelah membaca semua artikel tentang menstruasi tanpa ada yang dia lewatkan.
Dasar pembohong! menstruasi dua minggu? kau mau menguras darah di sekujur tubuhmu?
Arsen memeluk Naina dari belakang. Mencium kepalanya beberapa kali. " Hei... Istri! aku sudah membaca artikel tentang menstruasi. Jadi, jangan membohongiku lagi.
Naina yang memang belum tertidur hanya bisa kembali dan lagi, lagi menelan salivanya. Dia benar-benar tidak menyangka, jika orang sibuk seperti Arsen akan membaca artikel semacam itu.
Arsen membalikkan tubuh Naina agar saling berhadapan. Nampak aura gugup di wajah Gadis itu. Arsen menghela nafas lalu tersenyum. Memang, tadinya dia ingin memangsa gadis yag berstatus istrinya itu tanpa ampun. Tapi, melihat wajah Naina yang begitu gugup, entah mengapa dia merasa iba. Ini adalah untuk yang pertama kalinya, seorang Arsen mampu mengontrol dirinya sendiri.
Sementara Naina, dia membeku melihat senyum Arsen yang terlihat sangat indah. Jika biasanya, Arsen akan tersenyum layaknya Iblis, maka kali ini, senyum itu benar-benar seperti seorang pria yang hangat. Seorang pria yang seolah mampu melindunginya.
Arsen mendekatkan tubuh Naina agar semakin menempel padanya. Dia menjatuhkan wajah Naina ke dadanya dan me jadikan lengannya sebagai batal bagi Naina.
" Tidurlah,.... hari ini kau sudah bekerja keras. " Arsen mengakhiri kalimat dengan kecupan di kening Naina lalu memeluknya.
Naina masih terdiam dengan perlakuan Arsen yang begitu lembut hari ini. Dia juga bisa mendengar detak jantung pria itu sangat cepat. Nafas serta bau tubuhnya sangat wangi. Entahlah, bahkan ada perasaan aneh yang saat ini menggelitik dihatinya. Perasaan nyaman. Padahal, laki-laki uang kini tengah memeluknya, adalah pria brengsek dengan jutaan alasan Naina untuk membencinya. Tapi, aneh! sungguh sangat aneh. Kenapa dia merasa sangat nyaman berada didalam dekapan pria itu? pria yang menghancurkan harga dirinya. Pria yang mempermalukan dirinya tanpa mengenal ampun. Kenapa? Naina tidak bisa menemukan jawaban dari semua pertanyaan itu. Dia mencoba berdamai dengan kenyataan. Kenyataan bahwa, pria brengsek uang memeluknya saat ini adalah suaminya. Dia harus bisa menerima dan membawa suaminya ke jalan yang lebih baik.
Naina memejamkan matanya menikmati kenyamanan yang ia rasakan. Hingga, tanpa bisa ia kontrol. Tangannya mulai bergerak dan memeluk tubuh Suaminya itu.
Ada senyum yang terukir indah dibalik tubuh Naina. Senyum bahagia yang Arsen rasakan. Pelukannya di balas oleh Naina. Dan entah mengapa juga, posisi seperti ini, membuatnya benar-benar nyaman. Arsen semakin mengeratkan dekapannya.
Istriku,... aku berjanji. Mulai saat ini, aku akan menjadi suami yang lebih baik untukmu. Semoga, aku juga akan melakukan hak yang sama. Setidaknya, perlahan menerimaku. Aku tida akan memaksamu lagi untuk melakukan hubungan badan. Aku janji. Aku akan menunggu kau siap melakukannya tanpa paksaan dariku.
Tak lama kemudian, mereka sudah masuk ke alam mimpi.
***
Riana masih menangis di sudut ruangan. Dia selalu begitu setiap hari. Sudah semua orang membujuknya agar tegar, tapi tetap saja, dia akan menangis tiba-yiba lalu menghancurkan isi kamarnya. Ini sudah ke sebelas kalinya kamar Riana di rapihkan karena ulahnya. Sebelas kali pula, orang tua Naina mengganti seluruh perabotan di kamar Riana.
" Apa kelebihan anak sialan itu? baik dulu hingga sekarang, akulah yang paling unggul. Kenapa? kenapa dia merebut Arsen dariku? kenapa Arsen tidak bersedia pergi denganku? " Riana menghapus air matanya. Dia bangkit dari posisinya dan tajam menatap cermin yang masih menempel di meja rias meski sudah hancur karena benturan dengan vas bunga.
" Masalahnya adalah karena pernikahan kan? Arsen bilang, pernikahan ini mengikatnya. Itu berarti, aku hanya perlu melepas ikatan itu. Atau, memutuskannya dengan paksa.
Riana berjalan keluar. Sudah ada beberapa pelayan yang menunggu di depan pintu kamar untuk membereskan kamarnya. Tak perduli apapun. Dia terus berjalan untuk menemui kedua orang tua uang sebenarnya adalah Paman dan Bibinya.
Riana menatap dua orang itu dengan tatapan tajam. Riana melihat Paman dan Bibinya uang mondar mandir seolah mengkhawatirkan sesuatu hingga tak menyadari kedatangan Riana.
" Ayah, Ibu? " Panggilnya dengan nada dan wajah sendu.
Ibu terkejut begitu juga Ayah yang baru menyadari kedatangan Keponakan yang sudah mereka anggap seperti anak kandung mereka sendiri.
Mereka berjalan mendekati Riana dengan wajah khawatir. Ibu langsung memeluknya erat.
" Jangan seperti ini nak, kami juga sedih melihatmu bersedih. " Ucap Ibu yang diangguki oleh Ayah.
" Aku ingin bahagia, bisakah memberikan itu untukku?
Ibu melepaskan pelukannya. Dia menatap Riana dan mengangguk. " Katakan Nak.
" Mintalah Naina untuk mengembalikkan Arsen padaku.
.............................