NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Berbalut Dendam

Terjerat Cinta Berbalut Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Konflik etika / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Laksamana_Biru

Berawal dari kesalahan yang Faiz Narendra lakukan di masa lalu, membuat hidup Keluarga Narendra terancam bahaya.

Berbagai teror, dan rentetan penyerangan dilakukan secara diam-diam, oleh pelaku misterius yang menaruh dendam kepadanya.


Namun bukan hanya pelaku misterius yang berusaha menghancurkan Keluarga Narendra.


Konflik perebutan pewaris keluarga, yang dilakukan oleh putra sulungnya, Devan Faiz Narendra, yang ingin menjadikan dia satu-satunya pewaris, meski ia harus membunuh Elvano Faiz Narendra, adik kandungnya sendiri.



Sedangkan Elvano yang mulai diam-diam menyelidiki siapa orang yang meneror keluarganya. Tidak sengaja dipertemukan, dengan gadis cantik bernama, Clarisa Zahra Amanda yang berasal dari keluarga sederhana, dan kurang kasih sayang dari ayahnya selama hidupnya.

Ayah Clarisa, Ferdi tidak pernah menyukai Clarisa sejak kecil, hanya karena Clarisa terlahir sebagai anak perempuan. Ferdi lebih menginginkan bayi laki-laki untuk meneruskan keturunannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laksamana_Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

"Istigfar mas" marah Wulan mendengar perkataan suaminya, yang ingin menjual darah dagingnya sendiri ke orang lain. "Kenapa suka-suka aku ya, aku ayahnya dan dia harus nurut sama aku!" bentak Ferdi.

"Gak akan aku biarin" balas Wulan, dan segera pergi mencari Clarisa untuk membawanya pergi bersamanya. Namun tiba-tiba langkah Wulan terhenti ketika rambutnya ditarik kasar Ferdi hingga membuat Wulan kesakitan.

"Argh, sakit mas lepasin" rintih Wulan kesakitan.

"Kamu pikir kamu bisa pergi begitu saja dengan membawa Clarisa? Dia harus aku jual, agar aku bisa mendapatkan uang banyak setiap bulannya" ujar Ferdi dengan nada tinggi.

Wulan menatap tajam Ferdi, "aku tidak akan membiarkanmu menjual Clarisa hanya untuk kepentingan pribadimu! Dia adalah anak ku dan haknya untuk hidup bahagia, bukan untuk dijual seperti barang!" tegas Wulan.

Ferdi tertawa geli "Kamu ini polos sekali Wulan. Apa yang bisa kamu lakukan untuk menghentikanku hah!" bentak Ferdi dan mendorong paksa Clarisa hingga membuatnya jatuh ke lantai

Bruak

"Argh," ringis Wulan.

"Kamu tunggu disini, aku akan mencari anak perawan ku yang sebentar lagi mau aku jual" ucap Ferdi dan bergegas meninggalkan rumah namun...

Bruak

"Argh" rintih Ferdi ketika kaki kanannya di tarik Wulan dan membuatnya terjatuh

"Selama aku masih hidup, gak akan ada yang bisa menyentuh anak aku" ucap Wulan menatap tajam Ferdi.

"Cih, berani banget kamu hah!" bentak Ferdi dan bangkit mendekati Wulan, dan dengan kasarnya ia menarik rambut Wulan dan menyeretnya ke kamar.

"Argghhh" rintih Wulan menangis kesakitan, namun ia sadar harus melawan. Dan dengan sekuat tenaga ia meraih tangan kekar suaminya lalu mengigitnya, dan menendang kuat kaki kanan Ferdi hingga membuatnya terjatuh.

Bruk

"Argh, sial dasar kurang ajar" umpat Ferdi. Melihat itu Wulan bangkit dan segera keluar dari rumah sambil menelpon Clarisa.

Namun di saat Wulan belum sempat menyelesaikan perkataannya di telepon, ferdi bangkit dan menghampirinya, merebut paksa telepon Wulan lalu membantingnya ke lantai.

Prangg

Telepon Wulan hancur berkeping-keping. Matanya membelalak ketakutan ketika Ferdi mendekatinya dengan kedipan mata yang penuh kebencian.

Wulan mencoba mundur namun kakinya terhenti oleh tembok di belakangnya.

"Mas, apa yang mau kamu lakuin?! teriak Wulan dengan suara gemetar. Ferdi tak menjawab.

Dia hanya menatap Wulan dengan tatapan yang penuh amarah. Tanpa aba-aba lebih lanjut, Ferdi langsung mendorong Wulan dengan kasar hingga membuatnya jatuh ke lantai.

Bruak

Wulan menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil merintih kesakitan. Ferdi kemudian menarik rambut Wulan dan menariknya bangun dengan kekerasan.

"Sudah aku bilang Clarisa harus ikut dengan ku" desis Ferdi dengan suara penuh kebencian.

"Gak akan aku biarin" tolak Wulan.

"Ck, dasar wanita tidak tau diri" marah Ferdi ingin menampar Wulan namun dengan cepat Wulan menangkisnya. Dan entah ia mendapat kekuatan dari mana, ia langsung mencengkram kasar tangan ferdi lalu menendang perut Ferdi.

Bugh

"Argh" ringis Ferdi menahan sakit di perutnya,

Aku harus segera pergi sebelum mas Ferdi menghajarku lagi, batin Wulan 

Ketika Wulan hendak kabur tiba-tiba tubuhnya di tahan oleh Ferdi "kamu pikir kamu bisa pergi begitu saja?" ucap Ferdi menahan tubuh Wulan

"Biarkan aku pergi mas" berontak Wulan membuat Ferdi gelap mata dan langsung mencekik leher Wulan

"Aku gak akan biarin kamu pergi dari sini hidup-hidup!" ucapnya dengan nada tinggi

Dengan nafas yang terengah-engah, Wulan berusaha melepaskan diri, dan melihat vas bunga yang tidak jauh darinya, ia berusaha meraihnya dan langsung memukul kepala Ferdi.

Prangg

"Argh" Ferdi tersungkur dengan darah yang mengalir di kepalanya, dan kesadaran memudar dengan cepat. Wulan berlari keluar rumah tanpa memperdulikan Ferdi, karena yang terpenting saat ini adalah anaknya Clarisa.

************

Elvano duduk di kursi sofa kamarnya. Matanya terpaku pada layar ponsel, yang tengah menampilkan permainan yang sudah dia mainkan berulang kali.

Walaupun sudah menang berkali-kali, namun kali ini ia merasa sangat bosan. Ia menghela nafas panjang, lalu memutuskan untuk mengakhiri permainan, dan mencari kesenangan di luar rumah.

Ah bosen banget dirumah , mendingan nongkrong aja deh, pikir Elvano.

Tanpa berpikir panjang, Elvano segera mengambil ponselnya dan menelpon Rafi. Beberapa kali suara panggilan berdering, dan akhirnya suara Rafi terdengar di seberang telepon.

"Hallo El, ada apa?" tanya Rafi.

"Raf, lo lagi dimana? tanya Elvano balik. "Lagi nganggur di rumah. Sambil liat cicak pargoy, kenapa? tanya Rafi .

"Nongkrong bareng yuk di luar. Lagi gabut nih, butuh hiburan", ajak Elvano.

"Sip, gue juga lagi bosen nih. Entar ketemu di tempat biasa kan? Sekalian gue ajak Edwin biar rame" jawab Rafi

"Oke sip, gue siap-siap dulu" ucap Elvano

"Oke" balas Rafi.

Elvano bergegas berganti baju dan segera berjalan menuju garasi rumahnya, dan berpapasan dengan Lucas.

"Tuan muda ingin pergi kemana?" tanya Lucas ketika ia melihat Elvano yang sedang mengeluarkan motor kesayangannya.

"Mau nongkrong sama temen" balas Elvano yang mulai menghidupkan mesin motornya.

Brom 

Brom 

Brom 

"Emang ada perlu apa?" tanya balik Elvano melihat lucas yang berdiri di samping motornya.

"Maaf tuan, saya di perintahkan untuk selalu mengawal tuan muda kemana pun" balas Lucas.

"Siapa yang nyuruh? Lagi aku kan dah gede, kenapa harus di kawal?" tanya Elvano merasa bingung.

"Tuan Faiz yang meminta saya untuk selalu mengawal tuan muda" jawab Lucas membuat Elvano mengeryitkan dahinya.

Jadi benar itu memang sebuah surat ancaman batin Elvano. 

Flashback on

"Tapi kamu memang lebih berbakat di banding dengan kakak mu, dan ayah yakin Perusahaan Narendra Grup akan berjaya jika kamu yang menjadi CEO setelah ayah" ucap Faiz tersenyum bangga. 

"Tidak ayah, El tidak pantas dan tidak mau menjadi CEO selanjutnya setelah ayah" ucap Elvano menolak permintaan ayahnya. 

"Loh kenapa kamu tidak mau?" tanya Faiz yang merasa bingung. Karena jarang sekali ada orang yang menolak jabatan besar di sebuah perusahaan. 

"Kak Devan, dia yang lebih pantas dan cocok untuk menjadi CEO, mengantikan ayah nanti, bukan aku" balas Elvano. 

"Kenapa kamu berpikir seperti itu? Apa karna Kak Devan anak pertama ayah? Dan sudah seharusnya anak pertama yang bakal mengantikan seorang ayahnya suatu saat nanti? tanya Faiz memandang Elvano 

"Itu memang benar, tapi bukan itu intinya" ucap Elvano. 

"Lalu apa?" tanya Faiz Sebentar Elvano menarik nafas dalam-dalam 

"huff, El cuma ingin keluarga kita tidak terpecah belah ayah, cuma karena jabatan atau perusahaan" 

"Maksudnya" Faiz semakin bingung dengan perkataan Elvano. 

"Kamu mau bilang, kalau Devan tidak akan terima jika kamu yang mengantikan posisi ayah?" tanya Faiz membuat Elvano mengangguk. 

Faiz tersenyum menatap hangat anaknya " kamu tenang saja El, ayah yakin Devan pasti setuju jika kamu yang akan menjadi CEO selanjutnya" 

"Emm, tidak ayah. Kak Devan pasti akan menentang, dan ia pasti merasa kalau ayah lebih sayang dengan ku dari pada Kak Devan" balas Elvano. 

"Lagi, kenapa ayah begitu menginginkan aku menjadi penerus ayah " 

"Padahal El hanya ingin bekerja disana, cuma membantu perusahaan, bukan untuk merampas hak Kak Devan sebagai calon CEO" tanya Elvano yang semakin merasa heran. 

Belum sempat Faiz menjawab pertanyaan Elvano. Tiba-tiba, telepon genggam Faiz berbunyi 

Drrttt 

"Sebentar ayah mau mengangkat telepon dulu", ucap Faiz sambil tersenyum ,dan melangkah berjalan ke luar ruangan, sambil mengangkat panggilan tersebut. Elvano hanya mengangguk sebagai jawaban. 

Setelah Faiz pergi, Elvano terdiam sendirian di ruang kerja ayahnya. Ia masih memikirkan mengapa ayahnya begitu berambisi menjadikan dirinya sebagai CEO Perusahaan Narendra Grup yang selanjutnya. 

Namun sejenak pikiran itu hilang, terganti dengan rasa penasaran tentang apa yang disembunyikan ayahnya, ketika Elvano masuk tadi, dia melihat ayahnya begitu tergesa-gesa menyembunyikan sesuatu di laci mejanya. 

Elvano yang sangat penasaran memutuskan untuk membuka laci meja ayahnya yang selalu tertutup. Sambil melihat situasi, perlahan ia membuka laci meja tersebut. 

Di dalamnya terdapat beberapa dokumen penting ,dan beberapa alat tulis yang rapi tersusun. 

Namun, ada satu benda yang menarik perhatiannya. Sebuah kertas putih yang terlihat baru saja diselipkan di antara dokumen lainnya. 

"Kertas apa ini?" gumam Elvano sambil memegang kertas tersebut. Tanpa ragu, Elvano mulai membuka kertas itu. 

Namun, begitu ia membaca isinya, wajahnya langsung berubah. Matanya membelalak dan jantungnya berdegup kencang, melihat itu adalah sebuah pesan ancaman, yang memberitahu jika salah satu anggota keluarganya akan mati 

Flashback off

Jadi mungkin itu yang menjadi alasan, mengapa ayahnya menolak Elvano untuk pergi keluar negeri, karena takut jika terjadi sesuatu kepadanya. Dan sekarang Elvano harus terus dikawal untuk memastikan keselamatannya.

Aduh perasaan bapak gue cuma CEO deh bukan raja, hmm alamat gak bisa gerak bebas ni gue, batin Elvano merasa lesu dan tidak setuju. 

Namun karna ini perintah dari ayahnya, dengan terpaksa ia harus setuju. "Hmm, ya sudah tapi kamu kawalnya jangan deket-deket. Ntar di kira artis aku nanti" ucap Elvano

"Siap tuan, saya akan menjaga jarak" balas Lucas.

Elvano hanya mengangguk dan mulai menarik gas motornya, meninggalkan halaman rumah, dengan Lucas dan beberapa orang di dalam mobil yang mengikuti arah laju motor Elvano dari belakang.

1
Abu Bakar Siddiq
ceritanya keren
gak bisa berkata kata banyak
Abu Bakar Siddiq
banyak cari inspirasi lagi
Maximilian Jenius
Jangan berhenti menulis, ceritamu bagus banget!
Webcomics fan #2
Tidak bisa berhenti
Rubí 33-12
Gak bisa lupain cerita yang dilukiskan oleh author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!