Callista merupakan salah satu murid yang menjadi korban pem-bully-an. Ternyata dalang dari semua itu adalah Zanetha, adik kesayangannya sendiri. Sampai suatu hari Callista meninggal dibunuh oleh Zanetha. Keajaiban pun terjadi, dia hidup kembali ke satu tahun yang lalu.
Di kehidupan keduanya ini, Callista berubah menjadi orang yang kuat. Dia berjanji akan membalas semua kejahatan Zanetha dan antek-anteknya yang suka melakukan pem-bully-an kepada murid yang lemah.
Selain itu Callista juga akan mencari orang tua kandungnya karena keluarga Owen yang selama ini menjadi keluarganya ternyata bukan keluarga dia yang asli. Siapakah sebenarnya Callista? Kenapa Callista bisa menjadi anak keluarga Owen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Mencari Barang Bukti
Bab 7. Mencari Barang Bukti
Ketika jam istirahat Megan dipanggil ke ruang OSIS. Di sana ada beberapa anggota OSIS yang sudah siap untuk mengintrogasi gadis itu. Sebelumnya, salah seorang anggota OSIS yang satu kelas dengannya memberikan laporan mengenai Megan seharian ini.
"Aku dengar kalau kecelakaan yang terjadi kepada Lucan itu adalah ulah kamu yang menyuruh orang lain untuk mencelakainya," ucap Charlie dengan tegas.
Wajah Megan mendadak berubah pucat. Dia tidak menyangka kalau perbuatannya akan ketahuan. Padahal selama ini tidak ada yang mencurigai dirinya atas semua yang terjadi kepada Lucan. Yang ada malah orang-orang itu akan mengucapkan simpati kepadanya.
"Kamu sudah salah tuduh orang," balas Megan membela diri.
"Tidak. Ada saksi yang mengatakan kalau kamu sudah membayar uang kepada orang yang sudah berhasil mencelakai Lucan," ucap Charlie.
Callista diam memperhatikan keduanya. Begitu juga dengan beberapa anggota OSIS lainnya. Mereka sebenarnya masih tidak percaya kalau gadis yang selalu dipandang baik itu ternyata mempunyai sifat buruk.
"Orang itu sudah berbohong. Pasti dia iri kepadaku, makanya dia memfitnah aku," ucap Megan.
"Tidak. Karena yang dia katakan itu adalah kebenaran," balas Charlie.
Terjadi perdebatan antara Megah dan Charlie. Gadis itu ngotot kalau bukan dia pelaku yang sudah mencelakai Lucan. Namun, sang ketua OSIS juga ngotot karena punya saksi.
Teeeeet! Teeeeet!
"Sebaiknya kita akhiri pertemuan ini. Akan kita buktikan kalau kamulah dalang dari kejadian itu," ucap Callista dan Charlie setuju.
Akhirnya Megan bisa keluar dari ruang OSIS begitu bunyi bel masuk. Dia pergi sambil marah-marah.
"Kita harus bisa mendapatkan orang yang sudah di suruh Megan. Dengan begitu dia tidak akan bisa menyangkalnya lagi," ujar Callista.
"Ya. Dan di sini kesaksian Lucan sangat diperlukan. Karena kemungkinan dia tahu siapa yang sudah menganiaya dirinya," balas Charlie dan anggota OSIS lainnya juga mendukung itu.
***
Charlie dan Callista mendatangi rumah sakit di mana Lucan di rawat setelah pulang sekolah. Kenapa mereka bertindak sendiri seperti ini? Hal ini karena dewan sekolah selalu menutupi masalah atau kasus pem-bully-an yang terjadi di Sekolah Alexandria. Ini demi menjaga nama baik para keluarga bangsawan. Jadi, hanya OSIS yang diberikan wewenang untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Sepertinya ini ruang dia di rawat," kata Callista, lalu mengetuk pintu itu.
Mereka masuk setelah seorang perawat membukakan pintu. Terlihat Lucan sedang berbaring dengan banyak luka memar dan kepalanya dibalut dengan perban.
"Bagaimana keadaan kamu sekarang ini?" tanya Charlie ketika berdiri di samping brankar.
"Kamu bisa lihat sendiri. Aku merasa suatu keajaiban masih bisa hidup," jawab Lucan dengan mulut yang terbuka sedikit.
Di kedua sudut bibir Lucan terlihat sobek, sehingga menyulitkan dia untuk berbicara dengan mulut terbuka lebar. Sebelah kakinya juga dipasang gip karena mengalami patah tulang.
"Aku ke sini mau tanya sama kamu. Apa kamu ingat siapa orang yang yang sudah membuat kamu seperti ini?" tanya Charlie.
"Wajah mereka tidak jelas karena memakai topeng dan topi," jawab Lucan.
"Apa ada satu khas yang bisa menjadi ciri orang itu?" Kali ini Callista yang bertanya.
Lucan terlihat sedang mengingat kejadian tadi pagi. Dia mendapatkan surat dari temannya yang meminta datang ke sekolah pagi-pagi sekali sebelum ada murid lainnya. Lalu, dia diserang ketika berada di lorong lantai dua sampai rasanya akan mati.
"Aku rasa orang yang sudah menyerang kamu itu adalah orang bayaran dan disuruh oleh orang lain. Kamu tahu sendiri siapa yang selalu membuat kamu menderita," ucap Callista dan itu membuat Lucan tidak percaya.
Lucan mengira kalau yang menyerang dirinya adalah orang yang benci kepadanya atau tidak suka kepadanya. Namun, setelah dia pikir-pikir, dirinya tidak pernah berbuat sesuatu yang bisa merugikan orang lain. Akan tetapi, mendengar kata orang bayaran atas perintah seseorang, dia menjadi semakin tidak suka kepada Megan, saudara tiri yang selalu menghinanya.
"Jadi, mereka berdua itu suruhan Megan?" Lucan terlihat sangat marah.
"Oh, jadi ada dua orang yang sudah menyiksa kamu!" Charlie tidak menyangka.
"Itu hanya dugaan kami. Karena tidak ada saksi dan bukti di sana. Makanya, kami butuh kesaksian kamu akan pelaku penyerang itu. Aku yakin jika orang yang menyiksa kamu tertangkap, maka Megan pun akan ikut terseret. Karena dia adalah dalang dari kejahatan yang melukai kamu," jelas Callista.
Lucan pun mencoba mengingat sesuatu dari pelaku penyerangan. Memang dia melihat sekilas orang itu.
"Salah seorang pelaku tangannya kidal karena dia memukul kepala aku dengan menggunakan tangan kiri. Dia juga mempunyai bekas luka di sikunya," ujar Lucan dan dengan sigap Callista mencatat pengakuan pemuda itu.
"Kalau seorang lagi, dia memiliki tubuh yang lebih tinggi dan lebih besar dari aku. Dia memakai sepatu yang kotor seperti tidak pernah dibersihkan," lanjut Lucan.
"Oke. Kita akan cari orang dengan ciri-ciri yang kamu sebutkan," kata Charlie.
"Kita akan memberikan kamu keadilan dan mereka yang berbuat jahat harus menerima hukuman," lanjut Callista.
Setelah mendapatkan banyak informasi siapa si pelaku. Callista dan Charlie pun pergi dari rumah sakit.
Dalam perjalanan pulang Callista dan Charlie membahas kemungkinan dua orang yang menjadi pelaku. Mereka berencana menyebarkan informasi tadi ke semua anggota OSIS, agar mereka ikut mencari kedua pelaku itu.
***
Saat Callista akan pergi ke gazebo halaman belakang untuk belajar dan mengerjakan tugas, dia melewati paviliun dan melihat ada Zanetha yang berdiri memunggungi dirinya. Tanpa sengaja dia mendengarkan pembicaraan Zanetha dengan seseorang di telepon. Gadis itu tidak tahu kalau ada orang lain di sana dan memperhatikannya.
"Dia sedang bicara sama siapa?" batin Callista penasaran.
"Jadi, si anak haram itu tidak mati?" Zanetha memekik kepada orang yang diajaknya bicara.
Mendengar pembicaraan Zanetha tentang "Anak Haram", tentu saja Callista semakin penasaran. Dia pun mendekat secara diam-diam dan bersembunyi di dekat bufet. Percakapan Zanetha semakin jelas terdengar.
"Sebaiknya kamu jadi anak baik dulu. Jangan sampai membuat papamu marah. Aku tidak bisa membayangkan jika kecelakaan itu terbongkar," kata Zanetha memberi saran.
"Kamu sudah membayar mereka, kan?" tanya Zanetha setelah mendengarkan pembicaraan orang dari seberang sana.
"Kalau begitu kamu tidak boleh takut. Santai saja agar orang-orang tidak mencurigai kamu," kata putri pasangan Michael dan Hannah.
"Wow. Si dalang utama berbicara dengan Zanetha!" batin Callista. "Ini informasi penting. Rupanya dia juga terlibat."
Callista pun mencatat setiap ucapan Zanetha bersama orang yang ada di telepon. Dia berjanji akan membongkar kejahatan Zanetha dan Megan.
"Tunggu saja, kalian akan mendapatkan hukuman yang pantas," lanjut Callista di dalam hatinya. Dia pun segara pergi sebelum keberadaannya disadari oleh Zanetha.
jngan lengah ya callista... karena boom wktu menunggumu... apalgi dngan perbhan si zanet nntinya yg hbis oprasi...
semoga saja...
sehat slalu...
ku tunggu karyamu yang lainnya...
smoga callista bahagia slalu...